Baron bergegas keluar dari mobil untuk membuka pintu mobil sang tuan, tapi Haidar sudah keluar lebih dulu.
Laki-laki itu mengekori tuannya masuk ke dalam kantor Mannaf Group dengan langkah lebar.
Sang CEO langsung masuk ke ruangannya diikuti oleh sang asisten yang selalu setia padanya.
"Maafkan saya, Tuan," ucap Baron setelah sang tuan duduk di sofa yang ada di ruangan itu, sementara Baron masih berdiri.
"Kenapa kamu masih berdiri?" tanya Haidar pada sang asisten. "Duduk! Saya mau bicara."
Baron segera duduk di hadapan sang tuan, dengan wajah yang tenang laki-laki itu menatap wajah tuannya yang terlihat khawatir.
"Menurut kamu, apa istri saya akan marah besar kalau melihat rekaman CCTV itu? Apa dia akan kecewa kepada saya?" tanya Haidar.
Laki-laki itu merasa sangat menyesali perbuatannya karena sempat mengagumi tubuh seksi wanita lain selain istrinya. Bahkan menatapnya dengan lama dan hampir bersentuhan dengan wajahnya.
"
Laki-laki yang memakai setelan jas berwarna hitam itu bangun dari duduknya. “Kita pulang!” ucapnya sembari melangkah keluar dari ruang kerjanya. Baron mengikuti sang tuan dari belakang. Ia terus memerhatikan tuannya yang berjalan sembari menengok kanan kiri. Haidar menghentikan langkahnya. “Kemana semua pegawai?” tanya sang CEO pada asistennya. “Mereka sudah pulang, Tuan. Ini sudah jam tujuh malam,” jelas Baron dengan sopan. Haidar melihat jam yang melingkar di tangannya. ‘Benar juga,’ batin Haidar. Haidar tidak menyadari kalau siang sudah berganti malam, hati dan pikirannya tertuju pada sang istri. Laki-laki itu membayangkan kalau istrinya pergi lagi dari rumah seperti waktu dulu. Ia tidak mau kalau sampai itu terjadi lagi, apalagi sekarang sudah ada dua junior tampan. CEO tampan itu mempercepat langkah kakinya. Semenjak ia mempunyai anak, baru kali ini dirinya pulang terlambat. Biasanya sesibuk apa pun, ia akan berusaha pulang sebelu
Setelah mobil mewah berwarna hitam sampai di rumah milik sang tuan. Kedua laki-laki tampan itu keluar dari dalam mobil setelah para bodyguard membukakan pintu mobil untuk para laki-laki idaman.Ketika mereka hendak membuka pintu utama, dari dalam sudah ada yang lebih dulu membukanya. Ternyata dia adalah istri sang CEO. Nyonya Haidar Mannaf.“Kenapa baru pulang, Boo?” tanya Andin pada suaminya setelah mencium tangan laki-laki yang menjadi imamnya itu.“Maaf, Nyonya. Semua gara-gara saya, Tuan harus bekerja sampai malam supaya kerjaan kami tidak menumpuk di saat saya ambil cuti menikah.“Owh,” ucap Andin sembari menganggukkan kepalanya. “Ya sudah kamu pulang sana! Mbak Tari udah nungguin kamu!” titah nyonya muda itu kepada laki-laki yang akan melepas masa lajangnya dalam beberapa hari lagi.Alasan yang diutarakan Baron masuk akal juga, sehingga Andin langsung memercayainya tanpa bertanya-tanya lagi.&l
Haidar tertawa pelan sembari menjawil dagu sang istri. “Sepertinya aku harus bersabar sedikit lagi,” ucap laki-laki yang terlihat sangat tampan walaupun belum mandi. “Kamu jangan selalu menggodaku!”“Siapa yang menggoda kamu,” elak Andin sembari melangkah masuk ke dalam kamar, wanita itu terlihat sangat menggoda ketika bempernya bergetar saat berjalan.Haidar pun mengikuti langkah wanita seksi itu. “Bempermu menggetarkan jagoanku, Bee,” ucapnya sembari terkekeh.Andin tertawa sembari meraba bempernya. “Kegedean ya, Boo? Kayaknya aku over semok deh,” ucapnya.Haidar menahan tawanya supaya sang istri tidak tersinggung. Ia berjalan menuju ranjang sang anak untuk mengalihkan pembicaraan. “Anak-anak di mana, Bee?” tanya Haidar saat masuk kamar dan mendekati ranjang si kembar ternyata kedua bayinya tidak ada.“Mereka di kamar sebelah,” jawab Andin. “Bukannya kamu ya
Haidar membuka pintu kamar sang anak yang berada di samping kamarnya. Ia memeluk wanita bertubuh seksi itu dari belakang. Kedua pengasuh sang anak yang ada di ruangan itu menundukkan pandangannya saat melihat kemesraan sang majikan.“Boo, kamu nggak ngelihat ada Bibi,” ujar Andin kepada laki-laki yang sedang memeluknya sembari menciumi lehernya yang putih bersih.Rambut panjang Andin digulung dan diikat sehingga leher bagian belakangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu terekspos dan membuat Haidar semakin bergairah.Haidar menoleh kepada kedua pengasuhnya yang sedang menundukkan kepala. “Bi, nanti malam juniorku tidur di sini, tolong Bibi jaga permata hatiku dengan baik.”Laki-laki itu berujar dengan sangat ramah sembari menyunggingkan sudut bibirnya membentuk lengkungan indah di wajah. Laki-laki gagah yang tampan dan mempunyai senyuman yang menawan, pantas saja sang istri begitu khawatir suaminya berpaling kepada wanita lain.
Haidar dan Andin langsung masuk ke kamarnya setelah selesai makan malam tanpa menengok juniornya terlebih dahulu yang tidur di kamar mereka yang bersebelahan dengan kamarnya.Kedua anak manusia itu langsung naik ke tempat tidur. Haidar duduk bersandar pada sandaran tempat tidur sedangkan Andin bersandar pada dada bidang sang suami sembari memeluk tubuh tegap laki-laki itu dengan erat.Laki-laki dengan brewok tipis itu membelai dengan lembut rambut sang istri. “Bee,” panggil Haidar pada wanita yang telah melahirkan kedua juniornya.“Hmm.” Andin berdehem pelan.Jari jemarinya memainkan bulu halus di dada sang suami yang tertutup kaus berwarna putih. Wanita cantik yang bertubuh seksi itu senang sekali memainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di tubuh sang suami.“Apa pun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan aku dan anak-anak. Jangan pernah berpikir untuk pergi lagi dari sisiku jika di antara kita terjadi pertengkaran.&rdqu
Andin membuka mata, menoleh pada laki-laki yang masih memejamkan mata sembari memeluk erat tubuhnya. Sejak berat badannya bertambah drastis, sang suami senang sekali memeluknya, padahal ia begitu enggan di peluk saat tidur, tapi wanita cantik itu tidak bisa menolak.Ia berpikir dari pada suaminya memeluk wanita lain lebih baik ia merelakan tubuhnya dipeluk bagai bantal oleh laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, ia segera bergegas bangun setelah menyingkirkan tangan sang suami yang melingkar di perutnya. Andin pergi ke kamar sang anak setelah membersihkan diri.Ketika Haidar membuka mata, sang istri sudah tidak ada di sampingnya. Laki-laki itu menguap sembari melirik jam yang ada di dinding kamar. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, ia pun bergegas turun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.Sepuluh menit kemudian, laki-laki tampan itu keluar dari kamar mandi hanya menggunakan
Haidar menggelengkan kepala saat sang istri membawa nasi goreng di piring besar, lengkap dengan irisan timun dan sosis goreng.“Itu buat siapa?” Haidar mengikuti sang istri ke meja makan. Lalu, duduk di kursi yang biasa ia tempati.“Ya buat kita berdua lah,” jawab Andin. “Mulai sekarang kita makan sepiring berdua,” lanjutnya sembari tersenyum. Kemudian menyendokkan nasi goreng dan menyuapkannya ke dalam mulut sang suami setelah ia tiupi terlebih dulu.Haidar mengunyah makanannya sembari menatap nasi goreng di hadapannya yang setara dengan empat porsi. ‘Kalau sampai kekenyangan seperti semalam yang ada aku nggak bisa kerja,’ ucapnya dalam hati sembari menelan makanannya dengan susah payah.Bukan karena makanannya tidak enak, tapi karena Haidar sudah merasa kenyang duluan melihat porsi besar sarapannya pagi ini.“Kamu kenapa? Takut gendut kayak aku? Ngebiarin istrimu gendut sendiri supaya kamu ada
“Tuan kenapa?” tanya Baron kepada sang tuan yang berjalan sembari memegangi perutnya. “Tuan sakit?”“Jangan banyak bicara! Ayo kita berangkat.” Haidar segera masuk ke dalam mobil. Baron juga bergegas masuk dan segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.“Kamu tahu bagaimana cara mengatasi kekenyangan?” tanya Haidar. Laki-laki itu tidak bisa duduk diam, ia mencari posisi ternyaman untuknya.“Saya tidak tahu, Tuan,” jawab Baron dengan sangat menyesal ia tidak bisa membantu sang tuan.“Lebih cepat lagi! saya ingin segera rebahan,” ucap Baron sembari melonggarkan dasi dan membuka dua kancing atas kemejanya.“Baik, Tuan.” Baron bepikir keras untuk mencari solusi masalah yang dihadapi tuannya.“Sudah sampai, Tuan,” ucap Baron pada sang tuan yang sedang memejamkan mata, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.Laki-laki yang tampak