"Bee, kamu beneran nggak ikut berlibur barang Mami dan keluarga Baron?" tanya Haidar pada sang istri yang sedang menyusui anaknya.
Andin menggelengkan kepalanya. "Nggak," jawabnya, "Kasihan anak-anak, nanti kecapean."
Haidar menangkup wajah istrinya, lalu berkata, "Kamu memang ibu terbaik untuk anak-anak kita," ucap Haidar penuh rasa syukur mempunyai istri seperti Andin.
Walau usianya terpaut jauh dengannya, tapi istri seksinya itu mampu mengimbangi pemikirannya yang terkadang berpikiran sangat kolot.
"Nanti aja berliburnya kalau si kembar udah gede," sahut Andin, "Kalau dia sakit, 'kan aku juga yang capek," kata wanita seksi itu sembari memasukan kembali sumber ASI-nya karena Gara sudah melepas pucuk sumber ASI yang tandanya dia sudah kenyang.
"Boo, siapa yang akan membantu kerjaan kamu kalau Baron nggak ada?" tanya Andin sembari menimang bayinya agar malaikat kecilnya tidur kembali.
"Tenang aja, Bee! Aku bisa menangani semuanya. Untu
"Bee, Haidar memanggil Andin sembari menggoyangkan pahanya, tapi sang istri tidak terusik dengan kelakuan suaminya.Laki-laki itu kembali meraba sumur keramat milik istrinya. Andin kembali mendesah dengan mata yang masih terpejam."Kenapa dia menikmatinya, tapi nggak bangun? Kalau orang lain yang melakukannya apa dia juga akan terus menikmati permainan orang yang dia sendiri nggak tahu suaminya atau bukan?" gumam Haidar sembari terus mengelus sumur itu."Aku tahu kamu suamiku," sahut Andin dengan suara parau, "Aku ngantuk banget," lanjutnya tanpa membuka mata."Ya udah kita lanjut nanti malam aja ya," ujar Haidar, "Tapi, sumur kamu udah rembes," lanjut Haidar sembari terkekeh."Lanjut aja, Boo!" titah Andin sembari membuka kakinya lebar-lebar. "Aku udah hareudang, sok lah di geber!" ujar ibu menyusui itu yang membuat Haidar tertawa pelan sembari cubit bibir sumur keramat itu.Haidar pun melanjutkan aksinya. Ia melorotkan segitiga merah milik
"Haidar ... ini nikmat. Aar ...." Akhirnya keduanya mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.Semburan benih cinta Haidar memenuhi rongga rahim istrinya. Laki-laki tampan itu merebahkan tubuhnya di samping tubuh sang istri saat si jagoan sudah menyusut dan keluar dari lubang keramat wanita cantik yang sudah bermandikan keringat sama seperti dirinya.Andin bangun dari tidurnya, lalu duduk di atas si jagoan yang sudah kelelahan. "Kamu luar biasa Haidar. Lelakiku yang perkasa, terima kasih sudah memberikan kenikmatan ini." Andin mendekatkan bibirnya pada bibir sang suami, lalu ciuman hangat itu terjadi sebagai penutup kenikmatan di siang bolong.Sang jagoan kembali terbangun saat Andin menggesek miliknya di benda tumpul itu. Wanita itu bangun dari tubuh sang suami, lalu mencium kepala si jagoan dan mengelusnya dengan lembut."Kamu tidur lagi aja! Istirahat dulu ya!" Andin berbicara pada peliharaan suaminya dengan lembut.Wanita seksi itu turun dari
Haidar segera membopong sang istri setelah mencabut jagoannya dari lubang keramat. Wanita cantik itu melingkarkan tangannya di leher sang suami."Berondong alotku sangat perkasa. Aku menyukai setiap permainanmu. Kamu selalu membuatku bahagia lahir batin, Haidar Mannaf." Andin mengecup bibir suaminya sekilas."Bee, apa kamu nggak capek?" tanya Haidar yang dijawab dengan gelengan kepala oleh wanita seksi itu. "Bagaimana kalau kita melakukannya lagi?" goda Haidar pada sang istri."Bibir keramatku udah bengkak Boo, udah pada lecet kali," balas Andin sembari mengerucutkan bibirnya. "Kalau tidak perih sih ayo aja," ucapnya sembari terkekeh."Kamu emang bener-bener gila bidadari mesumku. Aku sangat mencintaimu, sangat dan sangat. Cintaku semakin besar kepada wanita seksi ini. Kamu benar-benar seksi, aku meminta sesuatu padamu. Jangan menurunkan berat badan, aku sangat menyukai tubuh seksimu ini." Haidar melumat bibir istrinya dengan lama.Haidar menurunka
"Sudah selesai, Bee." Haidar mematikan pengering rambut istrinya dan kembali menyimpannya di laci meja rias."Terima kasih, Boo." Andin bangun dari duduknya, lalu mencium pipi suaminya dengan mesra. "Ayo kita makan!" ajak Andin pada suaminya.Haidar menganggukkan kepalanya, lalu menggandeng lengan wanita seksi itu.Sebelum keluar dari kamar itu, mereka menghampiri ranjang bayi untuk melihat kedua anak mereka."Loh ternyata anak Mommy udah bangun," ucap Andin pada bayi Bara yang sudah membuka matanya. "Kalian pintar banget."Begitu pun dengan bayi Gara, matanya sudah terbuka, tapi kedua anak itu tidak menangis sama sekali."Mereka benar-benar anak yang pengertian. Walaupun sudah terbangun, tapi tidak menangis." Haidar mengambil bayi Gara dalam ranjangnya. Lalu, menimang anak itu dengan penuh kasih sayang."Boo, makannya nanti ya, aku mau menyusui mereka dulu." Andin membawa bayi Bara ke tempat tidurnya, kemudian menyusui anak laki-laki
"Kalau Mbak Tari tahu Baron menyelidiki masa lalunya, kira-kira dia marah nggak ya sama suaminya?" tanya Andin pada Haidar. Kini Andin dan Haidar sedang bersantai di taman samping rumah. Mereka duduk santai sambil minum kopi di pendopo dekat kolam ikan. "Aku nggak tahu," jawab Haidar sembari mengedikkan bahunya. "Mudah-mudahan mereka bisa menerima satu sama lain, bukan karena patuh pada perintahku saja." Haidar mengambil cangkir kopi yang ada di hadapannya. Lalu, menyeruput minuman yang masih mengepulkan asap. "Kamu sih ngelamar orang kayak beli gorengan." Andin memukul lengan kekar suaminya. "Kalau mereka menerimanya cuma karena takut dipecat, gimana?" "Aww ... panas, Bee." Akibat ulah istrinya, kopi yang masih mengepulkan asap yang sedang diseruput laki-laki tampan itu tumpah mengenai mulut hingga bajunya. Andin malah menertawakan suaminya. "Maaf, Boo. Abisnya aku emosi kalau inget kelakuan kamu." Wanit
Andin menarik lengannya yang sedang dicium oleh Haidar. "Siapa yang hamil?""Kalau nggak hamil kenapa kamu makan rujak mangga muda?" tanya Haidar yang berkali-kali menelan air liurnya saat aroma mangga muda itu menusuk penciumannya."Emangnya orang hamil aja yang boleh makan rujak mangga?" Andin mengambil potongan mangga muda dan memasukkannya ke dalam mulut setelah dicocol terlebih dulu ke sambal rujak."Ini pasti kamu lagi hamil," tebak Haidar, "Buktinya tadi kamu nganu sampai berkali-kali masih kurang aja, biasanya kamu nggak mau kalau aku minta nganu lagi.""Apa hubungannya nganu makan rujak sama hamil?" tanya Andin sembari menikmati rujak buah mangga muda."Ya ada lah, Bee," sahut Haidar dengan cepat, "Kamu bisa hamil karena aku yang anu-anuin, udah hamil kamu jadi pengin makan rujak terus," jelas Haidar.Laki-laki tampan itu tergoda juga dengan rujak buah yang dinikmati istrinya. Akhirnya ia mengambil satu irisan mangga muda, lal
Haidar mendekatkan bibirnya pada bibir sang istri. Lalu, ia melumatnya dengan penuh hasrat. Sebenarnya Andin sudah tahu maksud suaminya sejak tadi.'Aku nggak akan melepas ciuman ini sampai bibirmu kepanasan,' batin Andin sembari menyesapi bibir suaminya.Ia sengaja menghisap bibir suaminya dengan penuh hasrat. Wanita cantik itu malah menikmati ciuman bibir pedas sang suami, tapi tidak dengan laki-laki itu.Bibir Haidar sudah merasa kepanasan karena sambal rujak yang sengaja ia oles ke bibirnya dengan maksud mengerjai sang istri supaya bibir wanita seksi itu kepanasan, tapi yang terjadi sebaliknya.Haidar lah yang kepanasan. Bibirnya terlihat merah dan bengkak karena kepedasan ditambah dengan lumatan dan hisapan istrinya yang membuat bibir laki-laki itu memerah dan sedikit bengkak.Laki-laki itu lupa kalau bidadari mesumnya pencinta makanan pedas. Haidar melepas ciuman pedas itu dengan paksa hingga bibir yang sedang digigit Andin mengeluarkan
"Boo!" Andin berlari sambil memanggil suaminya. Air matanya sudah luruh sejak tadi.Haidar terkejut mendengar teriakan istrinya. Ia menoleh pada sang istri yang sedang berlari menghampirinya."Kenapa dia menangis?" gumam laki-laki yang bertelanjang dada itu.Ia pun turun dari pendopo, dengan cepat mendekati istrinya, lalu memeluk wanita seksi itu. Walaupun Haidar tidak tahu apa yang terjadi dengan sang istri, tapi ia yakin kalau sudah terjadi sesuatu yang membuat Andin menangis sembari memeluknya dengan erat.Andin melepas pelukannya. "Boo, ayo kita ke rumah sakit!" Ibu dua anak itu menarik tubuh suaminya."Siapa yang sakit?" tanya Haidar kepada wanita yang sangat ia cintai yang sedang menitikkan air mata tanpa henti."Nenek Marisa di rumah sakit," jawab Andin sembari terisak."Bee, kamu tunggu di sini dulu! Aku ambil baju sebentar.Haidar menyuruh istrinya untuk duduk di ruang tamu, sedangkan dirinya berlari ke kamar unt