"Nah, bajunya kelihatan cantik dan pantas banget dipakai sama kamu," puji Martha, seraya tersenyum tipis dan menambahkan, "Kayaknya nggak ada yang perlu direvisi lagi." Wanita itu lantas mengalihkan pandangannya pada desainer yang sejak tadi menunggu dan berbincang.Sedangkan Nadia kini memilih untuk duduk karena pagi hari membuatnya seringkali merasa mual. Gadis Itu tampak mengedarkan pandangannya dan kini menangkap sosok seorang bocah kecil turun dari kamarnya.Sean tampak sumringah dan segera mendekatinya sambil berkata, "Kak Nadia, ayo main!" Dengan suara rengas hanya yang terdengar manja, bocah lelaki itu tampak menarik pelan tangan Nadia. Namun sebelum gadis itu bisa bereaksi, Marta lebih dulu menyelak dan langsung mengingatkan sang cucu, "Sean, mainnya sama yang lain dulu, ya? Kak Nadia masih sibuk," tuturnya.Mendengar itu, Sean seketika langsung berhenti merengek. Bocah lelaki itu justru mengalihkan pandangannya pada Nadia dan mengerutkan keningnya seraya berkata, "Kalau Kaka
"Tuan Muda?" Pelayan yang baru saja selesai membeli minuman Itu tampak mengerutkan keningnya dan mencoba untuk mencari bocah lelaki yang tadi ditinggalkannya. Dia tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan hanya melihat bola milik Sean.Dengan cepat dia langsung mendekat dan meraih bola itu sambil mencoba untuk memanggil nama Sean."Tuan Muda, Anda ada dimana?"Meskipun beberapa kali dia mencoba untuk memanggil nama Sean, bocah lelaki itu tak merespon sama sekali.Kekhawatiran kini tampak menyelimuti wajahnya dengan jelas ketika sadar bahwa dia telah lalai dalam tanggung jawabnya dan membuat seorang bocah lelaki kini tak bisa ditemukan sama sekali.Minuman yang sejak tadi berada di tangannya itu seketika langsung terjatuh. Dengan panik dia langsung pergi tergesa-gesa untuk kembali ke mansion. Berharap tuan mudanya itu ada di sana. 'Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku bisa mati di tangan Tuan Daniel!'Di waktu yang sama, seorang wanita yang baru saja membawa Sea
"Aku tak akan segan untuk menyeret keluargamu jika sampai namaku itu kau sebut ketika ada masalah."Seketika wanita itu langsung merasa merinding ketika mendapatkan ancaman lagi dari Monica. Dia dengan cepat langsung menganggukkan kepalanya patuh karena tak mungkin baginya untuk bersikap kurang ajar sebab nyawa serta masa depannya saat ini berada tepat di tangan Monica.Meski wanita itu memang cukup royal soal uang dan tak segan memberikan banyak uang ketika pekerjaan selesai dengan baik, Ada banyak hal yang perlu ditaati mengingat bahwa wanita itu memiliki sikap yang buruk. Monica bisa melakukan apapun jika dia merasa tersinggung.Setelah mengobrol cukup lama, wanita itu lantas memutuskan sambungan teleponnya dan menghela nafas perlahan sambil mengusap kulitnya yang masih merasa merinding sembari berkata lirih, "Gila ... dia bahkan nggak segan untuk mengancamku secara langsung seperti ini."Di tengah-tengah perasaannya yang saat ini tengah bimbang karena mendapatkan ancaman dari Monic
"Nadia, saat ini bukan waktunya bagimu untuk ikut campur dan mencari Sean. Biar Tante saja, kamu tunggu lah di sini."Nadia yang mendengar itu seketika langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berkata, "Tante, Sean dalam tanggung jawab Nadia. Gimanapun juga, Nadia harus ikut mencarinya."Martha menghela napas perlahan sambil mengelus pelan pundak gadis itu dan mencoba untuk memperingatinya secara halus, "Nadia, Tante tahu kalau kamu pasti mengkhawatirkan Sean." Dia menatap lekat gadis itu sembari menambahkan, "Tapi, kamu juga harus mengingat tentang keadaanmu sendiri yang saat ini sedang hamil muda. Kamu nggak boleh kecapean apa lagi mengkhawatirkan sesuatu seperti ini secara berlebihan." Ada kekhawatiran yang jelas tampak di raut wajah wanita paruh baya itu dan Martha kembali menambahkan, "Semua orang di sini akan membantu untuk mencari Sean dan hal yang perlu kamu lakukan saat ini adalah menunggu."Meski Nadia sebenarnya ingin menolak dan mengatakan tidak karena bagaimanapun
"Kerahkan semua bodyguard untuk mencari Sean."Dion tampak mengerutkan keningnya, namun dia tak berani bertanya ketika melihat raut wajah sang atasan terlihat begitu serius. "Baik," jawabnya singkat. Pandangannya itu tetap saja melekat pada Daniel, yang saat ini tampak sibuk mencoba untuk menghubungi orang-orang kepercayaannya.Di dalam hatinya, Dion berkata, 'Apa ada sesuatu yang terjadi pada Sean? Situasinya nggak pernah seserius ini.'Di saat dia telah memikirkan itu, Daniel yang sudah selesai menelepon tampak menatapnya lekat dan berkata, "Cari tahu semua orang yang memiliki masalah denganku dan awasi mereka satu persatu!"Dion kembali mengerutkan keningnya dan kali ini dia memberanikan diri untuk bertanya, "Apa ada sesuatu yang terjadi pada Sean, bos?""Dia hilang!"Mata Dion seketika tampak membulat dengan sempurna ketika mendengar hal itu. "Hilang?! Kok bisa, Bos? Padahal keamanan di rumah ketat dan--""Untuk saat ini, lakukan saja perintahku!" Daniel segera memotong ucapan asi
"Tapi ada seseorang yang dicurigai dan kemungkinan besar bisa saja dia yang melakukannya."Hendrawan terdiam sejenak ketika mendengar penuturan putranya dan sebenarnya pria paruh baya itu juga merasakan hal yang sama. Dia menghela nafas perlahan sebelum akhirnya membuka suara untuk bertanya, "Apa seseorang yang kamu curigai itu Monica?""Ya," jawab Daniel singkat.Tak ada alasan untuk membuat mantan istrinya itu benar-benar tenang tanpa dicurigai sedikitpun mengingat bahwa wanita itu bisa melakukan apapun demi memenuhi ambisinya.Rasanya tidak ada seseorang yang jauh lebih gila dibandingkan dengan Monica.Hendrawan kembali menghela nafas berat dan kali ini dia juga menyetujui pernyataan putranya."Papa nggak tahu siapa yang sebenarnya salah di sini dan berniat untuk mencelakai Sean. Tapi jika mereka sudah berani menyentuhnya, Mama dan Papa nggak akan diam saja!"Ada perasaan mengintimidasi dibalik suara dingin Hendrawan. Pria itu kembali melirik ke arah istrinya yang kini tampak panik
Anggun menggelengkan kepalanya perlahan dan berkata, "Kami masih belum bisa menemukannya. Namun ada seorang pemulung yang sempat mengatakan dia melihat seorang anak kecil dibawa masuk ke dalam mobil."Mata Daniel seketika langsung membulat dengan sempurna, itu artinya putranya memang benar-benar diculik."Dimana informannya? Bawa kemari!" perintah Hendrawan. Anggun dengan cepat langsung mengangguk-anggukkan kepalanya dan berlalu keluar. Beberapa detik berikutnya dia langsung masuk kembali dengan seorang pria paruh baya bertubuh ringkih yang berpenampilan sedikit lusuh.Hendrawan dengan cepat langsung mendekat dan mencoba untuk bertanya meski pria itu tampak sedikit ketakutan, "Apa benar Anda melihat seorang anak kecil dibawa masuk ke dalam mobil?"Pria itu menganggukkan kepalanya perlahan. "Benar, saya sempat melihat seorang wanita membopong anak kecil dan memasukkannya ke dalam mobil."Ada perasaan aneh yang kini melintas di dalam hati Daniel. Pria itu dengan cepat langsung mengeluar
"Nadia, ini salah Tante. Harusnya tadi kita nggak sibuk di sini dan temani Sean."Nadia yang mendengar itu seketika langsung menggelengkan kepalanya perlahan sambil mengusap pundak Martha, sambil menenangkannya, "Tante, ini bukan saatnya bagi kita untuk saling menyalahkan." Dengan tatapan matanya yang semakin serius, gadis itu kembali menambahkan, "Tante juga nggak tahu kalau hal seperti ini akan terjadi, bukan? Sebaiknya sekarang kita berpikir jernih sedikit dan mencari cara untuk menemukan Sean.""Nadia benar, Ma." Hendrawan yang sejak terdiam kini tampak menatap istrinya itu dan mencoba untuk tak membuatnya terlalu khawatir. Dia berbalik menatap Nadia dan berkata lagi, "Kita harus bisa berpikir dengan sini karena para penculik saat ini pasti juga mencari cara agar tak tertangkap.""Om, benar." Nadia menganggukkan kepalanya perlahan dan berbalik menatap ke arah wanita paruh gaya yang sejak tadi berjalan mondar-mandir, dia memintanya untuk duduk, lalu kembali bicara sambil menatap lek