Keesokan harinya berita acara Anniversary Emas PT Kita Mulia sudah tersebar di mana-mana. Baik di media cetak, media online dan juga televisi. Baik di dalam maupun luar negeri
Di media bisnis yang diungkap tentang growth dan neraca perusahaan. Ekspansi yang sudah dilakukan serta performa perusahaan.
Beda lagi untuk media hiburan. Yang dimuat adalah sosok Jonathan dan Maya. Mereka berusaha mengorek informasi tentang asal usul Maya. Tapi tidak ada yang menemukan. Akhirnya disebut saja gadis misterius.
Untuk media perempuan, yang diulas adalah sosok nyonya besar, yang dianggap sebagai perempuan perkasa. Di usianya yang sudah sangat senja masih bisa menjadi komisaris di perusahaan multi nasional. Perusahaan yang dirintisnya.
"Lihat tuh, foto dan ulasan tentang mama dimuat di sini," ujar Nyonya Mulia seraya menunjukkan media online yang dibacanya dari handphone.
Tidak mau ketinggalan, nyonya besar kemudian melihat situs online yang berisi te
Maya melangkah meninggalkan rumah besar tempat dia bekerja sebulan ini. Sebuah tas pemberian nyonya besar ditentengnya. Berisi satu stel pakaian yang dibelikan nyonya besar dan yang tunai. Sedangkan dress yang diberikan Jonathan dia tinggalkan saja di kamarnya. Dia tidak ingin memiliki kenangan apapun tentang laki-laki itu."Mbak Maya mau kemana?" tanya satpam rumah besar tersebut."Mau pulang kampung Pak. Sudah sebulan belum pulang," jawab Maya."Mengapa tidak menunggu taksi online saja dari sini?" tanya satpam tersebut."Mau ke depan saja Pak. Sekalian berpamitan dengan paman di depan," ujar Maya yang tiba-tiba mengingat nama paman pura-puranya si Agus, yang juga satpam perumahan tersebut."Oh ya sudah. Hati-hati di jalan ya," ujar satpam tersebut.Maya mengangguk. Ia berjalan kaki sampai pintu gerbang perumahan. Di sana ternyata tidak ada Agus. Maya jadi bernafas lega karena itu.Ia memilih jalan kaki daripada naik taksi onli
Maya tidak mau menunggu lama. Sore harinya dia berpamitan kepada ibu kost untuk pulang kampung. Untuk mengurus KTP dan berkas berkas yang hilang saat dicopet."Kalau urusan saya sudah beres, saya akan kembali ke sini lagi Bu. Mohon doanya semoga semua semua lancar," kata Maya."Hati-hati ya Maya. Maaf kalau mungkin ibu dianggap cerewet. Tapi kartu identitas itu ke depannya akan kamu perlukan untuk kepentingan dirimu sendiri," ucap Bu Hadi.Maya mengangguk. Apa yang dikatakan Bu Hadi benar. Kalau dia tidak memiliki kartu identitas, maka dia hanya akan bisa bekerja pada sektor informal. Padahal Maya masih memiliki cita-cita tinggi untuk kuliah lagi dan bekerja di sektor formal."Iya Bu. Saya paham. Terima kasih sudah diingatkan. Saya berangkat dulu," ucap Maya berpamitan.Maya kemudian menuju jalan raya. Dia akan menunggu bus kota untuk menuju terminal antar kota. Selanjutnya dia akan mencari bus yang akan membawanya ke daerah asal.Sesampainy
Hampir seharian Maya mengurus kembali berkas-berkasnya yang hilang itu. Terutama untuk KTP dan ijazah. Sedangkan untuk paspor sudah diambilnya saat pulang tadi pagi. Untuk SIM dia memang tidak punya. Meskipun dia bisa mengendarai motor dengan baik.Tidak lupa ia ke bank untuk membuka rekening baru agar dia bisa menyimpan uang cash. Selain itu dia akan membeli handphone baru yang murah murah saja untuk memudahkan dia mendapatkan pekerjaan.Ternyata semua agenda tersebut bisa dia selesaikan dalam sehari. "Terima kasih, Tuhan atas semua kemudahan ini," ujarnya bersyukur dalam hati.Setelah semua beres, dia kembali ke terminal. Dia akan mengambil pemberangkatan malam agar bisa sampai di ibukota saat pagi harinya. Maya tidak mau jatuh ke lubang yang sama, tiba tengah malem dan menjadi sasaran copet.Sambil menunggu dia browsing perusahaan atau toko atau rumah makan di sekitar kost nya yang sedang membuka lowongan pekerjaan. Dia menemukan bebe
"Bukankah kamu Maya? Mengapa kamu di sini?" tanya laki-laki tersebut. Seorang laki-laki tinggi berkulit sawo matang dengan rambut panjang diikat ke belakang."Lho mengapa kamu juga di sini? Bukankah ini kost putri?" tanya Maya balik."Aku anak pemilik kost ini," jawab Firman. Laki-laki yang ditemuinya di bis. Bahkan mereka duduk bersebelahan."Oh maaf," ucap Maya. Dia menutup wajahnya karena malu. Dia berlalu menuju pintu samping yang merupakan jalan khusus anak kost."Hai jangan pergi dulu, kamu pasti anak baru ya?" tanya Firman."Iya dia barusan dua hari kost di sini," kata ibu kost yang muncul di balik pintu. Mungkin gara-gara keributan yang ditimbulkan Firman dan Maya sehingga ibu kost ikut keluar."Maaf saya permisi dulu," ujar Maya segera pergi tidak ingin berlama-lama dengan Firman, laki-laki yang diacuhkan di bis. Selain itu perutnya kita sudah prot s minta diisi. Sejak pagi Maya baru makan sekali.Firman hanya memandang Maya
Siang itu juga Maya mendapatkan telepon dari resto. Besok pagi dia diminta untuk mengikuti test wawancara. Kalau memang dinyatakan lolos, maka hari itu juga dia harus mengikuti training selama seminggu sebelum dinyatakan diterima."Apa benar sama Maya Estetika?" tanya seseorang perempuan via telepon.Maya sangat yakin itu telepon dari resto Firman. Sebab hanya di resto tersebut Maya melamar pekerjaan dan mencantumkan nomor teleponnya."Iya, saya sendiri," jawab Maya."Jadi begini. Besok pagi pukul 08.00 Anda diminta datang ke resto untuk mengikuti test wawancara. Kalau memang Anda dinyatakan diterima, maka hari itu pula Anda harus mengikuti training selama seminggu," ucap penelepon tersebut."Dengan senang hati. Besok sebelum pukul delapan saya sampai di resto," kata Maya.Dia berjingkrak kegirangan. Setidaknya dia sudah selangkah lagi mendapatkan pekerjaan. Apalagi keputusan diterima atau tidak tergantung Firman, anak ibu kostnya .K
Pagi sekali Maya sudah bersiap-siap berangkat bekerja. Kali ini dia ingin berangkat sendiri. Dia sangat lelah digosipkan dengan sang pimpinan kepala cabang tersebut. Karena di antara mereka memang tidak terjadi apa-apa."Dia dapat bekerja di sini karena mendekati pimpinan. Lihat masak setiap hari berangkat dsn pergi berdua, " ujar Laila salah seorang pegawai di dapur. Asisten chief."Masak karyawan baru bekerja tiga bulan sudah diangkat jadi kepala waiters. Sedangkan kita yang sudah bertahun-tahun tetap saja di posisi ini," ujar Alya yang juga walters."Kita harus membuat pelajaran terhadap gadis itu," ujar Laila.Mereka pun berbisik untuk membuat rencana. Setelah itu mengangguk tanda setuju."Hahahaha, aku tidak bisa membayangkan nanti bagaimana malunya dia," ucap Laila lagi."Coba kita lihat nanti, bagaimana reaksi pimpinan. Masak masih akan membela dia," ujar Alya."Kalau mau membela dan tidak memecatnya. Keterlaluan," sahut
Selanjutnya dia mengambil dompet di tas coklat itu. "Maaf ya saya terpaksa membuka dompet ini untuk mengetahui identitasnya. Dan ternyata milik Maya," ucap Firman.Semua mata tertuju kepada Maya. Termasuk Firman. Dia sangat kaget mendapat kenyataan ini. Gadis yang dia puja ternyata kedapatan mencuri uang milik anak buahnya sendiri."Lagaknya sok alim. Ternyata," ujar Laila."Dikira cupu ternyata, suhu," timpal Alya."Sudah sudah. Saya kira masalah selesai. Sudah jelas siapa yang ditemukan uang itu di tasnya," ucap Firman."Huuuuuu," teriak karyawan lain seraya membubarkan diri."Maya. Temui saya di ruangan saya. Untuk Delia, ambil uangnya. Jaga hati-hati uangmu. Biar tidak bikin orang lain tertarik untuk mengambilnya, " ujar Firman lagi.Maya hanya bisa pasrah. Matanya memerah usai menangis. Dia sangat malu dianggap telah mencuri uang di tas Delia. Padahal tas Delia yang mana dia tidak tahu.Dengan langkah lunglai Maya me
"Kamu harus kuat. Kadang hidup tidak sesuai yang kita inginkan," kata Maya seraya merangkul pundak Delia.Setelah berganti baju, Maya melangkah dengan mantap keluar dari resto tersebut. Dia menyalami anak buahnya sesama waiters dan memberi semangat untuk tetap bekerja dengan rajin."Semangat ya. Ada atau tidak ada saya harus tetap semangat," ujar Maya sambil tersenyum. Maya merangkul Salsa dan memberinya semangat.Sementara itu di ruangannya, Firman tampak mondar mandir. Dia sama sekali tidak bermaksud menyuruh Maya untuk keluar dari pekerjaannya. Namun ternyata Maya berpikiran lain. Dan benar-benar memilih resign."Kamu memang keras kepala Maya. Soal harga diri kamu memegang teguh pendirian," ujar Firman dalam hati.Rencananya untuk mendekati Maya juga kandas untuk saat ini. Padahal dia sudah jatuh hati pada pandangan pertama pada gadis itu. Dan ibunya juga sudah mendukung Firman untuk mendekati Maya.Maya berjalan semakin jauh meninggalkan
Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik
"Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama
Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.
Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug
Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud
Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi
Maya memejamkan mata. Namun pikirannya justru melayang kemana-mana. Bahkan dia tidak mandi atau mengganti pakaian kerjanya untuk beberapa saat."Akh, mungkin berendam di air hangat membuat pikiranku lebih fresh," ujar Mata sambil melangkah ke kamar mandi.Benar saja, dia berendam di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hampir satu jam. Bahkan Adel yang mencari Maya untuk diajak makan malam sempat khawatir sahabatnya itu pingsan di kamar mandi."Maya, kamu di kamar mandi kah?" tanya Adel.Tidak ada jawaban untuk beberapa saat. Barulah panggilan ketiga Maya baru menyahut."Iya, aku di dalam," jawab Maya."Syukurlah. Khawatirnya kamu pingsan lagi."Tidak lama kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih bugar. "Aku sudah pesan makanan untuk kita berdua," kata Adel."Kamu memang sahabat terbaik.""Aku pesan nasi goreng. Semoga kamu suka," kata Adel lagi."Pasti suka. Kita belum sempat makan sejak siang tadi," kata Maya."Iya, aku sendiri tidak tega meninggalkanmu m
Tidak lama setelah itu, mobil perusahaan disiapkan untuk membawa Maya ke rumah sakit. Bagaimanapun juga kejadian ini terjadi di kantor saat Maya bekerja. Sehingga dihitung sebagai kecelakaan kerja. Adel ikut mengantar Maya ke rumah sakit. Setelah ditangani di UGD lalu dibawa ke ruang perawatan. Di sana Maya baru siuman. Adel ingat saat suster meninggalkan ruangan terserah sempat berpesan, apabila pasien sadar untuk segera menghubungi perawat dengan menekan tombol yang tidak jauh dari tempat tidur Maya. Adel menekan tombol itu.Tidak beberapa lama seorang perawat datang. "Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan berbaju dan rok sebatas lutut berwarna putih itu dengan rambut diikat rapi ke belakang. Di atas rambutnya ada topi kecil. Tampak rapi."Pasien bangun Suster," kata Adel."Syukurlah. Habis ini akan ada dokter jaga yang melakukan visite ke mari. Anda bisa bertanya seputar masalah sakitnya pasien," ujar Suster tersebut kepada Adel."Apa saya tidak boleh bertanya sesuatu Suster?"
Pagi itu Maya bangun dengan malas. Dia merasakan tubuhnya kurang enak badan. Malas beraktivitas dan dada serta perutnya terasa penuh."Apa yang salah denganku?" batinnya.Namun, dia berusaha beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air hangat untuk mandi. Agar tubuhnya bisa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.Baru saja dia melepas pakaiannya untuk mandi, perutnya terasa mual. Huek huek huek.Dia menuju wastafel dan menumpahkan isi perutnya di sana. Namun karena belum makan apapun tidak ada yang keluar dari mulut Maya, selain air yang agak berwarna kuning. "Sepertinya aku masuk angin. Maklum cuaca begitu dingin di luar di bulan Juli ini," kata Maya.Usai mandi dan berganti baju, Maya berencana ke dapur. Seperti biasa, dia ingin menyiapkan sarapan pagi. Sebelum itu dia ingin membuat minuman jahe panas agar tubuhnya sedikit hangat. Baru saja dia memanaskan air dan menuang serbuk jahe instan di gelas, perutnya kembali mual. Dia kembali ingin memun