"Menguasai dunia," jawab Oswald.Mendengar itu membuat otak Anna tak bisa berpikir sejenak. Anna benar-benar tidak habis pikir dengan hal yang baru saja ia dengar.Menguasai dunia? Film fiksi mana yang pria itu tonton? Apa bisa menguasai dunia semudah itu sementara Dewa dunia ini saja menciptakan ganjaran untuk mereka yang merampas hak orang lain?Penguasa tunggal sakit-sakitan? Oh, come on! Apakah tidak ada alasan yang lebih menarik dari ini?Mengapa orang-orang bisa sangat menyukai kekuasaan? Apa yang menyenangkan dengan melihat orang-orang membungkuk? Bukankah tanggung jawab yang diemban juga sangat benar?Anna benar-benar tidak mengerti."Termasuk dunia manusia juga," tambah Oscar."Apa? Dunia manusia juga? Mengapa? Dan dari mana kau mengetahui itu?" tanya Anna bertubi-tubi.Untunglah Arabella tak bisa mendengar percakapan mereka. Bayi itu pasti sudah menangis dari tadi jika mendengar suara kencang Anna."Dahulu McWh
Kini Alex, Brent dan Leon sudah menyusul Steven. Mereka berhasil mengalahkan para pasukan yang ditempatkan di depan gerbang."Memang kekuatan anggota keluarga raja tidak diragukan lagi," ucap Steven menyeringai.Level prajurit duyung sudah berada di tingkatan yang berbeda berkat sihir hitam yang Steven lakukan. Prajurit biasa tidak akan bisa mengalahkan mereka.Akan tetapi untuk anggota keluarga raja nampaknya tidak menimbulkan tekanan yang berarti."Sangat menyebalkan," gumam Steven."Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos," ucap Alex.Dengan tenang, Alex mengeluarkan sihirnya untuk menyerang Steven.Steven pun bergeser ke kanan untuk menghindari sihir Alex. Pria itu malah menyerang balik Brent yang dianggap lebih lemah daripada Alex.Brent sendiri berhasil menangkis serangan Steven meski sedikit terdorong ke belakang."Dia menyerangku dengan kekuatan penuh! Sial!" umpat Brent dalam hati."Apa anda baik-baik
"Diam kau!!" teriak Zack pada Amrita.Zack memandang Amrita dengan penuh kebencian. Sementara Amrita sendiri memandang Zack seperti kotoran."Kau benar-benar tak pernah belajar dari pengalaman," ucap Amrita dengan mimik wajah jijik."Hari ini akan menjadi hari kematianmu."Zack menunjuk Amrita dengan marah."Kau terlalu banyak bermimpi," balas Amrita.Amrita pun langsung menyerang Zack dengan sihir. Pria itu berhasil menangkis serangan Amrita.Para pasukan yang semula berada di belakang Zack langsung balas menyerang Amrita. Namun berhasil ditangkis oleh Margareth."Lawan kalian adalah aku," ucap Margareth sambil menyerang puluhan pasukan duyung.Kini, pertarungan terpecah menjadi dua kubu. Margareth melawan puluhan pasukan, dan Amrita berhadapan langsung dengan Zack."Sial!!" maki Margareth saat serangannya lagi-lagi dapat diatasi oleh para pasukan.Margareth kemudian mengeluarkan sihir biru berbentuk kubah sebagai media pertahanan diri menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kan
"Saaa...kittt..." rintih Margareth."Jadi, apa kau menyerah? Apa kau akan ikut denganku?" tanya Zack melonggarkan cengkramannya."Ti...dak... aa...kaannn..." jawab Margareth susah payah.Zack kembali mencekik Margareth kencang. Pria itu tak akan berhenti sebelum Margareth bersedia untuk ikut dengannya."Sepertinya aku akan mati hari ini. Namun ini bukanlah hal yang buruk," batin Margareth.Wanita itu sudah tak lagi memberontak. Ia sudah pasrah. Lebih baik dia mati daripada harus ikut dengan Zack.Tanpa sadar, Margareth tersenyum. Melihat Margareth yang sudah siap mati itu, Zack menjadi murka."Sialan!!" teriak Zack sambil melepaskan tangannya dari Margareth."Haaaahhh... Aa.... Hhaaa.... hhaaaahhh..."Margareth sudah bisa bernafas lagi."Aaarrrggghhhhh!!! Aaaaaaaaaaarrrgghhhh!!!" teriak Zack. Pria itu benar-benar mengeluarkan seluruh suaranya.Zack yang murka itu berteriak dan menghancurkan bangunan dengan membabi buta. Keputusasaan itu terlihat sangat jelas di matanya."Uuhhhuuukk...
Steven pun mencoba membuka pintu itu dengan mendorongnya. "Tidak bisa..." gumam Steven. Steven tak berkeinginan untuk mendorong pintu itu lagi dan langsung meluncurkan sihirnya ke arah pintu. "Duuuuaaarrrr!!!" Steven von McWheel terpental cukup jauh. Pintu itu memiliki sihir pelindung. "Apakah akhirnya berhasil kutemukan?" gumam Steven menyeringai. Steven menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Pria itu bersiap mengeluarkan kekuatan penuhnya. "Hancurkanlah pintu iniiiiiii!!!" teriak Steven. Serangan Steven itu berhasil mengguncang ruang bawah tanah tempat Anna berada. Meski memiliki sihir pelindung, tak berarti pintu itu tidak bisa ditembus. Steven pun kembali menyeringai. *** "Apakah hanya aku yang merasa bahwa sekarang lantai ini bergetar?" tanya Anna melirik pada Oswalad dan Julie bergantian. Mereka bertiga diam dan mengamati keadaan sekitar. Lima detik kemudian, keseimbangan mereka runtuh bersamaan dengan jatuhnya buku-buku dari rak dan barang-barang ya
"Alex! Stop! Tenangkan dirimu!" teriak Brent. Ia berusaha menyadarkan Alex. "Tenanglah," ucap Brent sembari memegang kedua lengan Alex dengan erat. "Lihat sekelilingmu..." lanjut Brent lagi. Alex menuruti Brent dan melihat sekitarnya dengan saksama. Alex berusaha menguasai dirinya lagi. "Jika keponakanku telah diserang, setidaknya akan ada dayangnya Julie dan pengawal ayahnya, Oswald. Pasti kita akan melihat mayat mereka. Di sini tidak ada, Alex. Perpustakaan memang hancur, tapi kita tidak melihat siapapun. Di dalam sini bahkan tidak ada barang yang hancur," jelas Brent berusaha membuat otak Alex kembali berfungsi dengan benar. Brent menoleh ke arah Leon. Seolah menyadari apa maksud tuannya, Leon langsung berlari memeriksa pintu keluar yang terbuka lebar. "Bahkan tidak ada jejak darah di sini. Kau harus fokus sekarang. Semakin lama kita di sini, semakin lama waktu yang terbuang." Semua yang dikatakan Brent masuk akal. Anna pasti baik-baik saja. Dia cukup cerdas. Dia pasti lari
Duuuuaaarrrr!!Anna, Julie dan Oswald berhasil menghindari serangan. Ternyata, Steven von McWheel berhasil menyusul mereka!"Akhirnya, kau ketemukan ratu naga," ucap Steven.Senyum menyeringai yang memberi kengerian itu kembali tersungging dari bibir pria itu."HAHAHAHAHAHAHAHA...."Mereka bertiga merinding. Pria itu benar-benar tertawa lebar dan puas sekali."Berlindung di belakang saya, Yang Mulia," ucap Julie sambil mendorong Anna ke belakang badannya.Anna menurut."Aku harus bagaimana?" batin Anna ketakutan.Tak hanya terpaku pada wujud Steven, aura negatif yang pria itu bawa juga sangat kuat. Aura itu seperti jarum suntik yang menembus kulit hingga masuk ke tulang."Eeekkk... Uuueekkkk..."Anna mual, tubuhnya terasa ngilu. Tidak pernah Anna bertemu orang dengan aura negatif sekuat ini."Da... Dari mana kau tahu bahwa aku adalah ratu naga?" tanya Anna dengan sedikit gemetar memegangi perutnya.
"Mati kau," gumam Steven menyeringai.Ia berhasil mematahkan serangan Oswald dan membuat pria itu terlempar menimpa tubuh Julie."Ahhhhkkkkk!!!" teriak Julie.Wanita itu bahkan memuntahkan darah.Tak sanggup melihat pemandangan itu, Anna hanya menangis dan berharap matanya tertutup kabut sepenuhnya."Kumohon, cepatlah usai," gumam Anna yang kembali mengeluarkan sihir setelah memulihkan akal sehatnya secepat kilat.Duuuuaaarrr!! Duuaarrrr!! Duuuuuaaarrr!!Anna benar-benar serius ingin membunuh Steven. Wanita itu benar-benar mengerahkan segala hal yang telah ia pelajari dalam waktu singkat kemarin.Berkali-kali Anna menyerang, berkali-kali pula serangan Anna dipatahkan oleh Steven."Menyerahlaaahhh!!!" teriak Steven pada Anna.Jika terus berlanjut, Steven akan kalah. Energi sihir Anna masih sangat besar dan Steven tahu betul hal itu.Pria itu terus memutar otaknya sembari menghindar dari serangan-serangan Anna."Tumbanglah! Kumohooonnn!!" gumam Anna tidak menyerah.Ia benar-benar mengel
Abigail menutup mata dan setengah meringkuk bersiap menerima pukulan Steven."Habislah aku," batin Abigail. Jari tangan Abigail juga sudah menutupi wajahnya.Akan tetapi, Steven masih tetap diam di kursi dan menunggu lanjutan dari penjelasan Abigail."Anda adalah pemilik energi sihir dan kemampuan bertarung yang paling kuat di kerajaan ini, Yang Mulia. Jika anda tertangkap, tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan anggota keluarga kerajaan. Terutama raja naga, ia pasti akan berusaha keras mendapatkan darah istrinya kembali," lanjut Abigail.Abigail bahkan meringkuk lebih kencang dari sebelumnya.Namun, Steven masih hening. Mempersilahkan Abigail tetap melanjutkan ucapannya."Mereka bisa mencari dan menggeledah setiap sudut wilayah kita dengan mudah, tak ada serangan yang bisa membuat mereka gentar karena anda sudah ada di tangan mereka, Yang Mulia. Terlebih, sedikit lagi sisa darah ratu naga akan berhasil diekstraksi sepenuhnya. Yang M
Warning 18+Terdapat umpatan dan penjabaran hal-hal vulgar. Dimohon kebijaksanaan dari para pembaca.***"Buah dadanya yang besar itu berhasil kuhisap dan kugigit. Pent*l merah muda yang menggoda itu sudah kunikmati berkali-kali sepanjang malam.""V*gina yang mulus tanpa celah itu menjepit kejantananku dengan kencang. Apa kau bisa membayangkan kenikmatan yang aku rasakan itu?"Mendengar itu, Alex benar-benar panas. Darahnya serasa mendidih."Kubunuh kau... Kubunuh kau... Kubunuh kau..." gumam Alex geram.Wajah istrinya yang bercumbu dengan Steven terbayang dengan jelas.---"Apa dia tidak jijik harus bercumbu dengan pria yang tidak ia cintai? Dia menikah dengan pria tua itu dan mencampakkan pacarnya demi uang. Menjijikan sekali membayangkan tubuhku disentuh orang yang tak kusuka," komentar Anna saat menonton film vulgar bersama Alex."Apa yang akan kau lakukan jika berada di posis
"Sakiitttt!!!" teriak Anna.Ia menggenggam tangan Steven dengan kuat. Anna yang tidak sadar tengah mengeluarkan sihir itu berhasil membuat tangan Steven terbakar hingga ke tulang."Haaahhh... haaaahhh... Aaarrggghhhh..." teriak Steven kesakitan."Hu..hu...hu... hiksss... hiksss... hiksss..."Tangisan Anna pecah. Anna tidak menyangka akan melihat pamandangan yang cukup menyedihkan. Tangan Steven terbakar hingga meleleh. Kini siapapun bisa melihat tulang tangan pria itu."Wanita bangsat!!!" teriak Steven lagi.Pria itu bahkan menampar Anna. Dengan berlinang air mata, Anna berlari untuk sedikit menjauh.Anna yang sedang ketakutan itu langsung menyerang Steven beserta prajurit yang mengejarnya dengan sihir.AARRRGGHHHHH!! AARRRRGGGGHHHH!!Semua orang terluka.Anna yang panik langsung lanjut berlari tanpa menoleh ke belakang.Akan tetapi, lagi-lagi ia tertangkap oleh Steven.Steven langsung menampar
Alex menjelaskan bahwa ia akan membawa beberapa penyihir portal dengannya agar dapat kabur kapan saja saat situasi sudah tidak menguntungkan.Para penyihir portal hanya bertugas untuk bersembunyi sebaik mungkin dan mengamati keadaan. Saat keadaan tidak menguntungkan, mereka akan memberi tanda jika portal pelarian sudah siap."Firasatku tentang ini tidaklah buruk. Akan tetapi, entah mengapa terasa menakutkan," ucap Noah.Noah merasa lebih tenang usai mendengar rencana Alex. Hanya saja, Noah merasa akan ada hal yang membuatnya sedih.Perasaan ini persis saat mendapati kenyataan wanita yang ia cintai meninggal."Tanpa darah Anna, mereka sudah sekuat ini. Kemajuan mereka akan sangat pesat dengan adanya darah anggota keluarga kerajaan. Kita harus menyiapkan diri untuk segala kemungkinan buruk yang ada," ucap Alex.Alexander mengira Noah takut dengan kekuatan para duyung. Noah sendiri tidak ingin memberitahu bahwa dirinya memiliki firasat baik ten
"Tolongg!! Tolong!! TOLOOONNGGGG!!! TOLOOOONNNGGGGGG!!!"Sekencang apapun Anna berteriak, tidak ada siapapun yang masuk ke dalam.Sekali lagi, Anna harus menanggung satu hal memalukan lagi di hidupnya. Ia harus buang air besar berkali-kali di dalam sana hingga tubuhnya lemas.Anna terus buang air hingga waktu kunjungan Steven dan Abigail datang.Saat Steven membuka pintu, bau tidak sedap langsung menusuk ke hidungnya."Ewwwwhhhh!! Apa ini?!!" teriak Steven.Abigail yang merasa jijik itu pun langsung berteriak, "Apa kau buang air di sini?"Anna yang tubuhnya sudah dipenuhi keringat dingin itu mendelik kesal. Akan tetapi, melihat Steven yang langsung waspada padanya itu membuat Anna langsung pura-pura seperti orang bodoh dan berbicara seadanya."Sakit... perut... sakit...." ucap Anna lirih.Anna berusaha sebaik mungkin untuk memainkan peran orang sakit nan lemah. Ia harus benar-benar terlihat tidak berdaya agar Steven dan
Steven membawa Cynthia ke hotel tempatnya menginap. Membaringkan kakaknya perlahan dan perlahan membasuh tubuh Cynthia. Steven membersihkan tubuh kakaknya dengan berlinang air mata.Orang tua mereka yang sudah terikat sihir hitam memang sudah tidak terlihat jelas bentuk wajahnya. Akan tetapi, Cynthia yang lebih menyukai perdamaian memilih untuk tidak mengikuti jejak raja dan ratu duyung.Baginya, tidak ada hal baik yang terlihat dari kedua orang tuanya saat terikat dengan sihir hitam. Tubuh kesakitan, suram dan penuh hawa negatif di setiap detik kehidupan mereka. Perang demi perang membunuh setiap kehidupan yang tidak bersalah.Wanita dengan senyum secerah matahari itu kini terbaring lemah. Infeksi dari luka yang tidak pernah dirawat itu menggerogoti tubuhnya.Kini sudah tidak ada lagi mata berbinar yang biasa Steven kagumi."Aku... aku akan memanggil dokter ke sini segera... hiks... hikss... hiksss..."Keran air mata Steven benar-bena
Tepat seperti dugaan Steven, pria itu adalah Axton, kakak iparnya.Axton yang mengenali Steven pun hanya tersenyum tipis dan lanjut mencambuk Cynthia."Steven... Bagaimana kau bisa mengetahui tempat ini?" ucap Cynthia lirih."Berhenti kau bajingan!!" teriak Steven."AAAAAKKKKKKKK!!! AAAAKKKKKKKK!!!!"Axton mencambuk Cynthia makin kencang, "Siapa yang menyuruhmu berbicara? Diamlah! Satu-satunya hal yang boleh kau lakukan adalah menangis!""HENTIKAAAANNNNN!!" Steven kembali berteriak dan langsung berlari menuju panggung tempat Cynthia dicambuk."Tangkap dia!" perintah Axton pada pengawal pribadi yang siaga tidak jauh darinya."Security.... security..." panggil seseorang."Security!!!" teriak seseorang menambahkan. Seketika, semua orang langsung memanggil petugas keamanan yang bertugas.Beberapa pria berbadan kekar langsung memasuki aula lelang dan berlari untuk menangkap Steven.Steven tidak peduli dengan ora
Steven yang kala itu masih berstatus sebagai pangeran belum mendapat tanda kutukan seperti sekarang. Kulit putih bersih, wajah khas pria Eropa dengan mata biru yang persis seperti lautan itu itu sukses membuat Abigail tenggelam di dalamnya.Sejak saat itu, Abigail mengetahui bahwa Steven akan menghabiskan beberapa jam untuk membaca di taman saat sore hari. Wanita itu selalu datang untuk melihat Steven hanya untuk mendapatkan senyum sang pangeran.Pemandangan Steven yang memegang buku dengan senyum lebar di wajahnya itu membuat Abigail salah tingkah. Jantungnya berdebar kencang, wanita itu juga tidak bisa menghentikan senyum di wajahnya.Akan tetapi, mengingat Steven memberinya titah untuk merawat luka Anna membuat lamunan Abigail terpecah. Anna benar-benar merusak hari dan juga mimpinya."Akan lebih baik jika wanita itu mati, mengapa dia tidak langsung mati saja," gumam Abigail.Abigail meraih kotak obat dan berjalan malas ke ruang bawah tanah.Ruang bawah tanah ini tetap menjijikan s
"Sampai mati pun suamiku hanya Alex. Aku lebih baik mati daripada harus bersama orang sepertimu!!" teriak Anna lagi.Anna bahkan bingung dari mana ia mendapat kekuatan untuk berteriak di tengah kekacauan yang terjadi padanya ini. Namun, setiap kata yang keluar dari mulut bajingan ini membuat Anna naik pitam."HAHAHAHAHAHAHA...""HAHAHAHA!!""HAHAHAHAHAHAHA.."Tawa Steven yang keras membuat ruangan lembab ini bergema. Mendengar tawa pria itu membuat kemarahan Anna kian memuncak."Aku akan membuatmu memohon-mohon kepadaku, wanita jalang."Steven menghentikan kalimatnya dan melirik kaki Anna. Pria itu tersenyum meledek."Asal kau tahu saja, rantai yang melingkar di tangan dan kakimu ini adalah rantai anti sihir. Kau..."Steven mulai meraih dagu Anna."Tidak akan bisa mengeluarkan sihir. Dengan kata lain, kau tidak akan bisa kabur dari sini," lanjut Steven.Steven tersenyum dengan mata melebar. Anna yang sudah menatap pria itu jijik memalingkan wajahnya hingga dagunya terlepas dari Steven.