Steven pun mencoba membuka pintu itu dengan mendorongnya. "Tidak bisa..." gumam Steven. Steven tak berkeinginan untuk mendorong pintu itu lagi dan langsung meluncurkan sihirnya ke arah pintu. "Duuuuaaarrrr!!!" Steven von McWheel terpental cukup jauh. Pintu itu memiliki sihir pelindung. "Apakah akhirnya berhasil kutemukan?" gumam Steven menyeringai. Steven menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Pria itu bersiap mengeluarkan kekuatan penuhnya. "Hancurkanlah pintu iniiiiiii!!!" teriak Steven. Serangan Steven itu berhasil mengguncang ruang bawah tanah tempat Anna berada. Meski memiliki sihir pelindung, tak berarti pintu itu tidak bisa ditembus. Steven pun kembali menyeringai. *** "Apakah hanya aku yang merasa bahwa sekarang lantai ini bergetar?" tanya Anna melirik pada Oswalad dan Julie bergantian. Mereka bertiga diam dan mengamati keadaan sekitar. Lima detik kemudian, keseimbangan mereka runtuh bersamaan dengan jatuhnya buku-buku dari rak dan barang-barang ya
"Alex! Stop! Tenangkan dirimu!" teriak Brent. Ia berusaha menyadarkan Alex. "Tenanglah," ucap Brent sembari memegang kedua lengan Alex dengan erat. "Lihat sekelilingmu..." lanjut Brent lagi. Alex menuruti Brent dan melihat sekitarnya dengan saksama. Alex berusaha menguasai dirinya lagi. "Jika keponakanku telah diserang, setidaknya akan ada dayangnya Julie dan pengawal ayahnya, Oswald. Pasti kita akan melihat mayat mereka. Di sini tidak ada, Alex. Perpustakaan memang hancur, tapi kita tidak melihat siapapun. Di dalam sini bahkan tidak ada barang yang hancur," jelas Brent berusaha membuat otak Alex kembali berfungsi dengan benar. Brent menoleh ke arah Leon. Seolah menyadari apa maksud tuannya, Leon langsung berlari memeriksa pintu keluar yang terbuka lebar. "Bahkan tidak ada jejak darah di sini. Kau harus fokus sekarang. Semakin lama kita di sini, semakin lama waktu yang terbuang." Semua yang dikatakan Brent masuk akal. Anna pasti baik-baik saja. Dia cukup cerdas. Dia pasti lari
Duuuuaaarrrr!!Anna, Julie dan Oswald berhasil menghindari serangan. Ternyata, Steven von McWheel berhasil menyusul mereka!"Akhirnya, kau ketemukan ratu naga," ucap Steven.Senyum menyeringai yang memberi kengerian itu kembali tersungging dari bibir pria itu."HAHAHAHAHAHAHAHA...."Mereka bertiga merinding. Pria itu benar-benar tertawa lebar dan puas sekali."Berlindung di belakang saya, Yang Mulia," ucap Julie sambil mendorong Anna ke belakang badannya.Anna menurut."Aku harus bagaimana?" batin Anna ketakutan.Tak hanya terpaku pada wujud Steven, aura negatif yang pria itu bawa juga sangat kuat. Aura itu seperti jarum suntik yang menembus kulit hingga masuk ke tulang."Eeekkk... Uuueekkkk..."Anna mual, tubuhnya terasa ngilu. Tidak pernah Anna bertemu orang dengan aura negatif sekuat ini."Da... Dari mana kau tahu bahwa aku adalah ratu naga?" tanya Anna dengan sedikit gemetar memegangi perutnya.
"Mati kau," gumam Steven menyeringai.Ia berhasil mematahkan serangan Oswald dan membuat pria itu terlempar menimpa tubuh Julie."Ahhhhkkkkk!!!" teriak Julie.Wanita itu bahkan memuntahkan darah.Tak sanggup melihat pemandangan itu, Anna hanya menangis dan berharap matanya tertutup kabut sepenuhnya."Kumohon, cepatlah usai," gumam Anna yang kembali mengeluarkan sihir setelah memulihkan akal sehatnya secepat kilat.Duuuuaaarrr!! Duuaarrrr!! Duuuuuaaarrr!!Anna benar-benar serius ingin membunuh Steven. Wanita itu benar-benar mengerahkan segala hal yang telah ia pelajari dalam waktu singkat kemarin.Berkali-kali Anna menyerang, berkali-kali pula serangan Anna dipatahkan oleh Steven."Menyerahlaaahhh!!!" teriak Steven pada Anna.Jika terus berlanjut, Steven akan kalah. Energi sihir Anna masih sangat besar dan Steven tahu betul hal itu.Pria itu terus memutar otaknya sembari menghindar dari serangan-serangan Anna."Tumbanglah! Kumohooonnn!!" gumam Anna tidak menyerah.Ia benar-benar mengel
"Melakukan apa paman? Apa yang paman maksud?"Brent menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar."Kau... Apa yang hendak kau lakukan Anna? Kau berencana bunuh diri? Kami mendengar teriakan Steven dengan sangat jelas tadi. Bahkan juga melihatmu berusaha menebas lehermu sendiri," ucap Brent dengan nada tinggi.Anna hanya diam dan menunduk. Brent bahkan menunjuk wanita itu seperti ayah otoriter kejam yang ada di sinetron.Dia benar-benar murka. Hampir saja ia kehilangan Anna, satu-satunya peninggalan Beatrice. Brent benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Anna."Annaaa... jawab pertanyaan paman..."Bibir Anna mengerucut dan air matanya mulai tumpah."Hikkkssss... hikkkssss... hhiiikkksssss...""Annnaaaa..." panggil Brent masih dengan nada tinggi.Hal yang Brent butuh adalah jawaban, bukan air mata."Hiiikkksss... huu... huu... huuuu... hiiikkkkssss..."Selayaknya uncle-uncle penyayang keponakan pa
"Kau berkata merindukanku, tapi kau bahkan ingin langsung tidur? Dan juga apa maksud pertanyaanmu barusan?"Anna diam sebentar untuk mengatur emosinya. Jika tidak, bisa-bisa wanita itu teriak karena kesal."Terus, apa itu tadi? Kau menanyakan apa yang kulakukan?"Anna lagi-lagi diam sebentar."Tentu saja yang kulakukan adalah memintamu untuk jangan langsung tidur, apa lagi memangnya?" oceh Anna sebal.Alex menatap istrinya itu datar."Apa?" tanya Anna galak."Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Anna lagi to the point.Anna adalah definisi wanita pada umumnya, 'rese kalo lagi kangen'."Kau masih tidak ingin bersuara?" tanya Anna lagi.Alex lagi-lagi hanya mematung."Baiklah, aku akan pergi untuk tidur di kamar kosong hari ini," lanjut Anna.Wanita itu memilih untuk mengalah saja, melihat suaminya yang masih diam dan bergerak seperlunya seperti "boneka mampang" yang pernah ia lihat di jalanan jak
"Ohhh Tuhan... Siapa yang akan percaya bahwa pria ini adalah naga laut?" ucap Anna dalam hati."Suamiku... Kau tahu aku harus pergi ke sana dengan atau tanpa dirimu bukan?" tanya Anna pelan sambil memegang pipi suaminya.Alex mengangguk malas dan kembali membenamkan diri dalam pelukan istrinya, hingga mereka berdua terbaring di tempat tidur."Kau harus mengabariku setiap hari," ucap Alex."Iyaaa...""Ingatlah bahwa kau adalah ratu naga, jika ada yang meremehkanmu, kau bebas melakukan apapun pada orang kurang ajar itu meski orang itu adalah raja ular.""Iyaaaa...""Keselamatanmu adalah yang paling utama.""Iyaaaa...""Jika sehari saja kau tidak mengabariku, aku akan langsung ke sana karena aku berasumsi sesuatu terjadi padamu.""Bagaimana jika aku memang sibuk hingga larut?""Dayangmu harus menghubungiku dan menunjukkan secara langsung padaku bahwa kau baik-baik saja.""Kau terlalu berlebihan."
"Haaaahhhhhhh......"Sean langsung memegang kepalanya yang mendadak sakit. Informasi yang dia terima sekarang ini cukup membuatnya terguncang.Grand Duchess Hillary sudah terkenal gila dari dulu ternyata bukan hanya julukan semata. Dia benar-benar buta karena cinta! Definisi sesungguhnya dari "budak cinta"."Wajar saja Brent memperingatiku," batin Sean.Sean berkutat dengan pikirannya sejenak. Ia benar-benar mencium bau bahaya jika Anna ingin bertarung sebagai pewaris tahta.Apalagi jika Anna ingin membalas perbuatan Grand Duchess, terjun ke bangku kekuasaan adalah jalan paling masuk akal. Jika hanya berkuasa di kerajaan ini, Anna tetap tidak bisa menyentuh Grand Duchess secara langsung."Aku akan membuatnya jelas sedari awal. Istriku tidak menginginkan tahta manapun, baik itu dari kerajaan ular ataupun kerajaan gurita," ucap Alex membuat Sean tersadar.Sean langsung menatap sepupunya itu sengit. Anna yang ditatap seperti itu tentu sa
Duuuuuaaaarrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Dave dan Julie yang masih memiliki kesadaran penuh itu menyerang Steven dengan tenaga yang tersisa.Duuuaaarrrrr!!!! Duuuuuaaarrrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Beberapa serangan mereka berhasil mengenai Steven hingga pria itu menjatuhkan Anna yang berada dalam genggamannya."Yang Muliaaaaaaa!!!" teriak Julie."SIAL!!" umpat Steven.Julie berusaha bangkit untuk meraih Anna. Namun, Steven yang seolah dirasuki setan menyerang Julie dengan membabi buta."Bangs*******ttttttttttttttttt! Beraninya kau menghalangiku!!" umpat Steven."Berani sekali kau!!""Mati kau!!"Umpatan pria itu sangat kencang hingga membuat penjaga yang tersisa di mansion berlari menghampiri mereka."SIAPA KAU?!" teriak salah seorang prajurit yang baru saja masuk.Prajurit yang masih sangat muda itu tentu saja tidak mengenali raja duyung.Akan tetapi, tanda sihir hitam yang menutupi wajah Steven cu
Usai kepergian Alex, Dave terdiam sejenak dan mengamati betapa kacaunya para wanita yang ada di ruangan ini. Dua pingsan dan satu berlutut ketakutan.Dave mengeluarkan alat komunikasinya dan meminta Julie kembali ke mansion Grand Duke secepatnya."Bangkitlah, tunjukkan padaku letak kamar Yang Mulia Ratu," perintah Dave pada Lucy.Akan tetapi, Lucy masih berlutut dan tertunduk ketakutan.Setelah ini aku tidak akan dibiarkan hidup kan? Aku akan mati kan?Memikirkan itu membuat badan Lucy bergetar hebat."Yang Mulia Raja sudah bilang tidak akan membunuhmu jika kau memberitahu keberadaan Yang Mulia Ratu. Kau sudah memberitahu beliau dan Yang Mulia Ratu ada di sini. Nyawamu aman. Cepatlah berdiri," ucap Dave sambil berjalan menggendong Anna."Kau ikat dan jaga dulu Grand Duchess. Aku akan kembali saat Julie sudah tiba," ucap Dave pada Vincent.Vincent hanya mengangguk dan menjalankan perintah.***Di sepanjang ja
"Kau pergilah terlebih dulu, aku akan menyusulmu nanti," jawab Alex pada prajurit muda yang berlutut di hadapannya itu."Tapi Yang Mulia, anda harus pergi sekarang juga. Kondisi saat ini benar-benar genting," ucap lelaki itu.Lelaki itu benar-benar mengantar nyawanya untuk Alex. Ia benar-benar tidak peduli bahwa Alex akan membunuhnya saat itu juga. Hal terpenting baginya adalah ia harus menyelamatkan kerajaannya."Aku tak peduli segenting apa situasi istanamu sekarang. Karena saat ini, ada hal yang amat penting yang tengah aku kerjakan," ucap Alex.Setelah mendengar itu, sang prajurit muda memperhatikan sekitar. Lucy yang sedang berlutut ketakutan, serta Grand Duchess Hillary yang sudah sekarat."Tapi....." prajurit itu masih saja berniat memaksa Alex pergi."Aku akan pergi setelah urusanku di sini selesai. Sebaiknya kau tunggu atau pergi terlebih dulu. Sekali lagi kau berani membantahku, kau sendiri tau apa yang akan terjadi," jawab Alex.
18+Terdapat adegan kekerasan pada perempuan. Mohon kebijakan dari para pembaca sekalian."Mengapa harus di waktu seperti ini," ucap Noah geram.Noah terlalu familiar dengan hal ini, ketukan pintu yang agresif itu menandakan hal mendesak telah terjadi. Benar-benar di saat yang tidak tepat."Massuuukkkkkk!!" teriak Noah memerintahkan orang itu masuk.Ternyata, orang yang mengetuk adalah salah satu prajurit Karl."Yang Mulia Grand Duke... Haahhh... Haaaahhh..." ucap sang prajurit terengah-engah."Ada apa? Mengapa kau terburu-buru kemari?" tanya Noah kesal. Dia bahkan masih belum menemukan putrinya dan sudah harus mendengar kabar yang tidak diinginkan."Kita... Kerajaan kita diserang oleh para duyung... Yang Mulia Raja meminta anda segera ke sana untuk membantu," ucap prajurit itu."Apa katamu? Duyung? Arrrrggghhhh!! Mengapa harus di saat seperti iniiii!!!!" teri
"Bagaimana perkembangannya, Grand Duke?" tanya Alex pada Noah.Noah masih mencari di sekitar rumah karena ia yakin sekali bahwa pelakunya pasti Medeline dan wanita itu tidak pergi kemana pun.Tidak ada yang mungkin menculik Anna selain wanita itu.Noah langsung memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu. Pria itu bahkan belum sempat untuk tidur."Kau ada di mana istriku?" gumam Alex.Orang pertama yang juga Alex curigai adalah Medeline. Belum sempat Noah menjawab Alex, pria itu langsung pergi mencari Medeline ke ruang kerjanya.Namun belum sampai ke ruang kerja, ia langsung bertemu dengan Medeline."Salam pada Yang Mulia Raja Naga," ucap Medeline sambil membungkuk pada Alex."Di mana istriku?" tanya Alex tanpa basa-basi.Alex berusaha untuk menyembunyikan emosinya."Apa maksud anda, Yang Mulia? Saya tidak mengetahui keberadaan Yang Mulia Ratu," jawab Medeline yang menyembunyikan rasa takutnya.Meski bisa mengontrol ekspresi wajah, Alex tentu tidak dapat mengendalikan aura membunu
Alex diam. Tiga lelaki yang ada di ruangan itu hanya bisa diam. Banyak orang berkata, tidak ada yang bisa menggambarkan rasa sakit seorang ibu saat ditinggalkan oleh anak mereka.Kini sepertinya mereka bertiga mengerti. Rasa sesak dan sakit yang nyonya Ravina rasakan seolah ikut menghujam dada mereka. Vincent bahkan memejamkan matanya sesaat.Mereka membiarkan nyonya Ravina meluapkan air matanya."Jika anda merasa berat, tak masalah jika kita melanjutkan perbincangan kita saat matahari terbit nanti. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?" usul Dave pada Alex saat nyonya Ravina sudah mulai tenang.Alex mengambil tisu di meja yang tidak jauh dari mereka dan memberikannya pada nyonya Ravina."Terima kasih, Yang Mulia," ucap nyonya Ravina dengan suara yang kecil. Nyaris tidak terdengar.Karena Alex tak menjawab, Dave melirik Alex lagi meminta persetujuan.Sejujurnya, Alex tidak sabar. Namun, ia juga tidak bisa egois. Dia punya Anna, seorang
Nyonya Ravina terdiam sejenak."Kau raja naga ternyata," gumam nyonya Ravina."Hormat kepada raja naga," ucap nyonya Ravina sembari menundukkan kepala sebagai tanda memberi hormat."Aku cukup terkejut karena kau tidak mengetahui wajahku," ucap Alex."Wanita tua ini sudah tidak pernah terlibat lagi dengan urusan di luar sana, Yang Mulia. Untuk pertanyaan anda, bagaimana jika kita berbicara di rumah saya saja? Kalian bisa sekalian menginap," ucap nyonya Ravina.Alex diam sesaat dan memandangi sekitar, suasana masih gelap.Dengan kondisi nyonya Ravina yang baru saja pulih, akan lebih nyaman baginya untuk berbincang di tempat yang hangat.Pria itu pun mengalah, "Baiklah, kita akan berbicara di tempat anda nyonya."Kemudian, Dave membantu nyonya Ravina untuk berdiri.***Rumah nyonya Ravina benar-benar terletak jauh di dalam hutan. Tidak ada tanda-tanda makhluk lain yang hidup di sana selain binatang hutan."Melihat keadaan di sini, aku jadi penasaran seberapa luas hutan di dunia kita ini.
"SIAPA ITUUU?" teriak Dave.Mereka bertiga berhasil menghindari serangan tepat waktu.Dduuuuaaaaarrr!! Ddduuuaaarrr!!Namun bukan jawaban yang terdengar, hanya serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi."Aku akan pergi mencari siapa yang menyerang kita," ucap Dave pada Vincent dan Alex.Dave langsung berlari menyusuri pepohonan. Sementara, Alex dan Vincent sibuk bertahan.Dddduuuuuaaarrr!!! Dddduuuuaarrrrr!!!! Dddduuuuuuaaaarrrr!!!!! Ddddduuuuuuaaarrr!!!!Serangan yang mereka dapat itu sangat cepat, kuat dan juga tepat. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang berpengalaman."SIAPA ITU? HEI! KELUARLAH! JANGAN JADI PENGECUT DAN HADAPI KAMI SECARA LANGSUNG!" teriak Dave lagi."HEEEIIIIII!!!!!"Dave benar-benar tak mendapat jawaban apapun. Ia terus berlari di antara suara keras dari serangan-serangan yang datang secara bertubi-tubi."Di mana kau?" gumam Dave.Lama kelamaan Dave sudah tidak lagi be
"Sampai kapan kau akan menghindariku?" tanya Medeline yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja Noah.Terlihat kekecewaan mendalam dari wajah wanita itu. Di samping itu, kantung mata besar dan hitam yang menghiasi wajahnya kian memperburuk penampilan Medeline. Wanita itu tidak tahan lagi karena Noah terus menghindar. Di sisi lain, Noah juga benar-benar tidak ingin berbicara dengan Medeline."Selanjutnya kau wajib mengetuk pintu. Karena ke depannya aku akan kembali menjalankan tugas-tugasku, ruangan ini akan segera ramai," ucap Noah menoleh pada Medeline sebentar.Kemudian, pria itu lanjut membaca berkas yang ada di tangannya.Dalam ruang kerja, Noah tidak sendiri. Ada Oswald di sana yang juga sedang memegang berkas. Pria itu baru selesai memberi laporan pada Noah."Saya permisi, Yang Mulia," ucap Oswald.Oswald langsung pamit pada Noah dan Medeline."Aaahhh, aku tidak menghindarimu. Hanya saja, tidak ada yang harus kita bicarakan," tambah Noah.Mendengar penuturan Noah membuat Medeline be