Dengan gerakan cepat, Ethan berenang menghampiri Selina. Lalu mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke pinggir kolam renang. Merebahkan tubuh mungil wanita menyebalkan itu.
"Selina," panggil Ethan sembari menepuk pipi Selina pelan."Daddy, kakak itu pingsan?" tanya Lukas kepadanya.Ethan belum menanggapinya, dia menatap sejenak wajah Selina. Membiarkan tetesan air dari wajahnya jatuh ke wajah wanita itu."Daddy, apa yang terjadi dengan dia?," tanya Lily dengan suara cemprengnya.Ethan tidak menanggapi ocehan putrinya, dia justru mendekatkan telinganya ke mulut dan hidung Selina untuk merasakan ada hembusan udara atau tidak."Shit!" umpat Ethan saat dia tidak merasakan hembusan nafas itu."Lily, Lukas, balikan tubuh kalian sekarang juga!" perintah Ethan tegas, membuat dua anak kecil itu langsung menurut."Maafkan saya, Selina," gumam Ethan sembari memandangi bibir ranum milik wanita itu, dia tidak punya pilihan lain.Dengan gerakan cepat, Ethan segera menjepit hidung Selina dan memberikan nafas buatan untuk wanita itu. Dia tidak mau sampai Selina meregang nyawa di rumahnya. Hingga akhirnya, wanita itu pun terbatuk dan membuka matanya perlahan."Pa–Pak E–Ethan," panggil Selina terbata.Dia melihat dengan jelas wajah Ethan sangat dekat dengannya. Seketika Selina membulatkan matanya tak percaya. Selina lantas memegang bibirnya sendiri."Pak Ethan cium saya?!!" teriak Selina heboh.Ethan tidak menanggapinya, pria itu segera menjauhkan wajah dan tubuhnya dari Selina. Lalu berdiri dan pergi meninggalkan wanita itu."Kakak barusan pingsan? Dasar manusia lemah," ejek Lily kepadanya.Selina membulatkan matanya, menatap geram dua bocah nakal itu. Dia iblis kecil milik Pak Ethan yang sangat menyebalkan."Heh, aku sampai tenggelam gara-gara kalian berdua. Bocah-bocah sialan!!" umpat Selina, mumpung tidak ada Ethan di dekat sini."Wekk wekk!!"Dua bocah itu malah mengembalikan badan mereka, mengejeknya sembari menggoyang-goyangkan pinggul mereka secara bersamaan. Membuat Selina semakin naik darah."Brengsek!! Sini kalian berdua!!" Selina berlari mengejar dua bocah itu dengan geram."Manusia lemah! Manusia lemah!" Anak kembar itu masih saja mengejek Selina.Selina terus berlari, mengejar dua bocah tersebut sampai masuk ke dalam rumah. Bahkan kini mereka tengah berkejar-kejaran di sekitar dapur."Lukas!! Lily!! Jangan kabur! Dua iblis kecil menyebalkan!!" Selina berteriak kencang, suaranya melambung tinggi."Wekk wekk!! Kakak mukanya jelek, bau comberan!!" ejek Lukas sembari menjulurkan lidahnya.Sungguh, memang benar butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi dua anak kembar itu. Selina sampai beberapa kali menghela nafas."Kalian berd —"Plakk!!Selina tidak melanjutkan ucapannya, karena ada sebuah telur yang pecah mengenai wajahnya. Lebih tepatnya telur itu jatuh tepat di keningnya dan merambat turun ke wajahnya."Oh My God!!!"Selina kembali mengejar dua bocah itu, mereka berlarian sampai ke ruang tengah. Di sana, Selina melihat Ethan tengah sibuk membaca sebuah koran."Lukas! Lily! Sini gak!!" teriak Selina melengking.Ethan tidak menggubris kedua anaknya yang tiba-tiba datang kepadanya. Dengan santainya, dia membaca koran sembari menyeruput kopi panasnya. Hingga suara melengking dari Selina membuatnya mengalihkan pandangan."Uhuk-uhuk!!" Ethan tersedak kopinya sendiri saat melihat wajah Selina saat ini, dia ingin tertawa namun dirinya tahan."Lihat kelakuan kedua anak Bapak. Masak muka saya di lemparin pakai telur begini," adu Selina dengan wajah memelasnya.Ethan diam saja, pria itu hanya menatapnya sejenak dan kembali membaca koran dengan santainya."Sayang, anak-anak kita tuh nakal," cletuk Selina, mencoba menggoda duda tampan satu itu.Pria itu tetap cuek, tidak memperdulikan rengekan dari Selina. Membuat Selina memikirkan cara lain untuk menarik perhatian Ethan."Pak Ethan harus tanggung jawab, karena Bapak sudah mengambil ciuman pertama saya!!" teriak Selina histeris.Ethan kembali tersedak oleh kopinya sendiri, barusan dia memang menyeruput kopinya lagi. Kini, tatapan matanya menyorot lekat bola mata milik Selina."Ci–ciuman pertama?" tanya Ethan tak percaya, dia kira mahasiswi nakal seperti Selina hal-hal seperti itu sudah biasa."Iya, tadi itu sebenarnya ciuman pertama saya," jawab Selina dengan senyum malu-malu.Ethan tampak mengkedipkan matanya, dia masih menatap heran ke arah Selina. Dirinya tidak yakin, barusan salah dengar atau tidak."Ta–tanggung jawab?" Ethan malah menjadi gagap seperti ini."Iya tanggung jawab, jadikan saya pacar Bapak sekarang juga." Selina mengkedipkan satu matanya genit ke arah duda tampan di depannya.Ethan segera memijit pelipisnya sendiri, dia sangat pusing karena harus menampung satu lagi iblis di rumahnya. Menghadapi kedua anaknya saja sudah membuatnya baik darah, sekarang ditambah dengan Selina."Tidak usah bermimpi, Selina," ujar Ethan dengan suara tegas dan dinginnya."Padahal, tadi malam saya mimpi nikah sama Bapak, loh. Terus kita jadi keluarga yang bahagia. Punya anak 11, terus buat tim sepak bola," cletuk Selina, membuat Ethan rasanya ingin pingsan saat ini juga.Selina tampak tersenyum ke arah pria itu sembari menggoyang-goyangkan tubuh mungilnya ke kanan dan ke kiri pelan. Menanti jawaban dari Ethan yang tak kunjung datang."Lukas, Lily, Daddy butuh obat pusing sekarang juga," pinta Ethan kepada dua anaknya.Kedua bocah itu hanya saling memandang satu sama lain. Detik selanjutnya mereka menatap wajah Selina dengan permusuhan. Memelototi wanita itu tanpa henti."Kakak jahat, bikin Daddy kita sakit kepala!" sentak Lily sembari melipat kedua tangannya di depan dada."Heh! Bocah kampret!! Kalian juga ikut andil buat Daddy kesayangan kita sakit kepala tahu gak?" Selina tidak terima, jika dia saja yang dituduh.Ethan tampak bersender di sofa, dengan tubuh lemas luar biasa. Suara-suara cempreng ketiga orang itu sangat menggangu indra pendengarannya."Selina, lebih baik sekarang mandilah dan pergi dari rumah saya. Atau kesempatan sayembara ini saya batalkan sekarang juga," tutur Ethan dengan suara baritonnya.Selina yang awalnya terus mengoceh, menggapai perkataan kedua anak Ethan langsung terdiam. Dia tidak mau sampai hal itu terjadi. Akhirnya, Selina mengalah daripada Ethan semakin marah kepadanya."Saya pinjem baju lagi, Pak," pita Selina lirih."Ambil saja di kamar tadi dan segeralah pergi dari sini." Wajah Ethan terlihat sangat frustasi.Selina mengangguk, dia segera pergi dari hadapan Ethan menuju ke arah kamar yang tadi. Hingga tak butuh waktu lama, dia sudah cantik dan wangi kembali.Dia menghampiri Ethan yang kini tengah duduk sendirian di sofa ruang tamu, pandangan pria itu tampak kosong. Selina juga tidak mendapati keberadaan Lukas dan Lily. Entah di mana dua iblis kecil itu."Pak Ethan, saya sudah selesai mandi," ujar Selina, membuat lamunan Ethan buyar seketika."Segera pulanglah!" pinta Ethan dengan nada dinginnya.Selina pikir Ethan akan mengantarkannya pulang. Ternyata tidak, tapi dia juga tak masalah. Selina langsung pergi dari hadapan Ethan begitu saja."Selina," panggil Ethan kuat.Dengan cepat, Selina langsung menghentikan langkahnya. Mengembalikan badannya dan menatap lekat ke arah Ethan saat ini juga.Dengan tegas, Ethan berkata, "Saya akan bertanggung jawab atas ciuman pertama kamu," tutur Ethan dengan tegasnya.Selina tampak tersenyum lebar saat Ethan berjalan ke arahnya dengan tubuh tegapnya itu. Terlihat sangat tampan dan mempesona. Dia sudah tidak sabar menjadi pacar duda tampan itu."Pa–Pak Ethan beneran mau tanggung jawab?" tanya Selina masih tidak percaya.Ethan tidak menjawabnya, dia mengambil tisu basah yang berada di meja dan kembali berjalan mendekat ke arah Selina. Aura dingin menyerukan dari wajahnya kini."Kenapa Bapak ngambil tisu? Untuk apa tisu itu, Pak?" tanya Selina sembari mengerutkan keningnya bingung.'Jangan-jangan Pak Ethan mau lap keringat aku lagi, kayak di drakor-drakor gitu. Sumpah, gak sabar banget sih kalau ini,' batin Selina dengan senangnya.Ethan menghentikan langkah kakinya saat berada tepat di depan tubuh Selina. Memandang wajah wanita itu datar dan dingin seperti biasanya. Diambilnya tisu basah itu dari tempatnya, lantas diangkatnya perlahan. Seolah ingin menunjukannya pada Selina."Iya Pak Ethan, saya tahu itu tisu basah. Tapi mau Bapak gunakan untuk apa?
Bel pintu rumah Ethan berbunyi berulang kali di pagi-pagi buta begini. Bahkan, ayam saja masih berkokok, tapi bel itu terus saja berbunyi. Ethan yang baru saja mengambil minuman di dapur. Kini dia berjalan ke arah pintu rumahnya. Dengan cepat, dia membuka pintu itu."Good morning, calon suami," sapa seorang wanita.Ethan terbelalak, dia tidak menyangka Selina akan datang ke rumahnya pagi buta seperti ini. Walaupun memang sebenarnya, hari ini adalah hari pertama wanita itu menjadi pengasuh untuk kedua anak kembarnya."Kok gak di jawab, Pak?" tanya Selina sembari menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Ethan.Ethan tetap diam, pandangannya fokus kepada koper yang Selina bawa. Ada dia koper besar di tangan wanita itu."Ini kopernya, Mbak." Tiba-tiba saja satpam di rumahnya masuk dan membawa dua koper besar lagi milik Selina. Ethan melotot seketika, karena melihat ada 4 koper besar milik wanita itu. "Bapak heran ya kenapa saya bawa banyak koper?" tebak Selina, dia sudah bisa meliha
Ethan baru saja selesai mandi di pagi hari ini. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke dapur. Untuk mengecek apakah sarapan pagi hari ini sudah siap atau belum. Tapi, dia malah mendengar suara tawa dari kedua anaknya. Ethan berjalan semakin cepat ke arah sumber suara. Kini, dia tengah melihat kedua anaknya sedang bermain kejar-kejaran dengan masih menggunakan baju tidur. "Lukas, Lily," panggil Ethan kepada anak kembar itu."Ya, Daddy?" Lukas menyahut, pria kecil itu langsung berlari mendekat ke arahnya. "Kenapa kalian berdua belum juga mandi?" tanya Ethan heran. "Malas, air tidak bersahabat dengan kita, Daddy," timpal Lily.Ethan membulatkan matanya, ada-ada saja pasti jawaban kedua anaknya itu. Ethan kini tampak kesal, padahal tadi dia sudah berpesan kepada Selina. 'Jangan bilang, wanita itu masih sibuk menata barang-barangnya. Aku harus mengeceknya sekarang,' batin Ethan. "Kalian berdua mandi dulu sana," pinta Ethan, tapi tidak digubris oleh dua bocah itu.Lily dan Lu
"Lily bicara apa, Pak?" tanya Selina dengan raut wajah penasaran."Kamu tidak perlu tahu," jawab Ethan acuh.Detik berikutnya, Lukas dan Lily segera masuk ke dalam kamar mereka. Bahkan langsung berebut ingin cepat-cepat masuk ke kamar mandi. Selina hanya diam mematung, sedangkan Ethan sudah pergi lebih dulu dari hadapannya."Kira-kira, Lily bilang apa ya tadi sama Pak Ethan?" tanya Selina kepada sendiri."Sudahlah, aku tidak mau memikirkannya. Lebih baik sekarang aku ganti baju." Selina berjalan tertatih-tatih menuju ke arah kamarnya sendiri. Karena tubuhnya kini sangat sakit akibat terpeleset kulit pisang.Tanpa terasa, sarapan pagi tiba. Ini pertama kalinya Selina ikut sarapan di rumah ini bersama Ethan dan kedua anaknya. "Ini saya buatkan kopi buat Bapak," ujar Selina sembari menyodorkan kopi tersebut di depan Ethan."Seharusnya kamu mengambilkan anak-anak saya makan, Selina. Lagian, saya tidak minat dengan kopi buatan kamu. Bisa saja kamu kasih pelet di dalamnya," balas Ethan s
Selina menengguk salivanya susah payah, dia hanya mampu terdiam sembari menatap lekat wajah mengerikan milik Ethan. Pria itu bahkan kini tengah berjalan cepat ke arahnya."Jawab Selina! Kenapa kamu ke kamar saya?" Ethan melayangkan tatapan setajam elang ke arah wanita di depannya kini."Sa–saya ...." Selina sangat bingung harus mengatakan alasan apa kepada Ethan. Dia tidak menyangka Ethan akan kembali ke kamar ini lagi. Selina pikir Ethan dan kedua anaknya sudah benar-benar hengkang dari rumah ini."Kamu hendak mencuri?" tuduh Ethan sembari berjalan semakin dekat ke arah Selina.Karena hal itu, Selina pun berjalan mundur kebelakang. Hingga punggungnya terbentuk dinding dan tidak bisa bergerak kemanapun. Tapi hal itu tak membuat Ethan menghentikan langkahnya. Pria itu terus berjalan mendekat ke arah Selina. Hingga jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa senti saja. Sangat dekat, membuat Selina deg-degan.'Tidak mungkin wanita ini mencuri, karena sepertinya dia anak orang berada
Selina mengkedipkan matanya, dia terheran melihat reaksi Ethan saat membaca undangan itu. "Undangan dari siapa, Pak?" tanya Selina penasaran.Tidak ada jawaban dari Ethan, pria itu semakin menunjukkan amarahnya. Bahkan dengan cepat masuk ke dalam kamar, menutup pintu kamar keras hingga membuat Selina, Lukas dan Lily tampak kaget."Daddy kenapa, Kak?" tanya Lily sembari mendongakkan kepadanya."Kan sudah kakak bilang, Daddy kalian itu kerasukan. Ya sudah, mending kalian lanjut main lagi sana," jawab Selina seramah mungkin. Lukas dan Lily pun segera berlari menjauh darinya. Sedangkan Selina, dia tampak memungut undangan yang sudah Ethan bukan dan baca. Mata lentik itu dengan cepat menelisik setiap huruf yang tertera di dalam undangan."Cuman undangan pesta ulang tahun pernikahan. Tapi kenapa Pak Ethan sampai marah besar begitu?" gumam Selina saat dia sudah mengetahui apa isi undangan itu.Dia membawa undangan tersebut, berjalan ke arah ruang tengah di mana Lukas dan Lily sedang bermai
Ethan telah sampai di kampus pagi ini, dia akan mengajar di jam pertama. Dengan semangatnya, Ethan berjalan menuju kelas. Dia senang karena kelas pagi ini tidak ada Selina, karena wanita itu pasti akan terlambat.Namun, saat dia masuk ke dalam kelas. Ethan tak menemukan satu pun mahasiswa di dalamnya. Padahal tadi malam dia sudah merubah jadwal menjadi jam 8 pagi."Kemana mereka semua? Tidak bisanya mereka akan terlambat begini," gumam Ethan dalam kebingungannya.Pasalnya, saat kelasnya pasti tidak pernah ada kejadian seperti ini. Para mahasiswanya itu akan sangat aktif berangkat. "Lebih baik aku tunggu di dalam saja, mungkin mereka belum pada datang." Ethan berjalan masuk ke dalam kelas.Lantas, dia mendudukan dirinya di kursi dosen. Menghidupkan laptopnya dan menyambungkan ke proyektor. Bersiap untuk mengajar sembari menunggu para mahasiswanya.Namun, sudah sekitar 15 menit menunggu, tidak ada satu pun yang datang. Ethan benar-benar dilanda kebingungan."Kenapa mereka semua tidak d
Selina mengetuk pintu ruangan Ethan, dia harus membujuk pria itu agar menurunkan hukuman yang mereka dapatkan. "Masuk." Suara bariton itu terdengar begitu jelas. Dengan cepat, Selina segera masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat Ethan sedang sibuk mengetik di laptop miliknya. Selina pun mendudukan dirinya di kursi depan meja Ethan. "Em, Pak Ethan," panggil Selina dengan raut wajah bingung.Dia tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan mereka. Terlebih Ethan malah mencuekinya begini membuatnya semakin tak nyaman."Pak Ethan." Selina kembali memanggil pria itu, berharap fokus Ethan beralih kepadanya."Silahkan katakan mau apa kamu kemari. Tidak usah perlu banyak basa-basi, saya sedang sibuk!" balas Ethan ketus, pria itu tetap fokus pada layar laptopnya.Selina menghela nafas beratnya, sepertinya memang dia harus segera mengatakan apa maksud dan tujuannya datang kemari."Saya datang ke sini mewakili teman-teman di kelas, ingin meminta keringanan kepada Bapak agar hukuman kami dih
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag