"Melakukan apa paman? Apa yang paman maksud?"
Brent menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
"Kau... Apa yang hendak kau lakukan Anna? Kau berencana bunuh diri? Kami mendengar teriakan Steven dengan sangat jelas tadi. Bahkan juga melihatmu berusaha menebas lehermu sendiri," ucap Brent dengan nada tinggi.
Anna hanya diam dan menunduk. Brent bahkan menunjuk wanita itu seperti ayah otoriter kejam yang ada di sinetron.
Dia benar-benar murka. Hampir saja ia kehilangan Anna, satu-satunya peninggalan Beatrice. Brent benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Anna.
"Annaaa... jawab pertanyaan paman..."
Bibir Anna mengerucut dan air matanya mulai tumpah.
"Hikkkssss... hikkkssss... hhiiikkksssss..."
"Annnaaaa..." panggil Brent masih dengan nada tinggi.
Hal yang Brent butuh adalah jawaban, bukan air mata.
"Hiiikkksss... huu... huu... huuuu... hiiikkkkssss..."
Selayaknya uncle-uncle penyayang keponakan pa
"Kau berkata merindukanku, tapi kau bahkan ingin langsung tidur? Dan juga apa maksud pertanyaanmu barusan?"Anna diam sebentar untuk mengatur emosinya. Jika tidak, bisa-bisa wanita itu teriak karena kesal."Terus, apa itu tadi? Kau menanyakan apa yang kulakukan?"Anna lagi-lagi diam sebentar."Tentu saja yang kulakukan adalah memintamu untuk jangan langsung tidur, apa lagi memangnya?" oceh Anna sebal.Alex menatap istrinya itu datar."Apa?" tanya Anna galak."Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Anna lagi to the point.Anna adalah definisi wanita pada umumnya, 'rese kalo lagi kangen'."Kau masih tidak ingin bersuara?" tanya Anna lagi.Alex lagi-lagi hanya mematung."Baiklah, aku akan pergi untuk tidur di kamar kosong hari ini," lanjut Anna.Wanita itu memilih untuk mengalah saja, melihat suaminya yang masih diam dan bergerak seperlunya seperti "boneka mampang" yang pernah ia lihat di jalanan jak
"Ohhh Tuhan... Siapa yang akan percaya bahwa pria ini adalah naga laut?" ucap Anna dalam hati."Suamiku... Kau tahu aku harus pergi ke sana dengan atau tanpa dirimu bukan?" tanya Anna pelan sambil memegang pipi suaminya.Alex mengangguk malas dan kembali membenamkan diri dalam pelukan istrinya, hingga mereka berdua terbaring di tempat tidur."Kau harus mengabariku setiap hari," ucap Alex."Iyaaa...""Ingatlah bahwa kau adalah ratu naga, jika ada yang meremehkanmu, kau bebas melakukan apapun pada orang kurang ajar itu meski orang itu adalah raja ular.""Iyaaaa...""Keselamatanmu adalah yang paling utama.""Iyaaaa...""Jika sehari saja kau tidak mengabariku, aku akan langsung ke sana karena aku berasumsi sesuatu terjadi padamu.""Bagaimana jika aku memang sibuk hingga larut?""Dayangmu harus menghubungiku dan menunjukkan secara langsung padaku bahwa kau baik-baik saja.""Kau terlalu berlebihan."
"Haaaahhhhhhh......"Sean langsung memegang kepalanya yang mendadak sakit. Informasi yang dia terima sekarang ini cukup membuatnya terguncang.Grand Duchess Hillary sudah terkenal gila dari dulu ternyata bukan hanya julukan semata. Dia benar-benar buta karena cinta! Definisi sesungguhnya dari "budak cinta"."Wajar saja Brent memperingatiku," batin Sean.Sean berkutat dengan pikirannya sejenak. Ia benar-benar mencium bau bahaya jika Anna ingin bertarung sebagai pewaris tahta.Apalagi jika Anna ingin membalas perbuatan Grand Duchess, terjun ke bangku kekuasaan adalah jalan paling masuk akal. Jika hanya berkuasa di kerajaan ini, Anna tetap tidak bisa menyentuh Grand Duchess secara langsung."Aku akan membuatnya jelas sedari awal. Istriku tidak menginginkan tahta manapun, baik itu dari kerajaan ular ataupun kerajaan gurita," ucap Alex membuat Sean tersadar.Sean langsung menatap sepupunya itu sengit. Anna yang ditatap seperti itu tentu sa
"Ma... Maafkan aku atas ucapanku tadi," ucap Sean.Sigh!Sean coba untuk membuang harga dirinya. Kepalan tangannya pun melunak seketika."Terserah..." jawab Anna ketus.Anna yang semula berdiri itu kembali duduk. Ia menyeruput tehnya untuk meredam emosi."Aku... minta maaf atas ucapanku barusan," ucap Sean."Daann... Kau juga harus ikut denganku ke kerajaan ular untuk menjalankan ritual wajib anggota keluarga raja," lanjut Sean.Sean benar-benar menurunkan egonya. Jika ia membuat Anna lebih kesal lagi, dia tentu tidak akan bisa menang."Harus? Cih!" gerutu Anna dalam hati.Anna menatap Sean sinis."Aku tetap tidak akan ke sana," ucap Anna."Tiiddaaaakkkkk!!" teriak Oswald dalam hati. Mata Oswald bahkan membesar karena terkejut.Oswald merasa jantungnya benar-benar tidak aman. Jantung pria itu serasa akan berhenti mendengar pernyataan Anna barusan.Oswald baru saja akan bersujud di depan Anna m
Bak tersambar petir, Medeline berteriak sangat keras.'Putriku?' Putri siapa? Anak siapa itu? Anak Noah? Dengan siapaaaaa?Medeline benar-benar kalut dengan segala pertanyaan di kepalanya."Tunggu!!" teriak Medeline.Medeline menarik tangan Noah. Namun, Noah menatap wanita itu dingin seolah akan membunuhnya tanpa belas kasih.Medeline bergetar ketakutan. Melihat itu, Noah bahkan tidak berkedip."Tunggu dulu, jangan bilang.... Ratu Naga yang dikabarkan adalah anggota keluarga kerajaan ular, di... dia putrimu?" tanya Medeline. Mata wanita itu bahkan terbelalak karena sangat terkejut."Jika kau sudah tahu, maka lepaskan aku sekarang," ucap Noah kesal.Medeline pun melepas tangan Noah perlahan.Dengan kasar Noah menarik tangannya dari Medeline agar segera terlepas dari wanita itu."Dengan siapa? Siapa? Siapa ibu dari anak itu?""Kenapa kau ingin tahu? Kau ingin membunuh ibu dari anakku?" tanya Noah sinis.
Alex menoleh pada istrinya. Anna hanya bisa menggelengkan kepala, ia juga tidak tahu mengapa Felix ingin bertemu dengannya juga.Terakhir wanita itu bertemu Felix adalah di resepsi pernikahannya. Waktu itu mereka hanya berbicara sedikit, bisa dibilang sekadar tegur sapa formalitas."Mari, Yang Mulia," ucap Benjamin.Anna dan Alex yang bingung itu mengikuti Benjamin.Benjamin hanya berjalan lurus dan belok kanan satu kali. Ruangan khusus tamu penting."Hormat pada Yang Mulia Raja dan Ratu Naga," ucap Felix membungkuk tanda memberi hormat.Benjamin langsung membungkuk tanda pamit keluar."Aku terima salam darimu, silahkan duduk," ucap Alex.Pasangan suami istri itu kini duduk berhadapan dengan Felix."Tidak biasanya kau berkunjung tanpa pemberitahuan sebelumnya. Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Alex to the point pada Felix."Saya hanya ingin memberi tahu Yang Mulia Ratu untuk cepat kembali," ucap Felix.M
"Untuk melenyapkan dia?" tanya Karl.Catherine tersenyum, "Tentu saja dia! Wanita pengganggu itu harus dilenyapkan!"."Yang Mulia Putra Mahkota Sean von Nottenhem dan Ratu Naga Joanna Anastasia Pieterburg memasuki aula perjamuan!" teriak penjaga pintu ruang perjamuan dari luar.Begitu pintu dibuka, terlihat Sean, Anna dan para rombongan memasuki aula. Semua mata tertuju pada wanita anggun dengan dress panjang biru laut dan selendang yang melingkari pinggang hingga tangannya.Rambut panjang terurai dan anting perak panjang tipis itu benar-benar cocok dengan wajah cantik itu. Tatapan dan langkah kaki percaya diri itu menguasai aula perjamuan, menyihir semua mata yang ada di sana untuk menatapnya tanpa henti."Hormat pada Ayahanda dan Ibunda," ucap Sean membungkuk memberi hormat."Saya memberi hormat pada Yang Mulia Raja dan Ratu," ucap Anna yang juga membungkuk tanda memberi hormat.Begitu Anna selesai memberi hormat, terlihat jelas sekali wajah tidak bersahabat Karl dan Catherine.Cih!
"Anna?" panggil Noah."Ahh... Eemm... Tentu saja aku bahagia, ayah," jawab Anna."Kau berbohong. Kau sempat ragu. Apa kau ingin lepas darinya? Ayah akan membantumu," ucap Noah.Anna hanya diam. Sejujurnya dia bahagia, tapi masih ada keraguan di hatinya karena Arabella."Aku bahagia, ayah. Aku menikah dengan orang yang kucintai dan dia memperlakukanku dengan sangat baik. Aku hidup dengan cukup nyaman. Aku ratu kerajaan naga, dan aku juga dimanja oleh suamiku. Hanya saja ada sesuatu yang menggangu pikiranku," ucap Anna."Apa dia berselingkuh?" tanya Noah menyelidik."Tentu tidak, ayah," sanggah Anna cepat. Meski Alex cukup kuat, dia tetap akan mengalami luka berat jika bertarung dengan Noah."Sungguh?" tanya Noah."Benar, ayah.Aku akan menceritakannya pada ayah jika hal yang aku sudah mengetahui lebih banyak hal.""Awas saja jika pria itu berselingkuh darimu, ayah akan benar-benar membunuhnya," ucap Noah sambil menge
Duuuuuaaaarrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Dave dan Julie yang masih memiliki kesadaran penuh itu menyerang Steven dengan tenaga yang tersisa.Duuuaaarrrrr!!!! Duuuuuaaarrrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Beberapa serangan mereka berhasil mengenai Steven hingga pria itu menjatuhkan Anna yang berada dalam genggamannya."Yang Muliaaaaaaa!!!" teriak Julie."SIAL!!" umpat Steven.Julie berusaha bangkit untuk meraih Anna. Namun, Steven yang seolah dirasuki setan menyerang Julie dengan membabi buta."Bangs*******ttttttttttttttttt! Beraninya kau menghalangiku!!" umpat Steven."Berani sekali kau!!""Mati kau!!"Umpatan pria itu sangat kencang hingga membuat penjaga yang tersisa di mansion berlari menghampiri mereka."SIAPA KAU?!" teriak salah seorang prajurit yang baru saja masuk.Prajurit yang masih sangat muda itu tentu saja tidak mengenali raja duyung.Akan tetapi, tanda sihir hitam yang menutupi wajah Steven cu
Usai kepergian Alex, Dave terdiam sejenak dan mengamati betapa kacaunya para wanita yang ada di ruangan ini. Dua pingsan dan satu berlutut ketakutan.Dave mengeluarkan alat komunikasinya dan meminta Julie kembali ke mansion Grand Duke secepatnya."Bangkitlah, tunjukkan padaku letak kamar Yang Mulia Ratu," perintah Dave pada Lucy.Akan tetapi, Lucy masih berlutut dan tertunduk ketakutan.Setelah ini aku tidak akan dibiarkan hidup kan? Aku akan mati kan?Memikirkan itu membuat badan Lucy bergetar hebat."Yang Mulia Raja sudah bilang tidak akan membunuhmu jika kau memberitahu keberadaan Yang Mulia Ratu. Kau sudah memberitahu beliau dan Yang Mulia Ratu ada di sini. Nyawamu aman. Cepatlah berdiri," ucap Dave sambil berjalan menggendong Anna."Kau ikat dan jaga dulu Grand Duchess. Aku akan kembali saat Julie sudah tiba," ucap Dave pada Vincent.Vincent hanya mengangguk dan menjalankan perintah.***Di sepanjang ja
"Kau pergilah terlebih dulu, aku akan menyusulmu nanti," jawab Alex pada prajurit muda yang berlutut di hadapannya itu."Tapi Yang Mulia, anda harus pergi sekarang juga. Kondisi saat ini benar-benar genting," ucap lelaki itu.Lelaki itu benar-benar mengantar nyawanya untuk Alex. Ia benar-benar tidak peduli bahwa Alex akan membunuhnya saat itu juga. Hal terpenting baginya adalah ia harus menyelamatkan kerajaannya."Aku tak peduli segenting apa situasi istanamu sekarang. Karena saat ini, ada hal yang amat penting yang tengah aku kerjakan," ucap Alex.Setelah mendengar itu, sang prajurit muda memperhatikan sekitar. Lucy yang sedang berlutut ketakutan, serta Grand Duchess Hillary yang sudah sekarat."Tapi....." prajurit itu masih saja berniat memaksa Alex pergi."Aku akan pergi setelah urusanku di sini selesai. Sebaiknya kau tunggu atau pergi terlebih dulu. Sekali lagi kau berani membantahku, kau sendiri tau apa yang akan terjadi," jawab Alex.
18+Terdapat adegan kekerasan pada perempuan. Mohon kebijakan dari para pembaca sekalian."Mengapa harus di waktu seperti ini," ucap Noah geram.Noah terlalu familiar dengan hal ini, ketukan pintu yang agresif itu menandakan hal mendesak telah terjadi. Benar-benar di saat yang tidak tepat."Massuuukkkkkk!!" teriak Noah memerintahkan orang itu masuk.Ternyata, orang yang mengetuk adalah salah satu prajurit Karl."Yang Mulia Grand Duke... Haahhh... Haaaahhh..." ucap sang prajurit terengah-engah."Ada apa? Mengapa kau terburu-buru kemari?" tanya Noah kesal. Dia bahkan masih belum menemukan putrinya dan sudah harus mendengar kabar yang tidak diinginkan."Kita... Kerajaan kita diserang oleh para duyung... Yang Mulia Raja meminta anda segera ke sana untuk membantu," ucap prajurit itu."Apa katamu? Duyung? Arrrrggghhhh!! Mengapa harus di saat seperti iniiii!!!!" teri
"Bagaimana perkembangannya, Grand Duke?" tanya Alex pada Noah.Noah masih mencari di sekitar rumah karena ia yakin sekali bahwa pelakunya pasti Medeline dan wanita itu tidak pergi kemana pun.Tidak ada yang mungkin menculik Anna selain wanita itu.Noah langsung memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu. Pria itu bahkan belum sempat untuk tidur."Kau ada di mana istriku?" gumam Alex.Orang pertama yang juga Alex curigai adalah Medeline. Belum sempat Noah menjawab Alex, pria itu langsung pergi mencari Medeline ke ruang kerjanya.Namun belum sampai ke ruang kerja, ia langsung bertemu dengan Medeline."Salam pada Yang Mulia Raja Naga," ucap Medeline sambil membungkuk pada Alex."Di mana istriku?" tanya Alex tanpa basa-basi.Alex berusaha untuk menyembunyikan emosinya."Apa maksud anda, Yang Mulia? Saya tidak mengetahui keberadaan Yang Mulia Ratu," jawab Medeline yang menyembunyikan rasa takutnya.Meski bisa mengontrol ekspresi wajah, Alex tentu tidak dapat mengendalikan aura membunu
Alex diam. Tiga lelaki yang ada di ruangan itu hanya bisa diam. Banyak orang berkata, tidak ada yang bisa menggambarkan rasa sakit seorang ibu saat ditinggalkan oleh anak mereka.Kini sepertinya mereka bertiga mengerti. Rasa sesak dan sakit yang nyonya Ravina rasakan seolah ikut menghujam dada mereka. Vincent bahkan memejamkan matanya sesaat.Mereka membiarkan nyonya Ravina meluapkan air matanya."Jika anda merasa berat, tak masalah jika kita melanjutkan perbincangan kita saat matahari terbit nanti. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?" usul Dave pada Alex saat nyonya Ravina sudah mulai tenang.Alex mengambil tisu di meja yang tidak jauh dari mereka dan memberikannya pada nyonya Ravina."Terima kasih, Yang Mulia," ucap nyonya Ravina dengan suara yang kecil. Nyaris tidak terdengar.Karena Alex tak menjawab, Dave melirik Alex lagi meminta persetujuan.Sejujurnya, Alex tidak sabar. Namun, ia juga tidak bisa egois. Dia punya Anna, seorang
Nyonya Ravina terdiam sejenak."Kau raja naga ternyata," gumam nyonya Ravina."Hormat kepada raja naga," ucap nyonya Ravina sembari menundukkan kepala sebagai tanda memberi hormat."Aku cukup terkejut karena kau tidak mengetahui wajahku," ucap Alex."Wanita tua ini sudah tidak pernah terlibat lagi dengan urusan di luar sana, Yang Mulia. Untuk pertanyaan anda, bagaimana jika kita berbicara di rumah saya saja? Kalian bisa sekalian menginap," ucap nyonya Ravina.Alex diam sesaat dan memandangi sekitar, suasana masih gelap.Dengan kondisi nyonya Ravina yang baru saja pulih, akan lebih nyaman baginya untuk berbincang di tempat yang hangat.Pria itu pun mengalah, "Baiklah, kita akan berbicara di tempat anda nyonya."Kemudian, Dave membantu nyonya Ravina untuk berdiri.***Rumah nyonya Ravina benar-benar terletak jauh di dalam hutan. Tidak ada tanda-tanda makhluk lain yang hidup di sana selain binatang hutan."Melihat keadaan di sini, aku jadi penasaran seberapa luas hutan di dunia kita ini.
"SIAPA ITUUU?" teriak Dave.Mereka bertiga berhasil menghindari serangan tepat waktu.Dduuuuaaaaarrr!! Ddduuuaaarrr!!Namun bukan jawaban yang terdengar, hanya serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi."Aku akan pergi mencari siapa yang menyerang kita," ucap Dave pada Vincent dan Alex.Dave langsung berlari menyusuri pepohonan. Sementara, Alex dan Vincent sibuk bertahan.Dddduuuuuaaarrr!!! Dddduuuuaarrrrr!!!! Dddduuuuuuaaaarrrr!!!!! Ddddduuuuuuaaarrr!!!!Serangan yang mereka dapat itu sangat cepat, kuat dan juga tepat. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang berpengalaman."SIAPA ITU? HEI! KELUARLAH! JANGAN JADI PENGECUT DAN HADAPI KAMI SECARA LANGSUNG!" teriak Dave lagi."HEEEIIIIII!!!!!"Dave benar-benar tak mendapat jawaban apapun. Ia terus berlari di antara suara keras dari serangan-serangan yang datang secara bertubi-tubi."Di mana kau?" gumam Dave.Lama kelamaan Dave sudah tidak lagi be
"Sampai kapan kau akan menghindariku?" tanya Medeline yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja Noah.Terlihat kekecewaan mendalam dari wajah wanita itu. Di samping itu, kantung mata besar dan hitam yang menghiasi wajahnya kian memperburuk penampilan Medeline. Wanita itu tidak tahan lagi karena Noah terus menghindar. Di sisi lain, Noah juga benar-benar tidak ingin berbicara dengan Medeline."Selanjutnya kau wajib mengetuk pintu. Karena ke depannya aku akan kembali menjalankan tugas-tugasku, ruangan ini akan segera ramai," ucap Noah menoleh pada Medeline sebentar.Kemudian, pria itu lanjut membaca berkas yang ada di tangannya.Dalam ruang kerja, Noah tidak sendiri. Ada Oswald di sana yang juga sedang memegang berkas. Pria itu baru selesai memberi laporan pada Noah."Saya permisi, Yang Mulia," ucap Oswald.Oswald langsung pamit pada Noah dan Medeline."Aaahhh, aku tidak menghindarimu. Hanya saja, tidak ada yang harus kita bicarakan," tambah Noah.Mendengar penuturan Noah membuat Medeline be