Darren, salah satu perancang busana terkemuka kerajaan naga bersama asistennya sedang melangkah masuk.
Gaun putih panjang tanpa lengan itu mencuri perhatian semua yang berada di ruangan. Baru kali ini mereka melihat gaun resepsi yang tidak memiliki banyak hiasan.
"Hormat saya pada Yang Mulia Ratu," ucap Darren sambil membungkuk setelah meletakkan gaun pengantin di meja yang telah disiapkan.
Fabian yang ada di belakangnya juga ikut membungkuk.
"Yaa..." jawab Anna singkat.
Darren dan Fabian sempat kaget mendengar jawaban Anna.
"Kesalahan apa yang telah kuperbuat?" batin mereka.
Dengan gemetar, mereka mendongakkan kepala.
Melihat wajah Anna yang kelelahan itu membuat mereka melirik satu sama lain.
"Kupikir kepalaku akan putus karena telah membuat ratu tidak senang, sepertinya ratu hanya sedang lelah saja," ucap Darren dalam hati.
"Bagaimana Yang Mulia?" tanya Darren melirik ke arah gaun pengantinnya.
Anna meme
"Terima kasih untuk hadirin sekalian yang menyempatkan hadir di acara resepsi pernikahan kami. Secara resmi juga saya perkenalkan pada kalian ratu kerajaan naga saat ini, istri saya Joanna Anastasia Pieterburg. Seperti yang kalian ketahui, banyak rumor yang beredar tentang istri saya. Mau seperti apapun rumor yang beredar di luar sana, dia tetap adalah wanita yang telah saya pilih. Sekian dari saya dan silahkan nikmati hidangan kalian."Perkenalan singkat Alex merupakan ancaman tersirat. Meski istrinya setengah manusia, dan juga belum bisa terkonfirmasi dari bangsa mana atau merupakan rakyat jelata sekalipun, Anna tetap istrinya.Siapapun yang merendahkan istrinya, berarti merendahkan kerajaan naga!"Belum apa-apa, aku sudah merasa lelah," bisik Anna pada Alex saat mereka sudah duduk di kursi.Rasa lelah Anna sudah memuncak sebelum acara dimulai, ia sangat merindukan kasur."Mau turun untuk menyapa tamu sekarang? Kurasa dengan berbincang, kantukmu
Ular dan gurita. Itulah gambar tato yang muncul di tangan kiri Anna.Brent mengernyit, dia sudah bisa menduga ke mana semua ini akan bermuara."Oohhh, jangan lagi," gumam Brent memejamkan mata."Ini apa?" tanya Anna.Anna terkejut menyaksikan tato timbul di telapak tangannya."Ada masa di mana kerajaan gurita menyukai seni tato. Di masa itu, antar-keluarga raja saling memperebutkan kekuasaan. Para wanita banyak yang lari dan berusaha sekuat tenaga melindungi anak mereka. Akhirnya tercetuslah ide untuk mengukir tato dan menyembunyikan tato ini dengan sihir. Dalam tato-tato itu biasa berisi riwayat hidup dari sang anak yang bisa memvalidasi jati diri mereka..."Brent menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya dengan perlahan."Jati diri bahwa mereka benar adalah anggota keluarga kerajaan gurita. Hanya anggota keluarga raja jugalah yang bisa membuka isi dari tato ini," jelas Brent."Jika ada yang seperti ini, bagaimana
Beatrice terlihat memegang bayi itu erat-erat agar tidak terlepas dari pelukannya."HAHAHAHAHAHA AKHIRNYA TIBA JUGA SAAT DI MANA AKU BISA MENGALAHKANMU!" teriak wanita itu.Kini wanita itu menyerang perut Beatrice."AAAAkkkkkkkkk!!"Lagi-lagi Beatrice kalah. Wanita itu terpental jauh menabrak pohon dan bahkan muntah darah. Beatrice sendiri tahu bahwa sulit untuk selamat setelah menerima serangan ini."Hahahaha..."Wanita itu tertawa puas sekali dan makin mendekat ke tempat Beatrice."Medeline..." gumam Brent.Wajah wanita itu sudah terlihat. Brent mengepalkan kedua tangannya, pria itu sangat marah.Medeline dan pengawal pribadinya terlihat mendekat hingga jarak tertentu. Pandangan wanita itu mengarah pada bayi Beatrice, Anna. Beatrice yang terluka sangat parah itu menutupi wajah Anna."Uuuuuu... manis sekali," ejek Medeline dengan suara manja yang dibuat-buat."Ini adalah balasan karena kau telah merebut No
Anna menangis sesegukan. Brent sendiri mengepalkan tangannya hingga berdarah. Adiknya ternyata meninggal dengan tragis seperti ini."Wanita biadab," gumam Brent.Leon hanya bisa menepuk pundak Brent untuk menenangkannya."Annaa... sayang... tenanglah... hmmm... tenanglah..."Alex masih memeluk dan mengusap punggung istrinya. Brent hanya diam, membiarkan Anna menangisi kepergian ibunya.Anna tahu dia masih harus berbicara dengan pamannya. Dia berusaha sekeras mungkin agar air matanya berhenti. Namun, pemadangan yang baru saja dia lihat itu terlalu kejam.Bagaimana bisa seseorang melakukan ini hanya karena cinta? Apakah itu masih pantas disebut sebagai cinta?***Akhirnya Anna berhenti menangis setelah satu jam."Hiksss...Hikkksss..."Melihat Anna yang masih sesegukan, Alex beranjak mengambil air untuk istrinya."Pelan-pelan..." ucap Alex setelah memberi air ke Anna.Usai menghabiskan satu gelas kecil
Oswald yang sedang melakukan pengintaian nyaris terjatuh dari atas pohon dekat jendela ruang kerja Alex."Oswald Heide! Kau bukan pemula, bisa-bisanya kau ceroboh seperti ini!" maki Oswald pada dirinya sendiri.Oswald yang setengah panik itu segera turun untuk kabur sebelum ada yang menyadari keberadaannya."Hei! Siapa kau?!" teriak Alex dari jendela."Gawat!! Ternyata aku sudah ketahuan!" batin Oswald.Oswald meningkatkan kecepatan larinya. Pria itu benar-benar berlari sekencang yang ia bisa. "Diegooo! Kejar dia!" perintah Alex pada Diego untuk mengejarnya.Sebelum Alex menyelesaikan kalimat perintahnya, Diego sudah berlari untuk melompat dari jendela."Leon, bantu dia!" perintah Brent pada Leon."Siap laksanakan, Yang Mulia," jawab Leon.Leon pun langsung menyusul Diego melompat. Ternyata Diego sudah berhasil menutup jalan penyusup untuk kabur."Hiiiyyyaaaaa!" teriak Leon menyerang Oswald dengan sihirnya.Oswald Heide berhasil menghindar."Hiiiyyyaaaa!!"Kali ini Diego yang menyera
Brent dan Alex saling tatap. Mereka tentu saja bingung. Semudah itu?"Kau yakin?" tanya Alex bingung."Tentu saja yakin, Yang Mulia," jawab Oswald."Semudah itu?" ucap Alex memastikan."Tentu, keberadaan saya di sini memang atas perintah beliau," batin Oswald.Namun, Oswald juga mewajarkan sikap bingung Alex. Jika ia berada di posisi Alex, ia pasti juga akan meragukan Oswald."Ya, Yang Mulia," jawab Oswald lagi.Brent masih tidak percaya.Oswald sendiri sengaja tidak melihat wajah Brent. Baginya, Alex adalah pihak yang paling penting untuk diyakinkan."Baiklah, aku akan menghubungi Grand Duke Hillary," ucap Alex."Maaf, Yang Mulia. Apa saya bisa menghubungi beliau langsung?"Alex tentu tidak akan mengizinkan. Untuk berkomunikasi dibutuhkan batu sihir dan harus mengeluarkan sihir. Lazimnya, sihir dikeluarkan melalui tangan."Saya tidak akan kabur, Yang Mulia. Anda bisa mempercayai saya. Penting bagi Grand Duke untuk mendengar berita ini segera," jawab Oswald.Meski begitu, Alex tetap t
"Tidak mungkin aku baik-baik saja," jawab Noah memejamkan matanya.Jelas sekali terlihat bahwa pria itu menahan amarah.Noah berusaha mengatur emosinya. Pria itu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan seolah berkata, "Kau sudah bisa tenang, putri kita selamat.""Akan tetapi, bisa berbicara dengan putriku sungguh membuat lukaku terobati," ucap Noah tersenyum tipis.Pria itu menatap Anna lurus seolah Anna benar-benar ada di hadapannya sekarang."Terlalu tidak tahu diri jika aku bahkan mengharapkan Chandra untuk bisa menyelamatkan ibumu juga. Entah apa yang ibumu janjikan padanya, ini juga pasti keputusan sulit untuk ikut campur urusan kerajaan lain," lanjut Noah tersenyum getir."Aku rasa beliau memiliki pertimbangan tersendiri. Bertanggung jawab atas nyawa banyak orang harus mempertimbangkan banyak faktor kan?"Lagi-lagi mata Anna berkaca-kaca. Menjadi pemimpin perusahaan pun ada kalanya mengharuskan efisiensi. Dalam efisi
Pasukan Mcwheel menyerang paviliun tempat mereka berada. Saat Margareth mengintip ke luar jendela, terlihat pasukan musuh menyerang semua tempat yang bisa mereka serang."Mereka benar-benar menyerang kita habis-habisan," ucap Margareth."Amrita... Margareth... Kalian harus tetap berjaga di sini!" perintah Julie pada mereka berdua.Mereka berdua hanya mengangguk."Kita harus segera pergi, Yang Mulia," kata Julie pada Anna."Tunggu... Adakah semacam sihir agar Bella tidak bisa mendengar kebisingan di luar?" tanya Anna pada semua yang ada di ruangan."Gunakan ini, Yang Mulia," ucap Oswald memberi batu sihirnya pada Anna.Oswald mengalirkan sihirnya pada batu tersebut."Saya sudah mengalirkan sihir ke dalam batu ini. Jika batu ini dimasukkan dalam keranjang bayi, suara dari luar tidak akan terdengar," jelas Oswald pada Anna."Terima kasih, Oswald," ucap Anna mengambil batu sihir pria itu dan memasukkannya ke dalam keranjang
Duuuuuaaaarrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Dave dan Julie yang masih memiliki kesadaran penuh itu menyerang Steven dengan tenaga yang tersisa.Duuuaaarrrrr!!!! Duuuuuaaarrrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Beberapa serangan mereka berhasil mengenai Steven hingga pria itu menjatuhkan Anna yang berada dalam genggamannya."Yang Muliaaaaaaa!!!" teriak Julie."SIAL!!" umpat Steven.Julie berusaha bangkit untuk meraih Anna. Namun, Steven yang seolah dirasuki setan menyerang Julie dengan membabi buta."Bangs*******ttttttttttttttttt! Beraninya kau menghalangiku!!" umpat Steven."Berani sekali kau!!""Mati kau!!"Umpatan pria itu sangat kencang hingga membuat penjaga yang tersisa di mansion berlari menghampiri mereka."SIAPA KAU?!" teriak salah seorang prajurit yang baru saja masuk.Prajurit yang masih sangat muda itu tentu saja tidak mengenali raja duyung.Akan tetapi, tanda sihir hitam yang menutupi wajah Steven cu
Usai kepergian Alex, Dave terdiam sejenak dan mengamati betapa kacaunya para wanita yang ada di ruangan ini. Dua pingsan dan satu berlutut ketakutan.Dave mengeluarkan alat komunikasinya dan meminta Julie kembali ke mansion Grand Duke secepatnya."Bangkitlah, tunjukkan padaku letak kamar Yang Mulia Ratu," perintah Dave pada Lucy.Akan tetapi, Lucy masih berlutut dan tertunduk ketakutan.Setelah ini aku tidak akan dibiarkan hidup kan? Aku akan mati kan?Memikirkan itu membuat badan Lucy bergetar hebat."Yang Mulia Raja sudah bilang tidak akan membunuhmu jika kau memberitahu keberadaan Yang Mulia Ratu. Kau sudah memberitahu beliau dan Yang Mulia Ratu ada di sini. Nyawamu aman. Cepatlah berdiri," ucap Dave sambil berjalan menggendong Anna."Kau ikat dan jaga dulu Grand Duchess. Aku akan kembali saat Julie sudah tiba," ucap Dave pada Vincent.Vincent hanya mengangguk dan menjalankan perintah.***Di sepanjang ja
"Kau pergilah terlebih dulu, aku akan menyusulmu nanti," jawab Alex pada prajurit muda yang berlutut di hadapannya itu."Tapi Yang Mulia, anda harus pergi sekarang juga. Kondisi saat ini benar-benar genting," ucap lelaki itu.Lelaki itu benar-benar mengantar nyawanya untuk Alex. Ia benar-benar tidak peduli bahwa Alex akan membunuhnya saat itu juga. Hal terpenting baginya adalah ia harus menyelamatkan kerajaannya."Aku tak peduli segenting apa situasi istanamu sekarang. Karena saat ini, ada hal yang amat penting yang tengah aku kerjakan," ucap Alex.Setelah mendengar itu, sang prajurit muda memperhatikan sekitar. Lucy yang sedang berlutut ketakutan, serta Grand Duchess Hillary yang sudah sekarat."Tapi....." prajurit itu masih saja berniat memaksa Alex pergi."Aku akan pergi setelah urusanku di sini selesai. Sebaiknya kau tunggu atau pergi terlebih dulu. Sekali lagi kau berani membantahku, kau sendiri tau apa yang akan terjadi," jawab Alex.
18+Terdapat adegan kekerasan pada perempuan. Mohon kebijakan dari para pembaca sekalian."Mengapa harus di waktu seperti ini," ucap Noah geram.Noah terlalu familiar dengan hal ini, ketukan pintu yang agresif itu menandakan hal mendesak telah terjadi. Benar-benar di saat yang tidak tepat."Massuuukkkkkk!!" teriak Noah memerintahkan orang itu masuk.Ternyata, orang yang mengetuk adalah salah satu prajurit Karl."Yang Mulia Grand Duke... Haahhh... Haaaahhh..." ucap sang prajurit terengah-engah."Ada apa? Mengapa kau terburu-buru kemari?" tanya Noah kesal. Dia bahkan masih belum menemukan putrinya dan sudah harus mendengar kabar yang tidak diinginkan."Kita... Kerajaan kita diserang oleh para duyung... Yang Mulia Raja meminta anda segera ke sana untuk membantu," ucap prajurit itu."Apa katamu? Duyung? Arrrrggghhhh!! Mengapa harus di saat seperti iniiii!!!!" teri
"Bagaimana perkembangannya, Grand Duke?" tanya Alex pada Noah.Noah masih mencari di sekitar rumah karena ia yakin sekali bahwa pelakunya pasti Medeline dan wanita itu tidak pergi kemana pun.Tidak ada yang mungkin menculik Anna selain wanita itu.Noah langsung memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu. Pria itu bahkan belum sempat untuk tidur."Kau ada di mana istriku?" gumam Alex.Orang pertama yang juga Alex curigai adalah Medeline. Belum sempat Noah menjawab Alex, pria itu langsung pergi mencari Medeline ke ruang kerjanya.Namun belum sampai ke ruang kerja, ia langsung bertemu dengan Medeline."Salam pada Yang Mulia Raja Naga," ucap Medeline sambil membungkuk pada Alex."Di mana istriku?" tanya Alex tanpa basa-basi.Alex berusaha untuk menyembunyikan emosinya."Apa maksud anda, Yang Mulia? Saya tidak mengetahui keberadaan Yang Mulia Ratu," jawab Medeline yang menyembunyikan rasa takutnya.Meski bisa mengontrol ekspresi wajah, Alex tentu tidak dapat mengendalikan aura membunu
Alex diam. Tiga lelaki yang ada di ruangan itu hanya bisa diam. Banyak orang berkata, tidak ada yang bisa menggambarkan rasa sakit seorang ibu saat ditinggalkan oleh anak mereka.Kini sepertinya mereka bertiga mengerti. Rasa sesak dan sakit yang nyonya Ravina rasakan seolah ikut menghujam dada mereka. Vincent bahkan memejamkan matanya sesaat.Mereka membiarkan nyonya Ravina meluapkan air matanya."Jika anda merasa berat, tak masalah jika kita melanjutkan perbincangan kita saat matahari terbit nanti. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?" usul Dave pada Alex saat nyonya Ravina sudah mulai tenang.Alex mengambil tisu di meja yang tidak jauh dari mereka dan memberikannya pada nyonya Ravina."Terima kasih, Yang Mulia," ucap nyonya Ravina dengan suara yang kecil. Nyaris tidak terdengar.Karena Alex tak menjawab, Dave melirik Alex lagi meminta persetujuan.Sejujurnya, Alex tidak sabar. Namun, ia juga tidak bisa egois. Dia punya Anna, seorang
Nyonya Ravina terdiam sejenak."Kau raja naga ternyata," gumam nyonya Ravina."Hormat kepada raja naga," ucap nyonya Ravina sembari menundukkan kepala sebagai tanda memberi hormat."Aku cukup terkejut karena kau tidak mengetahui wajahku," ucap Alex."Wanita tua ini sudah tidak pernah terlibat lagi dengan urusan di luar sana, Yang Mulia. Untuk pertanyaan anda, bagaimana jika kita berbicara di rumah saya saja? Kalian bisa sekalian menginap," ucap nyonya Ravina.Alex diam sesaat dan memandangi sekitar, suasana masih gelap.Dengan kondisi nyonya Ravina yang baru saja pulih, akan lebih nyaman baginya untuk berbincang di tempat yang hangat.Pria itu pun mengalah, "Baiklah, kita akan berbicara di tempat anda nyonya."Kemudian, Dave membantu nyonya Ravina untuk berdiri.***Rumah nyonya Ravina benar-benar terletak jauh di dalam hutan. Tidak ada tanda-tanda makhluk lain yang hidup di sana selain binatang hutan."Melihat keadaan di sini, aku jadi penasaran seberapa luas hutan di dunia kita ini.
"SIAPA ITUUU?" teriak Dave.Mereka bertiga berhasil menghindari serangan tepat waktu.Dduuuuaaaaarrr!! Ddduuuaaarrr!!Namun bukan jawaban yang terdengar, hanya serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi."Aku akan pergi mencari siapa yang menyerang kita," ucap Dave pada Vincent dan Alex.Dave langsung berlari menyusuri pepohonan. Sementara, Alex dan Vincent sibuk bertahan.Dddduuuuuaaarrr!!! Dddduuuuaarrrrr!!!! Dddduuuuuuaaaarrrr!!!!! Ddddduuuuuuaaarrr!!!!Serangan yang mereka dapat itu sangat cepat, kuat dan juga tepat. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang berpengalaman."SIAPA ITU? HEI! KELUARLAH! JANGAN JADI PENGECUT DAN HADAPI KAMI SECARA LANGSUNG!" teriak Dave lagi."HEEEIIIIII!!!!!"Dave benar-benar tak mendapat jawaban apapun. Ia terus berlari di antara suara keras dari serangan-serangan yang datang secara bertubi-tubi."Di mana kau?" gumam Dave.Lama kelamaan Dave sudah tidak lagi be
"Sampai kapan kau akan menghindariku?" tanya Medeline yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja Noah.Terlihat kekecewaan mendalam dari wajah wanita itu. Di samping itu, kantung mata besar dan hitam yang menghiasi wajahnya kian memperburuk penampilan Medeline. Wanita itu tidak tahan lagi karena Noah terus menghindar. Di sisi lain, Noah juga benar-benar tidak ingin berbicara dengan Medeline."Selanjutnya kau wajib mengetuk pintu. Karena ke depannya aku akan kembali menjalankan tugas-tugasku, ruangan ini akan segera ramai," ucap Noah menoleh pada Medeline sebentar.Kemudian, pria itu lanjut membaca berkas yang ada di tangannya.Dalam ruang kerja, Noah tidak sendiri. Ada Oswald di sana yang juga sedang memegang berkas. Pria itu baru selesai memberi laporan pada Noah."Saya permisi, Yang Mulia," ucap Oswald.Oswald langsung pamit pada Noah dan Medeline."Aaahhh, aku tidak menghindarimu. Hanya saja, tidak ada yang harus kita bicarakan," tambah Noah.Mendengar penuturan Noah membuat Medeline be