Brent dan Alex saling tatap. Mereka tentu saja bingung. Semudah itu?"Kau yakin?" tanya Alex bingung."Tentu saja yakin, Yang Mulia," jawab Oswald."Semudah itu?" ucap Alex memastikan."Tentu, keberadaan saya di sini memang atas perintah beliau," batin Oswald.Namun, Oswald juga mewajarkan sikap bingung Alex. Jika ia berada di posisi Alex, ia pasti juga akan meragukan Oswald."Ya, Yang Mulia," jawab Oswald lagi.Brent masih tidak percaya.Oswald sendiri sengaja tidak melihat wajah Brent. Baginya, Alex adalah pihak yang paling penting untuk diyakinkan."Baiklah, aku akan menghubungi Grand Duke Hillary," ucap Alex."Maaf, Yang Mulia. Apa saya bisa menghubungi beliau langsung?"Alex tentu tidak akan mengizinkan. Untuk berkomunikasi dibutuhkan batu sihir dan harus mengeluarkan sihir. Lazimnya, sihir dikeluarkan melalui tangan."Saya tidak akan kabur, Yang Mulia. Anda bisa mempercayai saya. Penting bagi Grand Duke untuk mendengar berita ini segera," jawab Oswald.Meski begitu, Alex tetap t
"Tidak mungkin aku baik-baik saja," jawab Noah memejamkan matanya.Jelas sekali terlihat bahwa pria itu menahan amarah.Noah berusaha mengatur emosinya. Pria itu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan seolah berkata, "Kau sudah bisa tenang, putri kita selamat.""Akan tetapi, bisa berbicara dengan putriku sungguh membuat lukaku terobati," ucap Noah tersenyum tipis.Pria itu menatap Anna lurus seolah Anna benar-benar ada di hadapannya sekarang."Terlalu tidak tahu diri jika aku bahkan mengharapkan Chandra untuk bisa menyelamatkan ibumu juga. Entah apa yang ibumu janjikan padanya, ini juga pasti keputusan sulit untuk ikut campur urusan kerajaan lain," lanjut Noah tersenyum getir."Aku rasa beliau memiliki pertimbangan tersendiri. Bertanggung jawab atas nyawa banyak orang harus mempertimbangkan banyak faktor kan?"Lagi-lagi mata Anna berkaca-kaca. Menjadi pemimpin perusahaan pun ada kalanya mengharuskan efisiensi. Dalam efisi
Pasukan Mcwheel menyerang paviliun tempat mereka berada. Saat Margareth mengintip ke luar jendela, terlihat pasukan musuh menyerang semua tempat yang bisa mereka serang."Mereka benar-benar menyerang kita habis-habisan," ucap Margareth."Amrita... Margareth... Kalian harus tetap berjaga di sini!" perintah Julie pada mereka berdua.Mereka berdua hanya mengangguk."Kita harus segera pergi, Yang Mulia," kata Julie pada Anna."Tunggu... Adakah semacam sihir agar Bella tidak bisa mendengar kebisingan di luar?" tanya Anna pada semua yang ada di ruangan."Gunakan ini, Yang Mulia," ucap Oswald memberi batu sihirnya pada Anna.Oswald mengalirkan sihirnya pada batu tersebut."Saya sudah mengalirkan sihir ke dalam batu ini. Jika batu ini dimasukkan dalam keranjang bayi, suara dari luar tidak akan terdengar," jelas Oswald pada Anna."Terima kasih, Oswald," ucap Anna mengambil batu sihir pria itu dan memasukkannya ke dalam keranjang
Anna tidak tahu sudah berapa lama ia berada dalam ruang bawah tanah ini. Di ruangan ini, semua sangat lengkap mulai dari toilet, penghangat ruangan, makanan, serta pakaian. Bahkan ada banyak buku yang tersusun rapi di rak.Alex benar-benar merancang tempat ini seperti rumah sederhana manusia. Bahkan jika tempat ini diserang, sudah ada pintu darurat menuju dunia manusia.Menariknya, tempat ini didekorasi dengan gaya modern minimalis kegemaran Anna."Aku sangat khawatir dengan keadaan di luar sana," ucap Anna yang sudah mondar-mandir sedari tadi.Jika Anna adalah alat setrika, baju yang mengenai tubuhnya pasti sudah halus dan licin.Meski menyukai interior ruangan ini, Anna bahkan tidak terpikir untuk duduk diam dan kagum."Yang Mulia Raja sangat kuat, Yang Mulia. Beliau pasti akan baik-baik saja," ucap Julie berusaha menenangkan Anna."Apa tidak ada cara agar kita bisa melihat keadaan di luar?" tanya Anna penuh harap.Sayangnya, Oswald dan Julie menggelengkan kepalanya. Tak ada cara un
"Menguasai dunia," jawab Oswald.Mendengar itu membuat otak Anna tak bisa berpikir sejenak. Anna benar-benar tidak habis pikir dengan hal yang baru saja ia dengar.Menguasai dunia? Film fiksi mana yang pria itu tonton? Apa bisa menguasai dunia semudah itu sementara Dewa dunia ini saja menciptakan ganjaran untuk mereka yang merampas hak orang lain?Penguasa tunggal sakit-sakitan? Oh, come on! Apakah tidak ada alasan yang lebih menarik dari ini?Mengapa orang-orang bisa sangat menyukai kekuasaan? Apa yang menyenangkan dengan melihat orang-orang membungkuk? Bukankah tanggung jawab yang diemban juga sangat benar?Anna benar-benar tidak mengerti."Termasuk dunia manusia juga," tambah Oscar."Apa? Dunia manusia juga? Mengapa? Dan dari mana kau mengetahui itu?" tanya Anna bertubi-tubi.Untunglah Arabella tak bisa mendengar percakapan mereka. Bayi itu pasti sudah menangis dari tadi jika mendengar suara kencang Anna."Dahulu McWh
Kini Alex, Brent dan Leon sudah menyusul Steven. Mereka berhasil mengalahkan para pasukan yang ditempatkan di depan gerbang."Memang kekuatan anggota keluarga raja tidak diragukan lagi," ucap Steven menyeringai.Level prajurit duyung sudah berada di tingkatan yang berbeda berkat sihir hitam yang Steven lakukan. Prajurit biasa tidak akan bisa mengalahkan mereka.Akan tetapi untuk anggota keluarga raja nampaknya tidak menimbulkan tekanan yang berarti."Sangat menyebalkan," gumam Steven."Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos," ucap Alex.Dengan tenang, Alex mengeluarkan sihirnya untuk menyerang Steven.Steven pun bergeser ke kanan untuk menghindari sihir Alex. Pria itu malah menyerang balik Brent yang dianggap lebih lemah daripada Alex.Brent sendiri berhasil menangkis serangan Steven meski sedikit terdorong ke belakang."Dia menyerangku dengan kekuatan penuh! Sial!" umpat Brent dalam hati."Apa anda baik-baik
"Diam kau!!" teriak Zack pada Amrita.Zack memandang Amrita dengan penuh kebencian. Sementara Amrita sendiri memandang Zack seperti kotoran."Kau benar-benar tak pernah belajar dari pengalaman," ucap Amrita dengan mimik wajah jijik."Hari ini akan menjadi hari kematianmu."Zack menunjuk Amrita dengan marah."Kau terlalu banyak bermimpi," balas Amrita.Amrita pun langsung menyerang Zack dengan sihir. Pria itu berhasil menangkis serangan Amrita.Para pasukan yang semula berada di belakang Zack langsung balas menyerang Amrita. Namun berhasil ditangkis oleh Margareth."Lawan kalian adalah aku," ucap Margareth sambil menyerang puluhan pasukan duyung.Kini, pertarungan terpecah menjadi dua kubu. Margareth melawan puluhan pasukan, dan Amrita berhadapan langsung dengan Zack."Sial!!" maki Margareth saat serangannya lagi-lagi dapat diatasi oleh para pasukan.Margareth kemudian mengeluarkan sihir biru berbentuk kubah sebagai media pertahanan diri menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kan
"Saaa...kittt..." rintih Margareth."Jadi, apa kau menyerah? Apa kau akan ikut denganku?" tanya Zack melonggarkan cengkramannya."Ti...dak... aa...kaannn..." jawab Margareth susah payah.Zack kembali mencekik Margareth kencang. Pria itu tak akan berhenti sebelum Margareth bersedia untuk ikut dengannya."Sepertinya aku akan mati hari ini. Namun ini bukanlah hal yang buruk," batin Margareth.Wanita itu sudah tak lagi memberontak. Ia sudah pasrah. Lebih baik dia mati daripada harus ikut dengan Zack.Tanpa sadar, Margareth tersenyum. Melihat Margareth yang sudah siap mati itu, Zack menjadi murka."Sialan!!" teriak Zack sambil melepaskan tangannya dari Margareth."Haaaahhh... Aa.... Hhaaa.... hhaaaahhh..."Margareth sudah bisa bernafas lagi."Aaarrrggghhhhh!!! Aaaaaaaaaaarrrgghhhh!!!" teriak Zack. Pria itu benar-benar mengeluarkan seluruh suaranya.Zack yang murka itu berteriak dan menghancurkan bangunan dengan membabi buta. Keputusasaan itu terlihat sangat jelas di matanya."Uuhhhuuukk...