"Bukankah kamu Maya? Mengapa kamu di sini?" tanya laki-laki tersebut. Seorang laki-laki tinggi berkulit sawo matang dengan rambut panjang diikat ke belakang.
"Lho mengapa kamu juga di sini? Bukankah ini kost putri?" tanya Maya balik.
"Aku anak pemilik kost ini," jawab Firman. Laki-laki yang ditemuinya di bis. Bahkan mereka duduk bersebelahan.
"Oh maaf," ucap Maya. Dia menutup wajahnya karena malu. Dia berlalu menuju pintu samping yang merupakan jalan khusus anak kost.
"Hai jangan pergi dulu, kamu pasti anak baru ya?" tanya Firman.
"Iya dia barusan dua hari kost di sini," kata ibu kost yang muncul di balik pintu. Mungkin gara-gara keributan yang ditimbulkan Firman dan Maya sehingga ibu kost ikut keluar.
"Maaf saya permisi dulu," ujar Maya segera pergi tidak ingin berlama-lama dengan Firman, laki-laki yang diacuhkan di bis. Selain itu perutnya kita sudah prot s minta diisi. Sejak pagi Maya baru makan sekali.
Firman hanya memandang Maya
Siang itu juga Maya mendapatkan telepon dari resto. Besok pagi dia diminta untuk mengikuti test wawancara. Kalau memang dinyatakan lolos, maka hari itu juga dia harus mengikuti training selama seminggu sebelum dinyatakan diterima."Apa benar sama Maya Estetika?" tanya seseorang perempuan via telepon.Maya sangat yakin itu telepon dari resto Firman. Sebab hanya di resto tersebut Maya melamar pekerjaan dan mencantumkan nomor teleponnya."Iya, saya sendiri," jawab Maya."Jadi begini. Besok pagi pukul 08.00 Anda diminta datang ke resto untuk mengikuti test wawancara. Kalau memang Anda dinyatakan diterima, maka hari itu pula Anda harus mengikuti training selama seminggu," ucap penelepon tersebut."Dengan senang hati. Besok sebelum pukul delapan saya sampai di resto," kata Maya.Dia berjingkrak kegirangan. Setidaknya dia sudah selangkah lagi mendapatkan pekerjaan. Apalagi keputusan diterima atau tidak tergantung Firman, anak ibu kostnya .K
Pagi sekali Maya sudah bersiap-siap berangkat bekerja. Kali ini dia ingin berangkat sendiri. Dia sangat lelah digosipkan dengan sang pimpinan kepala cabang tersebut. Karena di antara mereka memang tidak terjadi apa-apa."Dia dapat bekerja di sini karena mendekati pimpinan. Lihat masak setiap hari berangkat dsn pergi berdua, " ujar Laila salah seorang pegawai di dapur. Asisten chief."Masak karyawan baru bekerja tiga bulan sudah diangkat jadi kepala waiters. Sedangkan kita yang sudah bertahun-tahun tetap saja di posisi ini," ujar Alya yang juga walters."Kita harus membuat pelajaran terhadap gadis itu," ujar Laila.Mereka pun berbisik untuk membuat rencana. Setelah itu mengangguk tanda setuju."Hahahaha, aku tidak bisa membayangkan nanti bagaimana malunya dia," ucap Laila lagi."Coba kita lihat nanti, bagaimana reaksi pimpinan. Masak masih akan membela dia," ujar Alya."Kalau mau membela dan tidak memecatnya. Keterlaluan," sahut
Selanjutnya dia mengambil dompet di tas coklat itu. "Maaf ya saya terpaksa membuka dompet ini untuk mengetahui identitasnya. Dan ternyata milik Maya," ucap Firman.Semua mata tertuju kepada Maya. Termasuk Firman. Dia sangat kaget mendapat kenyataan ini. Gadis yang dia puja ternyata kedapatan mencuri uang milik anak buahnya sendiri."Lagaknya sok alim. Ternyata," ujar Laila."Dikira cupu ternyata, suhu," timpal Alya."Sudah sudah. Saya kira masalah selesai. Sudah jelas siapa yang ditemukan uang itu di tasnya," ucap Firman."Huuuuuu," teriak karyawan lain seraya membubarkan diri."Maya. Temui saya di ruangan saya. Untuk Delia, ambil uangnya. Jaga hati-hati uangmu. Biar tidak bikin orang lain tertarik untuk mengambilnya, " ujar Firman lagi.Maya hanya bisa pasrah. Matanya memerah usai menangis. Dia sangat malu dianggap telah mencuri uang di tas Delia. Padahal tas Delia yang mana dia tidak tahu.Dengan langkah lunglai Maya me
"Kamu harus kuat. Kadang hidup tidak sesuai yang kita inginkan," kata Maya seraya merangkul pundak Delia.Setelah berganti baju, Maya melangkah dengan mantap keluar dari resto tersebut. Dia menyalami anak buahnya sesama waiters dan memberi semangat untuk tetap bekerja dengan rajin."Semangat ya. Ada atau tidak ada saya harus tetap semangat," ujar Maya sambil tersenyum. Maya merangkul Salsa dan memberinya semangat.Sementara itu di ruangannya, Firman tampak mondar mandir. Dia sama sekali tidak bermaksud menyuruh Maya untuk keluar dari pekerjaannya. Namun ternyata Maya berpikiran lain. Dan benar-benar memilih resign."Kamu memang keras kepala Maya. Soal harga diri kamu memegang teguh pendirian," ujar Firman dalam hati.Rencananya untuk mendekati Maya juga kandas untuk saat ini. Padahal dia sudah jatuh hati pada pandangan pertama pada gadis itu. Dan ibunya juga sudah mendukung Firman untuk mendekati Maya.Maya berjalan semakin jauh meninggalkan
Keesokan harinya, Hengky berangkat lebih pagi. Dia akan meminta satpam untuk membuka CCTV di depan ruang karyawan tersebut pada pukul 08.00.Dia ingin tahu siapa yang keluar terakhir setelah Delia keluar. Dan adakah orang lain yang masuk ke ruangan tersebut sebelum kejadian tersebut terungkap.Setelah memarkir motor sport hijau, Hengky tidak langsung masuk ke dalam resto. Dia malah menuju pos satpam di dekat jalan."Pagi Pak Satpam," ujar Hengky mengakrabkan diri."Pagi juga Mas Hengky. Tumben berangkat pagi," sapa satpam balik."Lagi bangun kepagian Pak Satpam," ucap Hengky.Selanjutnya, Hengky duduk di dekat satpam tersebut. "Boleh ya Pak, saya ikut duduk di sini saja. Sebab di dalam masih dipel," ujar Hengky."Malah senang saya. Ada yang nemenin ngobrol. Biasanya hanya main handphone saja. Bosen," kata satpam tersebut."Oiya Pak, untuk urusan CCTV gitu siapa yang boleh membuka?" tanya Hengky memulai aksinya.
Suara percakapan antara Alya dan Laila terdengar keras di ruangan itu. Keempat orang yang ada di sana mendengarkan rekaman yang diambil Hengky dengan seksama. Bahkan untuk bernafas pun hati-hati agar tidak mengalahkan suara rekaman."Hengky, tolong kirim rekaman itu ke handphone saya," perintah Firman."Baik Pak," kata Hengky."Saya merasa bersalah kepada Maya sudah menuduhnya. Bahkan memperrmalukannya di depan umum," kata Firman.Dia tampak frustasi dengan menarik rambut panjangnya sendiri. Kalau Firman bisa membalikkan waktu ingin rasanya mendengarkan kata-kata Maya saat itu. Yang dengan terang-terangan menolak dituduh sebagai pencuri. "Mengapa aku lupa untuk mengechek CCTV ya, padahal alat ini digunakan untuk menangani hal-hal seperti ini," sesal Firman.Hengky, satpam dan Delia diam saja tidak ada yang menjawab. Mereka juga menyesalkan peristiwa itu yang menyebabkan Maya memilih mengundurkan diri."Pantesan Maya tetap kekeh tidak m
Sementara itu, pada hari yang sama Maya sedang berjalan kaki menuju sebuah gedung berlantai 15. Di sana dia berencana untuk melamar pekerjaan sebagai tenaga administrasi. Ijazah SMA cukup untuk keperluan itu."Ada perlu apa ya Mbak?" tanya seorang satpam di depan pintu."Mau melamar pekerjaan Pak. Saya dapat info dari medsos perusahaan ini membutuhkan beberapa tenaga kerja baru," kata Maya."Silahkan Mbak menemui HRD kami. Bu Tuti di lantai 10," jelas satpam.Maya menatap ke arah lift. Dia beranjak ke sana untuk naik ke lantai 10 seperti yang dikatakan satpam. "Kalau segitu saya segera menemui Bu Tuti. Permisi Pak," ucap Maya berpamitan.Tidak seberapa lama Maya sampai di lantai 10. Ternyata di sana banyak sekali ruangan yang berjajar. Maya tidak tahu di ruangan mana Bu Tuti berada. Beruntung seorang karyawan keluar dari salah satu ruangan yang ada di sana."Maaf Mas mau tanya. Ruangan Bu Tuti sebelah mana?" tanya Maya."Oh di r
Maya menuju lantai 13. Suasana masih sepi saat itu. Karena memang bukan jam istirahat. Yang pertama dituju adalah pantry. Dia akan membersihkan ruangan tersebut. Karena dia ingin ruangan yang nyaman untuk dia bekerja sehari hari.Baru saja dia tiba di sana ternyata telepon pantry berbunyi."Selamat siang. Bersama Maya di sini. Ada yang bisa dibantu?" tanya Maya."Segera buatkan teh hangat untukku. Gulanya sedikit saja," kata orang yang menelepon tersebut.Belum sempat Maya bertanya namanya. Telepon sudah dimatikan."Waduh bagaimana ini. Masak baru kerja beberapa jam sudah membuat kesalahan," ucap Maya dalam hati.Dia mencoba mencari teh dan gula, namun dia tidak menemukan tempatnya. Yang dia tahu hanya letak kompor dan elpiji. Karena terlihat di depan mata. Untuk cangkir gelas dan sendok dia belum mencarinya."Aku harus turun ke lantai 3 menanyakan ke Bu Mira," ujar Maya mendapatkan solusi.Dia keluar dari pantry. Lalu tu
Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik
"Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama
Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.
Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug
Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud
Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi
Maya memejamkan mata. Namun pikirannya justru melayang kemana-mana. Bahkan dia tidak mandi atau mengganti pakaian kerjanya untuk beberapa saat."Akh, mungkin berendam di air hangat membuat pikiranku lebih fresh," ujar Mata sambil melangkah ke kamar mandi.Benar saja, dia berendam di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hampir satu jam. Bahkan Adel yang mencari Maya untuk diajak makan malam sempat khawatir sahabatnya itu pingsan di kamar mandi."Maya, kamu di kamar mandi kah?" tanya Adel.Tidak ada jawaban untuk beberapa saat. Barulah panggilan ketiga Maya baru menyahut."Iya, aku di dalam," jawab Maya."Syukurlah. Khawatirnya kamu pingsan lagi."Tidak lama kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih bugar. "Aku sudah pesan makanan untuk kita berdua," kata Adel."Kamu memang sahabat terbaik.""Aku pesan nasi goreng. Semoga kamu suka," kata Adel lagi."Pasti suka. Kita belum sempat makan sejak siang tadi," kata Maya."Iya, aku sendiri tidak tega meninggalkanmu m
Tidak lama setelah itu, mobil perusahaan disiapkan untuk membawa Maya ke rumah sakit. Bagaimanapun juga kejadian ini terjadi di kantor saat Maya bekerja. Sehingga dihitung sebagai kecelakaan kerja. Adel ikut mengantar Maya ke rumah sakit. Setelah ditangani di UGD lalu dibawa ke ruang perawatan. Di sana Maya baru siuman. Adel ingat saat suster meninggalkan ruangan terserah sempat berpesan, apabila pasien sadar untuk segera menghubungi perawat dengan menekan tombol yang tidak jauh dari tempat tidur Maya. Adel menekan tombol itu.Tidak beberapa lama seorang perawat datang. "Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan berbaju dan rok sebatas lutut berwarna putih itu dengan rambut diikat rapi ke belakang. Di atas rambutnya ada topi kecil. Tampak rapi."Pasien bangun Suster," kata Adel."Syukurlah. Habis ini akan ada dokter jaga yang melakukan visite ke mari. Anda bisa bertanya seputar masalah sakitnya pasien," ujar Suster tersebut kepada Adel."Apa saya tidak boleh bertanya sesuatu Suster?"
Pagi itu Maya bangun dengan malas. Dia merasakan tubuhnya kurang enak badan. Malas beraktivitas dan dada serta perutnya terasa penuh."Apa yang salah denganku?" batinnya.Namun, dia berusaha beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air hangat untuk mandi. Agar tubuhnya bisa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.Baru saja dia melepas pakaiannya untuk mandi, perutnya terasa mual. Huek huek huek.Dia menuju wastafel dan menumpahkan isi perutnya di sana. Namun karena belum makan apapun tidak ada yang keluar dari mulut Maya, selain air yang agak berwarna kuning. "Sepertinya aku masuk angin. Maklum cuaca begitu dingin di luar di bulan Juli ini," kata Maya.Usai mandi dan berganti baju, Maya berencana ke dapur. Seperti biasa, dia ingin menyiapkan sarapan pagi. Sebelum itu dia ingin membuat minuman jahe panas agar tubuhnya sedikit hangat. Baru saja dia memanaskan air dan menuang serbuk jahe instan di gelas, perutnya kembali mual. Dia kembali ingin memun