"Alex! Stop! Tenangkan dirimu!" teriak Brent. Ia berusaha menyadarkan Alex. "Tenanglah," ucap Brent sembari memegang kedua lengan Alex dengan erat. "Lihat sekelilingmu..." lanjut Brent lagi. Alex menuruti Brent dan melihat sekitarnya dengan saksama. Alex berusaha menguasai dirinya lagi. "Jika keponakanku telah diserang, setidaknya akan ada dayangnya Julie dan pengawal ayahnya, Oswald. Pasti kita akan melihat mayat mereka. Di sini tidak ada, Alex. Perpustakaan memang hancur, tapi kita tidak melihat siapapun. Di dalam sini bahkan tidak ada barang yang hancur," jelas Brent berusaha membuat otak Alex kembali berfungsi dengan benar. Brent menoleh ke arah Leon. Seolah menyadari apa maksud tuannya, Leon langsung berlari memeriksa pintu keluar yang terbuka lebar. "Bahkan tidak ada jejak darah di sini. Kau harus fokus sekarang. Semakin lama kita di sini, semakin lama waktu yang terbuang." Semua yang dikatakan Brent masuk akal. Anna pasti baik-baik saja. Dia cukup cerdas. Dia pasti lari
Duuuuaaarrrr!!Anna, Julie dan Oswald berhasil menghindari serangan. Ternyata, Steven von McWheel berhasil menyusul mereka!"Akhirnya, kau ketemukan ratu naga," ucap Steven.Senyum menyeringai yang memberi kengerian itu kembali tersungging dari bibir pria itu."HAHAHAHAHAHAHAHA...."Mereka bertiga merinding. Pria itu benar-benar tertawa lebar dan puas sekali."Berlindung di belakang saya, Yang Mulia," ucap Julie sambil mendorong Anna ke belakang badannya.Anna menurut."Aku harus bagaimana?" batin Anna ketakutan.Tak hanya terpaku pada wujud Steven, aura negatif yang pria itu bawa juga sangat kuat. Aura itu seperti jarum suntik yang menembus kulit hingga masuk ke tulang."Eeekkk... Uuueekkkk..."Anna mual, tubuhnya terasa ngilu. Tidak pernah Anna bertemu orang dengan aura negatif sekuat ini."Da... Dari mana kau tahu bahwa aku adalah ratu naga?" tanya Anna dengan sedikit gemetar memegangi perutnya.
"Mati kau," gumam Steven menyeringai.Ia berhasil mematahkan serangan Oswald dan membuat pria itu terlempar menimpa tubuh Julie."Ahhhhkkkkk!!!" teriak Julie.Wanita itu bahkan memuntahkan darah.Tak sanggup melihat pemandangan itu, Anna hanya menangis dan berharap matanya tertutup kabut sepenuhnya."Kumohon, cepatlah usai," gumam Anna yang kembali mengeluarkan sihir setelah memulihkan akal sehatnya secepat kilat.Duuuuaaarrr!! Duuaarrrr!! Duuuuuaaarrr!!Anna benar-benar serius ingin membunuh Steven. Wanita itu benar-benar mengerahkan segala hal yang telah ia pelajari dalam waktu singkat kemarin.Berkali-kali Anna menyerang, berkali-kali pula serangan Anna dipatahkan oleh Steven."Menyerahlaaahhh!!!" teriak Steven pada Anna.Jika terus berlanjut, Steven akan kalah. Energi sihir Anna masih sangat besar dan Steven tahu betul hal itu.Pria itu terus memutar otaknya sembari menghindar dari serangan-serangan Anna."Tumbanglah! Kumohooonnn!!" gumam Anna tidak menyerah.Ia benar-benar mengel
"Melakukan apa paman? Apa yang paman maksud?"Brent menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar."Kau... Apa yang hendak kau lakukan Anna? Kau berencana bunuh diri? Kami mendengar teriakan Steven dengan sangat jelas tadi. Bahkan juga melihatmu berusaha menebas lehermu sendiri," ucap Brent dengan nada tinggi.Anna hanya diam dan menunduk. Brent bahkan menunjuk wanita itu seperti ayah otoriter kejam yang ada di sinetron.Dia benar-benar murka. Hampir saja ia kehilangan Anna, satu-satunya peninggalan Beatrice. Brent benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Anna."Annaaa... jawab pertanyaan paman..."Bibir Anna mengerucut dan air matanya mulai tumpah."Hikkkssss... hikkkssss... hhiiikkksssss...""Annnaaaa..." panggil Brent masih dengan nada tinggi.Hal yang Brent butuh adalah jawaban, bukan air mata."Hiiikkksss... huu... huu... huuuu... hiiikkkkssss..."Selayaknya uncle-uncle penyayang keponakan pa
"Kau berkata merindukanku, tapi kau bahkan ingin langsung tidur? Dan juga apa maksud pertanyaanmu barusan?"Anna diam sebentar untuk mengatur emosinya. Jika tidak, bisa-bisa wanita itu teriak karena kesal."Terus, apa itu tadi? Kau menanyakan apa yang kulakukan?"Anna lagi-lagi diam sebentar."Tentu saja yang kulakukan adalah memintamu untuk jangan langsung tidur, apa lagi memangnya?" oceh Anna sebal.Alex menatap istrinya itu datar."Apa?" tanya Anna galak."Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Anna lagi to the point.Anna adalah definisi wanita pada umumnya, 'rese kalo lagi kangen'."Kau masih tidak ingin bersuara?" tanya Anna lagi.Alex lagi-lagi hanya mematung."Baiklah, aku akan pergi untuk tidur di kamar kosong hari ini," lanjut Anna.Wanita itu memilih untuk mengalah saja, melihat suaminya yang masih diam dan bergerak seperlunya seperti "boneka mampang" yang pernah ia lihat di jalanan jak
"Ohhh Tuhan... Siapa yang akan percaya bahwa pria ini adalah naga laut?" ucap Anna dalam hati."Suamiku... Kau tahu aku harus pergi ke sana dengan atau tanpa dirimu bukan?" tanya Anna pelan sambil memegang pipi suaminya.Alex mengangguk malas dan kembali membenamkan diri dalam pelukan istrinya, hingga mereka berdua terbaring di tempat tidur."Kau harus mengabariku setiap hari," ucap Alex."Iyaaa...""Ingatlah bahwa kau adalah ratu naga, jika ada yang meremehkanmu, kau bebas melakukan apapun pada orang kurang ajar itu meski orang itu adalah raja ular.""Iyaaaa...""Keselamatanmu adalah yang paling utama.""Iyaaaa...""Jika sehari saja kau tidak mengabariku, aku akan langsung ke sana karena aku berasumsi sesuatu terjadi padamu.""Bagaimana jika aku memang sibuk hingga larut?""Dayangmu harus menghubungiku dan menunjukkan secara langsung padaku bahwa kau baik-baik saja.""Kau terlalu berlebihan."
"Haaaahhhhhhh......"Sean langsung memegang kepalanya yang mendadak sakit. Informasi yang dia terima sekarang ini cukup membuatnya terguncang.Grand Duchess Hillary sudah terkenal gila dari dulu ternyata bukan hanya julukan semata. Dia benar-benar buta karena cinta! Definisi sesungguhnya dari "budak cinta"."Wajar saja Brent memperingatiku," batin Sean.Sean berkutat dengan pikirannya sejenak. Ia benar-benar mencium bau bahaya jika Anna ingin bertarung sebagai pewaris tahta.Apalagi jika Anna ingin membalas perbuatan Grand Duchess, terjun ke bangku kekuasaan adalah jalan paling masuk akal. Jika hanya berkuasa di kerajaan ini, Anna tetap tidak bisa menyentuh Grand Duchess secara langsung."Aku akan membuatnya jelas sedari awal. Istriku tidak menginginkan tahta manapun, baik itu dari kerajaan ular ataupun kerajaan gurita," ucap Alex membuat Sean tersadar.Sean langsung menatap sepupunya itu sengit. Anna yang ditatap seperti itu tentu sa
"Ma... Maafkan aku atas ucapanku tadi," ucap Sean.Sigh!Sean coba untuk membuang harga dirinya. Kepalan tangannya pun melunak seketika."Terserah..." jawab Anna ketus.Anna yang semula berdiri itu kembali duduk. Ia menyeruput tehnya untuk meredam emosi."Aku... minta maaf atas ucapanku barusan," ucap Sean."Daann... Kau juga harus ikut denganku ke kerajaan ular untuk menjalankan ritual wajib anggota keluarga raja," lanjut Sean.Sean benar-benar menurunkan egonya. Jika ia membuat Anna lebih kesal lagi, dia tentu tidak akan bisa menang."Harus? Cih!" gerutu Anna dalam hati.Anna menatap Sean sinis."Aku tetap tidak akan ke sana," ucap Anna."Tiiddaaaakkkkk!!" teriak Oswald dalam hati. Mata Oswald bahkan membesar karena terkejut.Oswald merasa jantungnya benar-benar tidak aman. Jantung pria itu serasa akan berhenti mendengar pernyataan Anna barusan.Oswald baru saja akan bersujud di depan Anna m
Ugghhhh!!Noah merasakan nyeri yang begitu tajam mengiris dadanya saat membayangkan kemungkinan yang menanti. Ia tahu ini adalah keputusan besar, yang akan menentukan nasib banyak orang, dan instingnya mengatakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi."Sepertinya kau juga merasakan hal yang sama denganku," ucap Karl, suaranya rendah dan penuh ketegangan, mencoba memvalidasi perasaan yang sama.Sean, yang duduk di barisan paling depan, mengamati ayah dan pamannya dengan penuh perhatian. Matanya gelap, penuh perhitungan, mencermati setiap kata yang terucap. Keputusan ini bukan hanya tentang mereka. Sean tahu masa depan keluarganya, dan mungkin takhta tergantung pada pilihan yang mereka ambil hari ini."Sean, bagaimana pendapatm
Ace tak mampu menjawab Kylie. Satu-satunya hal yang terlintas dalam pikirannya tentang istri barunya hanyalah adegan-adegan vulgar... dan dorongan untuk melindunginya.Rose hanyalah pelayan yang belum lama bekerja di kediaman keluarga Valkayr. Ia direkomendasikan oleh Amber, istri kedua Ace yang berhati lembut. Amber merasa tergerak ketika melihat seorang gadis rakyat biasa, yatim piatu, dipukuli di jalan sambil menggenggam sepotong roti.Rose adalah wanita ceroboh, sangat kontras dengan ketiga istri Ace yang kuat dan cakap. Justru sifatnya yang lemah dan kikuk itu lah yang menarik perhatian Ace.Di Kerajaan Ular, para bangsawan wanita dituntut untuk tangguh. Karena itu, seumur hidupnya, Ace nyaris tak pernah melihat sosok perempuan yang lembut seperti Rose.
"Me... Memangnya kenapa kita harus repot-repot menempatkan penjaga di sisi Ratu Naga?" tanya Rose dengan suara bergetar, matanya melirik ke kanan dan kiri, mencari dukungan yang tak ada.Grand Duke Valkayr menggigit ujung bibirnya, lalu menepuk jidatnya dengan kasar, napasnya berat menahan emosi.Brent hanya mengangkat sebelah alis dan terkekeh pelan. "Kupikir dia cukup pintar karena berani mengantar nyawa. Ternyata dia sangat bodoh."Wajah Rose langsung pucat. Sorot matanya kehilangan keberanian."Apa yang kau lakukan? Sudah, tidak usah membantah lagi! Minta maaf dan duduklah dengan tenang!" bisik Ace geram, matanya menyipit, penuh tekanan.Udara di ruang rapat yang semula formal kini terasa berat. Tegang. Seolah ruangan itu menahan napas."Cukup sudah!" teriak Karl, suaranya memecah ketegangan yang menggantung di udara."Noah, Raja Naga, aku meminta maaf atas ketidaksopanan adik iparku. Mari kita tidak memperpanjang masalah ini dan melanjutkan rapat," bujuk Karl, nadanya mencoba men
"Apa! Apa yang salah?"Teriakan Rose membuat satu ruangan hening."Statusku juga tinggi di sini, aku adalah istri Grand Duke! Memangnya kenapa aku tidak bisa menyuarakan pendapatku? Kenapa aku harus takut dengan mereka? Apa yang salah dari perkataanku?" batin Rose tidak terima.Semua orang menanti apa lagi kalimat yang akan keluar dari mulut Rose."Mengapa aku harus mendapat intimidasi setelah bersusah payah merangkak dari bawah? Statusku juga tinggi di sini! Kalian tidak bisa macam-macam padaku sekarang!" pikir Rose.Noah yang awalnya sangat marah itu kini memadang Rose seolah wanita itu sesuatu yang menjijikan."Akan buang waktu berdebat dengan orang bodoh yang serakah," batin Noah.Noah berusaha mengatur emosi dalam diam."Baiklah nona, aku ingin mendengar pendapatmu. Harusnya kau punya alasan yang bagus setelah mengatakan putriku beban bukan?" tanya Noah usai lebih tenang."Ayaahhh!!" teriak Alex.Alex tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Kenapa ia harus mendengar om
Karl agak keberatan dengan opini Alex. Akan tetapi, Karl coba mengukur pertempuran terakhir pasukannya dengan pasukan duyung."Kekuatan prajurit biasa sudah bertambah sekiranya tiga kali lipat. Satu kali pembasmian bisa menghabisi satu negara. Prajurit biasanya sudah jauh di atas prajurit-prajurit kami. Apa jangan-jangan kemampuan prajurit biasa mereka setara dengan wakil komandan?" ucap Karl dalam hati."Aku rasa hal itu tidak perlu, raja naga," ucap Jacob menyuarakan pendapatnya.Raja gurita juga kurang setuju dengan Alex."Meski kemampuan mereka berkembang, aku rasa tidak sampai berlebihan seperti itu," lanjut Jacob lagi.Tanpa bermaksud meremehkan lawan, Jacob hanya berpikir mereka mungkin tidak harus terlalu takut pada pasukan duyung saat perang. Mereka bisa menyelesaikan perang dengan cepat karena tiga kerajaan bergabung. Tak perlu sampai yang terkuat untuk turun secara bersamaan di medan perang.Noah memandang Jacob dan kemudian menol
"Apa kau sudah mengabari Noah?" tanya Karl pada Fredrick, ajudannya.Fred terlihat gugup. Ia ragu untuk menyampaikan jawabannya."Grand Duke memberi kabar bahwa beliau tidak bisa hadir, Yang Mulia," jawab Fredrick berusaha tenang.Wajah Karl merah padam mendengar jawaban Fred, "Kali ini apa? Apa yang membuat dia tidak bisa menghadiri rapat penting ini?"Gigi Karl bahkan gemeretak karena sangat marah, "Berani-beraninya Noah!""Cepat perintahkan dia kemari sekarang juga!" bentak Karl dengan suara sekecil mungkin."Ratu naga, sedang tidak sadarkan diri, Yang Mulia."Karl diam sebentar untuk mencerna informasi. Jujur saja, ia nyaris lupa dengan kondisi Anna mengingat Alexander yang merupakan suaminya hadir di rapat ini."Dunia tempat kita tinggal bisa hancuuurrr, apa yang lebih penting dari itu..." bisik Karl pada Fredrick.Kini Karl mengerti situasinya, Noah memang tidak akan menjadikan putrinya nomor dua lagi.Sialn
"Akan saya laksanakan, Yang Mulia," jawab Dale.Dale terlihat seperti menunggu perintah selanjutnya."Akan sangat membantu jika bisa membuat senjata. Prajurit biasa tidak perlu menghadapi duyung secara langsung," batin Alex."Batu perekam terlebih dahulu. Saat kebutuhan batu perekam sudah terpenuhi, lanjutkan pembuatan senjata. Tak perlu terlalu dipaksa, namun berusahalah semaksimal mungkin.""Apa anda bermaksud menggunakan senjata agar tidak perlu berhadapan langsung dengan Steven?" tanya Dale hati-hati."Bukan aku, tapi para prajurit biasa. Prajurit biasa kita dan prajurit duyung biasa, kemampuannya kini sudah jelas berbeda. Dengan senjata, aku berharap korban jiwa dapat berkurang. Mereka juga punya keluarga yang menanti kepulangan mereka."Mendengar itu, semua yang ada di ruangan terdiam. Perang dan korban jiwa memang sudah tidak bisa dihindari.Satu hal yang mereka ketahui, Alex banyak meminta barang-barang yang ada di dunia manus
"Arabella... adalah keturunanku..."Amrita dan Margareth mulai berpikir bahwa rumor Alexander selingkuh hingga punya anak itu benar.Hanya saja, mereka tak berani bersuara. Benjamin yang dengan cepat menyadari kesalahpahaman itu langsung menginterupsi Alex."Yang Mulia, sepertinya anda mengatakan hal yang bisa membuat para dayang salah paham," ucap Benjamin sedikit tertawa.Alex mengernyitkan dahi, "Apa maksudmu, Benjamin?""Maksud Yang Mulia Raja, putri Arabella memang keturunan raja naga laut. Hanya saja, bukan dari Yang Mulia Raja, melainkan putri Elena," Benjamin memperjelas maksud ucapan Alex sebelumnya.Mendengar itu, Margareth dan Amrita tak bisa menahan ekspresi wajah mereka lagi.Bagaimana bisa putri Elena memiliki seorang anak?Alex baru paham yang Benjamin maksud, tapi ia tak punya banyak waktu sekarang."Aku tak punya cukup waktu untuk menjelaskan. Intinya kalian berdua harus menjaga Arabella. Arabella adalah
"Apa kita tidak bisa memindahkan arena perang? Bagi manusia, serangan kita cukup dahsyat. Saya tidak yakin bahwa kita bisa menghentikan pasukan duyung tanpa merusak bumi," ucap Benjamin.Kondisi Benjamin sekarang cukup berantakan. Rambut yang tidak terurus, ikat pinggang tidak sinkron, bahkan ia salah memakai kaos kaki. Kaki kiri dengan kaos kaki hitam, sementara kaki kanan dibiarkan tidak ada kaos kaki.Sejenak Alex berpikir apakah Benjamin sedang mencoba model fashion baru saat disambut tadi. Akan tetapi ia urungkan niatnya untuk berkomentar setelah melihat kantung mata Benjamin yang besar."Kita bisa menjebak Steven untuk masuk ke dalam portal. Isaac bisa memprovokasi para pasukan untuk ikut masuk ke dalam portal yang terhubung dengan dunia kita," usul Alex.Mendengar itu, Isaac tersenyum. Otaknya mulai memikirkan beragam strategi yang mungkin bisa dijalankan.Batu komunikasi yang Alex miliki bersinar terang. Sudah pasti Karl, Brent atau Jacob y