Share

Mendapat Jawaban

Penulis: Ummu Amay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-23 11:00:34

Sore itu Ethan pergi mengunjungi kedua orang tuanya. Sudah sebulan terakhir ia tidak datang berkunjung sebab pekerjaan yang begitu menyita waktunya sampai-sampai untuk bersalam sapa dengan orang-orang tersayangnya itu ia tidak mampu.

Seorang gadis berusia remaja adalah sosok yang membukakan pintu untuknya. Tampak cantik dengan seragam SMA-nya dengan rambut panjang dikuncir kuda.

"Wah, ada angin apa nih datang ke sini?" tanya remaja itu yang tak lain adalah Bella, adik Ethan.

Ethan tidak menjawab, ia hanya mengucek rambut adiknya sebagai respon atas sindiran yang dilontarkan.

"Ih! Berantakan tahu, Kak!" seru Bella kesal. Tak suka rambutnya yang baru saja dirapikan, harus kembali acak-acakan sebab ulah jahil kakaknya tersebut.

"Ayah udah pulang?" tanya Ethan yang mendapat anggukan dari sang adik.

"Baru atau dari tadi?" tanya Ethan lagi.

Namun, bukannya mendapat jawaban, Ethan malah mendapat tatapan sinis dari Bella melalui ekor matanya. "Sebulan enggak ke sini, jangan sampai lupa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ritza Nakia
lanjut lagi dong
goodnovel comment avatar
nana lizt
ethan bener2 penasaran........ thor up yg banyk donk ini crita bner2 bgus bgtt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kesal dan Terusik

    Alex masuk ke sebuah klub malam di mana Maura mengajaknya bertemu. Di sebuah bangku yang posisinya sedikit ke pojok, Maura duduk bersama sepasang kekasih yang sedang memadu cinta. Pemandangan tersebut membuat Alex memalingkan mukanya jengah. "Alex! Di sini?" seru Maura tersenyum sembari melambaikan tangannya. Alex berjalan pelan menuju sang kekasih. Beberapa meja yang ia lewati juga menunjukkan pemandangan yang sama di mana para pasangan tua atau pun muda yang beraksi tak mengenal malu. Mereka berciuman dengan tangan yang tidak tinggal diam diiringi musik dari disc jockey yang memainkan lagu di atas stage. "Hai, Lex! Apa kabar?" sapa seorang pria yang duduk di dekat Maura, yang saat itu sedang memangku kekasihnya dalam posisi yang sangat intim. "Hem, baik." Alex menjawab pertanyaan yang kawan Maura lontarkan. Sikapnya terlihat malas dan tak semangat. "Lama banget, Lex. Lagi pacaran, ya, sama istri kamu?" tanya Maura terdengar meledek. Tawa tersungging di bibirnya. Bahkan pasangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pernikahan yang Tak Diinginkan

    Malam itu Shania berdiri di depan cermin, memandang wajahnya yang lesu. Ia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak diinginkannya. Pernikahan dengan Alex, putra keluarga kaya, terasa seperti sebuah kesepakatan bisnis, bukan persatuan cinta.Shania masih ingat jika teman kuliahnya itu adalah kekasih Maura, primadona kampus yang selalu mendapatkan perhatian semua orang, baik mahasiswa juga dosen. Cinta keduanya yang dulu selalu penuh gairah, kerap membuat iri siapa saja yang melihat, termasuk dirinya yang sudah lama jatuh cinta pada teman masa kecilnya itu. "Shania, sudah waktunya," panggil ibunya dari luar kamar.Ia mengambil napas dalam-dalam dan keluar, menuju ke malam pernikahan yang akan mengubah hidupnya selamanya.Shania melangkah ke aula pernikahan yang megah dan mewah yang sudah dipenuhi para tamu undangan. Ia melihat Alex, calon suaminya, yang tampan dalam balutan jas putih yang membuatnya bak pangeran berkuda, tersenyum menatapnya. Namun, Shania tahu jika senyum lelaki itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Malam Pertama yang Tak Terduga

    Shania tersudut dan takut. Ia tidak siap untuk melakukan hal tersebut, terutama bersama Alex. Namun, ciuman pertama yang ia simpan selama ini, harus ia relakan pada lelaki yang tak mencintainya itu. "Alex, tolong ... aku belum siap," kata Shania, berusaha melepaskan diri dalam kuluman liar sang suami. Selain itu, bau alkohol begitu menyengat, membuat kepala Shania menjadi pusing. Alex melepaskan. Ia menatap Shania dengan mata tajam dan dingin. "Kau belum siap? Kita sudah menikah, Shania. Lakukan tugasmu sebagai seorang istri."Alex kembali memaksa. Ia kemudian melepas gaun pengantin yang Shania kenakan hingga membuat gadis itu setengah telanjang. Seketika Alex berdiri mematung saat menatap keindahan tubuh istrinya itu. Sontak Shania menutup tubuhnya dengan kedua tangan. Tatapan sang suami membuatnya risih, tapi juga gugup.Namun, ketika Alex hendak kembali mendekat, tiba-tiba terdengar suara pesan masuk di ponselnya. Ia melihat layar dan terkejut."Apa ada yang penting?" tanya Vict

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menyusun Rencana Hidup

    Berusaha melupakan apa yang telah terjadi, Shania memilih untuk berdamai dengan keadaan. Nasi telah menjadi bubur. Seharusnya sejak awal ia menolak ketika lamaran dari keluarga Sebastian datang kepadanya. Tapi, yang Alex katakan memang benar, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Shania sendiri bahagia karena bisa diperistri oleh kawan masa kecilnya itu. Meski ia menyadari jika wanita yang dicintai oleh Alex bukanlah dirinya. Sepekan berlalu sejak pernikahan mereka, Shania kini tinggal bersama Alex di rumah milik suaminya itu. Walau orang tua Shania juga memberikan kado pernikahan berupa rumah yang tak kalah mewah, tapi Alex memaksa supaya ia dan Shania tinggal di rumahnya. "Aku suaminya sekarang. Jadi, apapun yang terjadi, Shania adalah tanggung jawabku."Orang tua mana yang tidak senang melihat putrinya diperhatikan dengan sangat baik oleh suaminya. Kedua orang tua Shania menganggap jika mereka tidak keliru ketika menerima pinangan keluarga Sebastian. Selain hubungan keluarga y

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kembali Terluka

    Alex marah karena merasa telah dihina oleh Shania. "Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan? Senang-senang di kafe dan tersenyum bahagia dengan laki-laki lain?"Shania terkejut. "Kamu memata-matai aku?" tanyanya tak percaya. "Kau pikir aku tidak ada kerjaan selain memata-matai kamu.""Lantas, dari mana kamu bisa tahu kalau aku ada acara di kafe?""Brian tidak sengaja melihat kamu di sana." Alex menjawab kesal. "Heh! Anak buahmu ada di sana, lantas di mana bos-nya berada? Apakah sudah ada di rumah? Atau sedang di tempat wanita lain?" tanya Shania menyindir. Shania tidak asal bicara atau menuduh. Ia mulai curiga kalau Alex kerap bersama seorang wanita sebab dari aroma parfum di kemeja kerjanya yang tak sengaja pernah tercium. "Apa maksudmu wanita lain? Tentu saja aku sudah pulang. Kamu lihat sendiri aku sudah ada di sini ketika istrinya baru kembali dari luar." Alex terlihat menyembunyikan sesuatu. "Mana aku tahu. Entahlah, terlalu sulit mempercayai ucapan seorang lelaki ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menutup Diri

    Jam delapan kurang lima menit Shania baru sampai di kantor. Seluruh karyawan sudah datang kecuali dirinya. "Kamu kesiangan, Shania?" tanya Fiersa yang sudah duduk di kursi kerjanya seraya mengaplikasikan lip stick di bibirnya. "He-em. Aku bangun kesiangan." "Kenapa? Begadang?" tanya wanita itu lagi sembari menatap Shania yang tengah menyalakan komputer. "Enggak sengaja begadang. Semalam tumben aku enggak bisa tidur." "Lagi ada masalah?" tanya Fiersa yang melihat keanehan di mata Shania, tetapi tidak ingin menanyakan hal tersebut sebab hubungan mereka yang belum dekat. Ia takut Shania tak enak hati. Shania menggeleng. "Enggak." "Kok bisa? Apa kamu punya penyakit insomnia?" "Enggak juga," jawab Shania kembali menggeleng. "Mungkin emang lagi enggak capek saja," lanjut Shania tersenyum. Fiersa pun mengangguk dan memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. "Ya, mungkin." "Ngomong-ngomong, apa Pak Ethan sudah datang?" "Sudah." "Aduh! Mati aku." Shania terlihat panik. "Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Terjebak

    Shania berjalan hendak kembali ke dapur. Ia akan makan di sana, sendirian. Dia merasa kesepian dan sakit hati karena Alex tidak pernah berusaha memahami perasaannya."Kenapa kamu tidak pernah peduli?" gumam Shania pelan, berharap Alex mendengar. Alex menoleh mengalihkan pandangan dari gadget-nya. "Apa maksudmu?" tanyanya pada Shania.Shania berbalik, lalu menatap Alex. Ia melihat mata suaminya dengan sedih. "Kamu tidak pernah berbicara denganku, tidak pernah peduli apa yang aku rasakan. Apakah aku hanya sekedar istri yang tidak berarti bagi kamu?"Alex menatap Shania, tapi tidak ada emosi di wajahnya. "Aku sibuk. Aku tidak memiliki waktu untuk membicarakan perasaan."Shania merasa sakit hati mendengar jawaban Alex. Dia merasa tidak dihargai dan tidak dicintai."Sibuk? Kamu selalu sibuk, Lex. Tapi, apakah kamu pernah berpikir aku juga butuh perhatian?" tanyanya dengan suara bergetar.Alex mengangkat bahu dan memalingkan mukanya. "Aku memberikan apa yang kamu butuhkan, bukan? Rumah, u

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Masuk Tim Proyek

    Shania duduk di ruang rapat, menghadapi Ethan dan beberapa rekan kerjanya. Mereka semua membahas tentang lelang proyek yang sedang mereka jalani."Jadi, kita harus membuat presentasi yang sangat baik untuk memenangkan proyek ini," kata Ethan."Aku setuju," kata salah satu rekan kerja Shania. "Kita harus menunjukkan bahwa kita adalah tim yang terbaik untuk proyek ini."Shania mendengarkan dengan saksama, tapi ia tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman yang ia rasakan. Ia tahu bahwa proyek ini terkait dengan perusahaan keluarga Sebastian, dan itu membuatnya khawatir."Shania, apa kamu memiliki pendapat tentang proyek ini?" tanya Ethan.Shania mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ... aku pikir kita harus sangat berhati-hati dalam membuat presentasi. Kita harus menunjukkan bahwa kita adalah tim yang profesional dan terbaik untuk proyek ini."Ethan mengangguk. "Aku setuju.""Kalau begitu, Shania, aku ingin kamu menjadi bagian dari tim presentasi. Aku mau melihat kemamp

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kesal dan Terusik

    Alex masuk ke sebuah klub malam di mana Maura mengajaknya bertemu. Di sebuah bangku yang posisinya sedikit ke pojok, Maura duduk bersama sepasang kekasih yang sedang memadu cinta. Pemandangan tersebut membuat Alex memalingkan mukanya jengah. "Alex! Di sini?" seru Maura tersenyum sembari melambaikan tangannya. Alex berjalan pelan menuju sang kekasih. Beberapa meja yang ia lewati juga menunjukkan pemandangan yang sama di mana para pasangan tua atau pun muda yang beraksi tak mengenal malu. Mereka berciuman dengan tangan yang tidak tinggal diam diiringi musik dari disc jockey yang memainkan lagu di atas stage. "Hai, Lex! Apa kabar?" sapa seorang pria yang duduk di dekat Maura, yang saat itu sedang memangku kekasihnya dalam posisi yang sangat intim. "Hem, baik." Alex menjawab pertanyaan yang kawan Maura lontarkan. Sikapnya terlihat malas dan tak semangat. "Lama banget, Lex. Lagi pacaran, ya, sama istri kamu?" tanya Maura terdengar meledek. Tawa tersungging di bibirnya. Bahkan pasangan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mendapat Jawaban

    Sore itu Ethan pergi mengunjungi kedua orang tuanya. Sudah sebulan terakhir ia tidak datang berkunjung sebab pekerjaan yang begitu menyita waktunya sampai-sampai untuk bersalam sapa dengan orang-orang tersayangnya itu ia tidak mampu. Seorang gadis berusia remaja adalah sosok yang membukakan pintu untuknya. Tampak cantik dengan seragam SMA-nya dengan rambut panjang dikuncir kuda. "Wah, ada angin apa nih datang ke sini?" tanya remaja itu yang tak lain adalah Bella, adik Ethan. Ethan tidak menjawab, ia hanya mengucek rambut adiknya sebagai respon atas sindiran yang dilontarkan. "Ih! Berantakan tahu, Kak!" seru Bella kesal. Tak suka rambutnya yang baru saja dirapikan, harus kembali acak-acakan sebab ulah jahil kakaknya tersebut. "Ayah udah pulang?" tanya Ethan yang mendapat anggukan dari sang adik. "Baru atau dari tadi?" tanya Ethan lagi. Namun, bukannya mendapat jawaban, Ethan malah mendapat tatapan sinis dari Bella melalui ekor matanya. "Sebulan enggak ke sini, jangan sampai lupa

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sore Kelabu

    Kamar tamu mendadak terasa mencekam bagi Shania saat melihat seringai di bibir Alex. Ia yang sempat terbaring, mencoba bangun demi melihat gerakan lelaki di depannya itu. "Jangan macam-macam, Lex!" seru Shania khawatir akan aksi Alex yang akan menyakitinya. "Tidak ada yang akan macam-macam. Apa yang akan aku lakukan, memang seharusnya aku lakukan. Sebagai seorang suami, aku berhak melakukannya padamu."Kalimat Alex semakin menjurus. Terlebih saat ikat pinggang dengan brand ternama yang dikenakan di celananya, dilepaskan dan dilemparkan begitu saja ke sembarang arah. "Mungkin aku harus meminta maaf karena sudah membiarkan kamu hingga akhirnya berlaku kurang ajar, yakni menjalin hubungan dengan lelaki lain yang tidak sepantasnya kamu lakukan." Alex mulai berorasi. "Mungkin aku akan merutinkan kegiatan kita sebagai pasangan suami istri, supaya kamu tidak berlaku sembarangan lagi seperti sebelumnya," lanjutnya membuat Shania dilanda ngeri. Shania menggeleng, takut. "Tidak perlu. Kita

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Konfrontasi Alex

    "Rupanya sudah ada penggantiku? Cepat sekali berpindah ke lain hati." Suara sinis dari Alex tiba-tiba Shania dengar saat ia sedang membaca buku di taman belakang rumah. Shania menoleh, menatap wajah Alex yang kesal. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti apa yang suaminya katakan. Alex berdiri di ambang pintu yang menghubungkan dapur bersih dengan area taman. Penampilannya masih sama seperti saat Shania bertemu dengan lelaki itu di kantor siang tadi. Jas hitam yang membalut kemeja biru muda, dengan aroma parfum yang Shania tahu bukan milik Alex. 'Tentu saja parfum milik wanita itu. Secara mereka berinteraksi sangat dekat. Tidak mungkin kalau tetesan parfumnya tidak menempel padanya.' Shania membatin dalam hati. Mau kesal, tapi itu sudah hal yang sangat biasa semenjak ia tahu jika kekasih suaminya itu telah kembali. "Jadi, kamu berkoar-koar ingin menyudahi pernikahan ini karena lelaki itu?"Shania menautkan kedua alisnya. "Berkoar-koar? Lelaki?""Ya. Kamu sejak awal ingin menyudahi

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Bertemu Kembali

    Alex mungkin bisa tidak peduli dengan keberadaan Shania, begitu pun sebaliknya. Shania terlihat cuek dan santai ketika harus kembali berhadapan dengan suaminya yang pagi tadi telah berhasil membuatnya menangis. Ketika keduanya bersalaman, bahkan Alex melepaskan jabatan tangan mereka dengan cepat. Darren, asisten Alex, hanya bisa melongo melihat interaksi bos dan istri bosnya itu. Namun, lain dengan Ethan yang justru melihat situasi di depannya itu aneh. Tampak lain dan berbeda. Terlebih ketika keberadaan Maura yang kembali hadir di tengah-tengah meeting mereka siang itu, yang sempat membuatnya heran kalau saja Alex tidak memberi tahu ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh tim Maura. "Sebagai salah satu pemenang proyek, sama seperti kalian," Maura mulai berbicara setelah sebelumnya Alex menyampaikan salam, sapa dan pembukaan. "Saya hanya sedikit mau mengoreksi beberapa coretan desain dari tim kalian yang sudah tim teknisi mulai aplikasikan."Gaya Maura sudah seperti pemilik proyek

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kecurigaan Bertambah

    Kekhawatiran yang Ethan tunjukkan, bisa Shania baca. Untuk itulah Shania berusaha bersikap santai dan mengangguk setuju ketika lelaki di depannya itu mengajak pergi ke kantor Alex. "Jam berapa kita berangkat?" tanya Shania tersenyum. "Eh, kira-kira sepuluh menit lagi. Masih ada beberapa data yang harus aku selesaikan." Ethan menatap wajah santai Shania dan itu membuatnya sedikit lebih tenang. 'Apa benar bukan Alex? Tapi, aku tidak mungkin salah. Interaksi keduanya terlihat lain setiap aku lihat,' batin Ethan masih menganggap bahwa suami Shania adalah pengusaha muda tersebut. "Baiklah. Kabari aku kalau sudah mau berangkat." Shania tersenyum menjawab. Ethan mengangguk, "Ya."Setelah itu Ethan masuk ke ruangannya, sedangkan Shania mulai memeriksa pekerjaannya yang sudah seminggu ini ia tinggalkan. "Sepuluh menit, setidaknya ada beberapa hal yang bisa aku selesaikan sebelum pergi.""Semangat, Shania?" teriak perempuan itu sembari mengangkat satu tangannya ke udara. Fiersa yang dudu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengingkari Janji

    Kalender di atas nakas telah Shania tandai. Ia lingkari tanggal di mana rencananya ia akan pergi meninggalkan rumah yang ia tempati sekarang. Meninggalkan Alex dan menyudahi rumah tangganya dengan lelaki yang sangat ia cintai itu. 'Satu bulan dari sekarang. Setelah tanggung jawabku selesai, aku harus pergi dari sini. Menyudahi pernikahanku dengan Alex yang memang sejak awal tidak ditakdirkan bersama.'Pagi itu Shania bertemu dengan Alex di meja makan, tapi sang suami tidak memintanya untuk membuat sarapan. Alex yang acuh melihat Shania, mengambil sepotong roti saat istrinya itu lewat dan berjalan menuju dapur. "Kau masih di sini?" tanya Alex tiba-tiba. Terdengar nada menyindir yang begitu kentara. "Apa kamu mengusirku sekarang?"Alex melirik ke arah Shania dan tersenyum sinis. "Aku tidak pernah mengusirmu. Hanya saja beberapa hari kemarin kau tidak pulang ke rumah, aku pikir kau sudah benar-benar pergi."Beberapa hari Shania memang menginap di rumah Rachel. Demi menstabilkan kondis

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berencana

    "Aku yakin Alex akan melakukannya.""Kapan? Apakah setelah tahu bahwa kamu hamil anaknya, begitu?"Shania menggeleng. "Aku tak akan memberitahunya sampai kapan pun juga.""Lantas, kapan menurutmu?"Shania menatap Rachel yang sudah terbawa emosi. Keyakinan hatinya berkata bahwa Alex akan segera menjatuhkan talak kepadanya. Rachel menghela napas, merasa frustrasi dengan keputusan Shania. "Kamu terlalu percaya diri, Shania. Alex tidak akan pernah menceraikanmu. Ia hanya menggunakanmu untuk kepentingan dirinya sendiri."Shania menggeleng, masih yakin dengan keputusannya. "Aku tidak ingin membicarakan tentang ini lagi, Rachel. Aku sudah capek dengan semua ini."Rachel mengangguk, merasa sedikit bersalah karena telah memaksa Shania untuk membicarakan tentang masalah rumah tangganya. "Baiklah, aku tidak akan membicarakan tentang ini lagi. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada di sini untuk membantumu, tidak peduli apa pun yang terjadi."Shania tersenyum, merasa berterima kasih

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencoba Berdamai

    'Jangan macam-macam. Lelaki itu mencintai Shania, sahabatmu sendiri.''Tapi, Shania mencintai Alex. Tidak apa kalau hanya sekedar mengaguminya bukan?'Rachel menggeleng, tersenyum lagi —mencoba untuk mengusir pikiran yang tidak pantas itu. "Baiklah, Pak Ethan. Saya akan mengingatnya."Ethan tertawa. "Saya senang sekali bisa berbicara dengan Anda, Mba Rachel. Anda sangat menyenangkan."Rachel merasa sedikit terkejut dengan komentar Ethan, tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya. "Sama-sama, Pak Ethan. Saya juga senang bisa berbicara dengan Anda."Ethan kemudian meminta izin untuk menutup telepon, dan Rachel mengizinkannya. Setelah menutup telepon, Rachel tidak bisa tidak memikirkan tentang Ethan dan perasaannya yang terhadap Shania. Ia berharap bahwa Ethan tidak akan terlalu terluka jika mengetahui bahwa Shania tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya.Setelah berbicara dengan Ethan melalui sambungan telepon, Rachel kemudian meminta asisten rumah tangganya menyiapkan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status