Ethan telah sampai di kampus pagi ini, dia akan mengajar di jam pertama. Dengan semangatnya, Ethan berjalan menuju kelas. Dia senang karena kelas pagi ini tidak ada Selina, karena wanita itu pasti akan terlambat.Namun, saat dia masuk ke dalam kelas. Ethan tak menemukan satu pun mahasiswa di dalamnya. Padahal tadi malam dia sudah merubah jadwal menjadi jam 8 pagi."Kemana mereka semua? Tidak bisanya mereka akan terlambat begini," gumam Ethan dalam kebingungannya.Pasalnya, saat kelasnya pasti tidak pernah ada kejadian seperti ini. Para mahasiswanya itu akan sangat aktif berangkat. "Lebih baik aku tunggu di dalam saja, mungkin mereka belum pada datang." Ethan berjalan masuk ke dalam kelas.Lantas, dia mendudukan dirinya di kursi dosen. Menghidupkan laptopnya dan menyambungkan ke proyektor. Bersiap untuk mengajar sembari menunggu para mahasiswanya.Namun, sudah sekitar 15 menit menunggu, tidak ada satu pun yang datang. Ethan benar-benar dilanda kebingungan."Kenapa mereka semua tidak d
Selina mengetuk pintu ruangan Ethan, dia harus membujuk pria itu agar menurunkan hukuman yang mereka dapatkan. "Masuk." Suara bariton itu terdengar begitu jelas. Dengan cepat, Selina segera masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat Ethan sedang sibuk mengetik di laptop miliknya. Selina pun mendudukan dirinya di kursi depan meja Ethan. "Em, Pak Ethan," panggil Selina dengan raut wajah bingung.Dia tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan mereka. Terlebih Ethan malah mencuekinya begini membuatnya semakin tak nyaman."Pak Ethan." Selina kembali memanggil pria itu, berharap fokus Ethan beralih kepadanya."Silahkan katakan mau apa kamu kemari. Tidak usah perlu banyak basa-basi, saya sedang sibuk!" balas Ethan ketus, pria itu tetap fokus pada layar laptopnya.Selina menghela nafas beratnya, sepertinya memang dia harus segera mengatakan apa maksud dan tujuannya datang kemari."Saya datang ke sini mewakili teman-teman di kelas, ingin meminta keringanan kepada Bapak agar hukuman kami dih
Ethan tampak kesal, karena sejak pertemuannya dengan Selina di ruangannya tadi, sampai sekarang wanita itu belum juga pulang ke rumah. Padahal, tugas Selina mengurus anak-anak sebagai seorang pengasuh. Tapi entahlah, kemana perginya wanita itu. Sejak pulang dari kampus, Ethan sudah dipusingkan mengurus dua anaknya yang super nakal itu."Daddy jadi pergi?" tanya Lily saat dia melihat Ethan sudah memakai stelan jas rapi berwana abu-abu muda. "Jadi, oleh karena itu kalian baik-baik di rumah," jawab Ethan sembari mengelus rambut putri kecilnya itu.Memang malam ini pesta itu digelar. Ethan sudah rapi dan siap, tapi Selina sampai sekarang belum juga tampak batang hidungnya. Padahal, hari sudah malam, dan pesta sebentar lagi dimulai. Ethan tampak ragu jika Selina akan datang. Dia juga bingung, harus bagaimana nanti jika datang sendirian ke pesta itu. Ethan malas bertemu dengan mantan istrinya tanpa membawa pasangan. 'Kemana wanita itu? Jangan bilang dia berubah pikiran. Dia lebih memili
Selina tampak tegang saat dia dan Ethan sudah memasuki ballroom hotel yang begitu mewah. Pesta dibuat sangat meriah dan banyak orang-orang berpenampilan sangat elegan. Tapi dia berusaha bersikap setenang mungkin, agar tidak membuat malu Ethan nantinya. Dia harus bisa menyamai para pria-pria dan wanita dewasa di tempat ini."Mari kita temui mantan istriku," ujar Ethan lirih.Selina hanya menganggukkan kepalanya, dia mempererat pegangannya pada lengan Ethan. Berusaha berjalan se-elegang mungkin, hingga membuat tatapan para pria mengarah kepadanya. "Rosalin," panggil Ethan pada seorang wanita cantik bergaun merah menyala. Wanita yang dipanggilnya itu segera menoleh ke arahnya. Membuat tubuh Ethan sedikit menegang tatkala kedua mata mereka bertemu kembali. Ethan berusaha bersikap dingin. Dia tidak boleh terlihat lemah, terlebih di depan mantan istrinya dan juga pria yang telah menjadi suami wanita itu. Meskipun luka akan penghianatan itu masih terasa layaknya pedang yang menggores hat
Selina melayangkan tatapan penuh tanda tanya ke Ethan. Namun, dia menangkap raut wajah kesedihan dari pria itu saat Rosalin menghinanya. Selina pun memiliki ide brilian untuk membantu Ethan. "Tas anda dari Betharia Collection juga ternyata," tutur Selina sembari memandangi tas yang dipakai oleh Rosalin."Kenapa memangnya? Kamu iri karena kekasihmu tidak mampu membelikan tas semahal ini?" tanya Rosalin sembari memandang remeh ke arah Ethan.Barang-barang dari Betharia Collection memang terbilang sangat mahal dan fantastis. Brand terkenal dengan kemewahannya dan juga kwalitas yang mumpuni."Tidak lihat tas yang aku pakai? Ini adalah tas keluaran terbaru dari Betharia Collection dan limited edition. Jika anda tidak percaya, silahkan cek saja," balas Selina dengan bangganya.Rosalin tampak memandangi tas yang Selina pakai. Seketika dia tercengang saat melihatnya lebih jelas. Rosalin waktu itu sudah mengincar tas tersebut, karena harganya sangatlah mahal, suaminya tidak mau membelikannya.
Selina terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan dari Ethan. "Memang benar jika saya dari keluarga berada. Tapi maksud saya mengikuti sayembara ya karena untuk menikah dengan Bapak. Lantas untuk apa lagi? Kan Pak Ethan membuka sayembara itu untuk mencari calon istri bukan? Apakah ada yang salah?" Selina mengajukan pertanyaan balik.Ethan tersenyum sinis, sudah tertebak. Lantas, untuk apa tadi dia bertanya?"Kamu itu hanya terobsesi dengan saya, bukan cinta," balas Ethan sembari menatap wajah Selina. "Lagian, kamu bukan tipe saya. Terlebih, kamu masih bocah ingusan yang duduk di bangku perkuliahan," lanjut Ethan meremehkannya."Yang terpenting, Bapak sudah mengakui jika saya cantik," balas Selina dengan bangganya."Kapan? Tidak pernah!" Ethan mengelak."Tadi waktu di pesta, Pak Ethan angkat tangan pas host tanya siapa yang cantik. Udahlah, gak usah gengsi, bilang aja saya memang cantik." Selina menarik turunkan alisnya, menggoda Ethan. "Itu karena saya hanya membantu
Seperti pagi biasanya, Selina akan disibukkan dengan mengurus Lily dan Lukas yang sangat nakal itu. "Kalian beneran gak mau sekolah?" tanya Selina kepada dua anak kecil itu."Gak mau malas, Kak," balas Lukas sembari menonton kartun di televisi. Sebenarnya tidak masalah bagi Selina bolos sekolah, karena dia sudah sering melakukannya. Tapi permasalahannya, Ethan akan mengamuk ketika kedua anaknya tidak berangkat sekolah. "Kalau Daddy marah gimana?" Selina masih mencoba dengan cara baik-baik."Tenang, kita yang hadapi nanti," balas Lukas santainya.Dengan begini, Selina bingung. Apakah dia harus memberitahukan Ethan atau tidak. "Lily juga gak mau berangkat sekolah? Nanti kalau teman-teman Lily nyariin kamu gimana? Emang gak bosan di rumah terus? Di sekolah banyak temennya, kan?" Selina mencoba merayu Lily.Semakin lama dia paham, Lily tidak sekeras kepala Lukas. "Kalau Lukas gak berangkat, aku juga gak mau berangkat sekolah, Kak," putus Lily.Selina sedang malas marah-marah, terlebi
Selina mengembalikan badannya, lantas berjalan perlahan ke arah Ethan kembali. Melayangkan tatapan permusuhan ke arah pria itu. “Minta maaf untuk?” tanya Selina sembari memicingkan matanya. “Sikap saya yang sangat keterlaluan semalam,” jawab Ethan dengan wajah datarnya, dia hanya mengikuti nalurinya saja. Selina tersenyum kecut saat mendengarnya, dia muak melihat wajah Ethan kali ini. “Jadi Pak Ethan sudah mengaku jika semalam salah? Kenapa baru minta maaf sekarang?” tanya Selina sembari melayangkan tatapan permusuhan. Ethan hanya mampu terdiam, bibirnya terasa kelu untuk berbicara barang sepatah katapun. Dia hanya mampu menatap wajah Selina yang penuh dengan kekecewaan dan kemarahan. “Ada baiknya Pak Ethan intropeksi diri. Terlebih saya juga muak melihat pria yang main tangan, apalagi dengan anak kecil,” lanjut Selina sembari membuang muka. Ethan meneguk salivanya susah payah. Ucapan Selina barusan sangat menusuk untuknya. “Saya tadi khilaf, lagian kamu juga dulu pernah menjew
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag