Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 289. Takut Istri Marah

Share

Bab 289. Takut Istri Marah

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-20 22:23:23

Haidar menggelengkan kepala saat sang istri membawa nasi goreng di piring besar, lengkap dengan irisan timun dan sosis goreng.

“Itu buat siapa?” Haidar mengikuti sang istri ke meja makan. Lalu, duduk di kursi yang biasa ia tempati.

“Ya buat kita berdua lah,” jawab Andin. “Mulai sekarang kita makan sepiring berdua,” lanjutnya sembari tersenyum. Kemudian menyendokkan nasi goreng dan menyuapkannya ke dalam mulut sang suami setelah ia tiupi terlebih dulu.

Haidar mengunyah makanannya sembari menatap nasi goreng di hadapannya yang setara dengan empat porsi. ‘Kalau sampai kekenyangan seperti semalam yang ada aku nggak bisa kerja,’ ucapnya dalam hati sembari menelan makanannya dengan susah payah.

Bukan karena makanannya tidak enak, tapi karena Haidar sudah merasa kenyang duluan melihat porsi besar sarapannya pagi ini.

“Kamu kenapa? Takut gendut kayak aku? Ngebiarin istrimu gendut sendiri supaya kamu ada

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 290. Tersiksa Karena Cinta

    “Tuan kenapa?” tanya Baron kepada sang tuan yang berjalan sembari memegangi perutnya. “Tuan sakit?”“Jangan banyak bicara! Ayo kita berangkat.” Haidar segera masuk ke dalam mobil. Baron juga bergegas masuk dan segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.“Kamu tahu bagaimana cara mengatasi kekenyangan?” tanya Haidar. Laki-laki itu tidak bisa duduk diam, ia mencari posisi ternyaman untuknya.“Saya tidak tahu, Tuan,” jawab Baron dengan sangat menyesal ia tidak bisa membantu sang tuan.“Lebih cepat lagi! saya ingin segera rebahan,” ucap Baron sembari melonggarkan dasi dan membuka dua kancing atas kemejanya.“Baik, Tuan.” Baron bepikir keras untuk mencari solusi masalah yang dihadapi tuannya.“Sudah sampai, Tuan,” ucap Baron pada sang tuan yang sedang memejamkan mata, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.Laki-laki yang tampak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 291. Ini Sangat Tidak Nyaman

    Haidar segera masuk ke dalam ruangan istirahatnya yang ada di balik lemari, di belakang meja kerjanya. Tapi, tidak lama kemudian laki-laki itu keluar lagi, penampilannya sangat berantakan.Haidar berjalan menuju sofa, lalu merebahkan tubuhnya di sana. Di mana ada Baron yang sedang mengerjakan kerjaannya, ia tidak berani meninggalkan sang tuan dalam keadaan tidak baik-baik saja.“Tuan istirahat saja di dalam,” ucap Baron kepada laki-laki yang berpenampilan sangat kusut itu.“Saya tidak bisa istirahat, ini sangat tidak nyaman,” sahut Haidar sembari mengusap-usap perutnya. ‘Apa aku harus ngalamin semua ini setiap hari?’ Haidar bertanya-tanya dalam hatinya.“Bagaimana kalau saya panggil Dokter Riko saja?” usul Baron yang langsung dibantah oleh sang tuan.“Tidak usah! Dia pasti akan menertawakan kalau tahu penyebab saya sakit perut.” Laki-laki itu menaruh lengan kanan di atas keningnya. Lalu me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 292. Merasa Lebih Baik

    “Maafkan saya, Tuan,” ucap Baron.Laki-laki itu bangun dari duduknya. Menghampiri lemari pendingin untuk mengambil minuman dingin. Ia mengambil botol kecil berisi air mineral. Kemudian, kembali menghampiri tuannya memberikannya pada sang tuan. “Minum ini Tuan, semoga bisa mendinginkan lidah Tuan.” Baron mengulurkan tangannya yang memegang botol air mineral itu. Namun, Haidar menolaknya.“Tidak usah.” Haidar menolaknya karena ia khawatir akan membuatnya tambah begah.Baron kembali menaruh botol minuman itu di lemari pendingin. Kemudian, sang asisten melangkahkan kaki menuju tempatnya semula dan lanjut mengerjakan kerjaannya. Haidar kembali menyesapi teh mint yang dibawakan sekretarisnya. Kali ini laki-laki itu menyesap perlahan.“Apa ini bisa membuat perutku lebih baik?” tanya Haidar pada laki-laki di depannya yang sedang fokus dengan komputernya. Sang tuan menyesapi teh dengan campuran daun mint itu sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 293. Makan Bareng Calon Istri

    “Apa kamu sudah makan?” tanya Baron pada wanita cantik yang berdiri di samping meja kerjanya sambil menundukkan pandangan.Tari menggeleng pelan. “Aku makan di pantry aja,” jawab Tari pelan.“Kenapa? Kamu nggak mau makan bersama saya?” tanya Baron kepada calon istrinya.Tari kembali menggelengkan kepalanya. “Bukan begitu, Tuan. Aku nggak mau kalau orang melihat kita makan bersama dan mereka akan berpikir yang tidak baik tentang kita,” jelas Tari sembari menatap calon suaminya yang juga sedang menatapnya.Wanita cantik itu memberanikan diri menatap wajah tampan calon suaminya. “Nanti reputasi Tuan jadi jelek karenaku,” ucapnya.“Tidak ada yang berani masuk ke dalam ruangan ini tanpa seizin saya. Dan apa kamu lupa? Di lantai ini cuma ada ruangan saya dan Tuan Haidar. Tidak ada yang berani datang ke lantai ini jika tidak ada keperluan.”Ibu satu anak itu tidak bisa berbicar

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 294. Kemesraan Calon Pengantin

    “Jangan ngomong kayak gitu,” sela Tari. “Kita ngomongin yang indah-indah aja,” ucap Tari sembari tersenyum manis.Kini wanita cantik itu benar-benar membuka hatinya untuk laki-laki yang mau menerima masa lalunya terutama menerima anak satu-satunya. Hasil dari kekhilafannya di masa lalu.“Baiklah,” ucap Baron sembari tersenyum manis membalas senyuman calon istrinya.“Laki-laki itu memerhatikan piring nasinya. “Kenapa laukmu berbeda?” tanya Baron pada calon istrinya.“Aku lebih suka ini,” jawab Tari.Wanita bertubuh mungil itu hanya makan telur dadar dan tumis kangkung saja. Bukan karena di rumah calon suaminya itu tidak menyediakan bahan makanan, tapi wanita cantik itu tidak mau bergantung kepada laki-laki yang belum sah menjadi suaminya.“Ini siapa yang masak?” tanya Baron sembari menaruh kembali sendoknya di atas piring.“Ini semua aku yang masak,&rdq

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 295. Semua Laki-laki Sama Saja

    "Bee, kamu bisa nggak bawakan aku makan siang? Sekalian kita makan bareng di kantor," tutur Haidar ketika sambungan telepon mereka terhubung.Laki-laki yang mengintip di balik pintu ruangan asisten CEO ternyata adalah CEO perusahaan itu sendiri, Tuan Haidar Mannaf.Laki-laki itu hendak menyuruh sang asisten untuk memesankan makan siang, tapi ternyata orang kepercayaannya itu tengah makan bersama calon istrinya yang membuat sang CEO ingin melakukan hal yang sama seperti pasangan yang akan menikah dalam beberapa hari lagi."Tumben," sahut Andin.Biasanya Haidar melarang sang istri untuk melakukan kerjaan lain selain mengurus kedua anaknya, tapi kali ini ia merasa cemburu melihat kemesraan calon pengantin itu."Udah lama kamu nggak manjain aku," jawab Haidar dengan suara yang memelas supaya sang istri mau menuruti kemauannya. "Aku lagi pengin dimanja."Ucapan sang istri membuat alis ibu menyusui itu berkerut. 'Tumben banget dia kayak gitu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 296. Iri Bukan Cemburu

    Andin melepas pelukan suaminya. Wanita cantik itu memerhatikan penampilan sang suami dari atas sampai bawah. Ia baru sadar kalau laki-laki tampan itu sangat berantakan. "Kamu abis ngapain? Baju kusut, dasi entah di mana, rambut acak-acakan," tanya Andin dengan penuh selidik sembari menarik lengan kemeja suaminya. 'Apa aku jujur aja tentang yang tadi pagi diriku tersiksa karena kekenyangan?' Haidar bertanya-tanya dalam hatinya. Laki-laki itu sedang berpikir menimang apa dia harus jujur atau berbohong. 'Aku jujur aja lah, nggak apa-apa Bidadari mesumku marah juga dari pada dia salah paham,' batin Haidar. "Kenapa kamu diem aja!" Andin kembali bertanya sembari memukul lengan suaminya "Sebenarnya tadi pagi perutku sakit banget karena kekenyangan," jawab Haidar. "Aku lepas dasi supaya aku lebih nyaman," lanjutnya. "Apa sekarang masih sakit?" tanya Andin yang khawatir padahal dalam hati masih ragu, ia curiga kalau suaminya habis kasak-k

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 297. Mulai Posesif

    "Maafkan saya, Tuan." Baron segera menutup kembali pintu ruangan sang CEO. Laki-laki itu mengayunkan langkah menuju meja kerja calon istrinya."Kapan Nyonya muda datang?" tanya Baron kepada Tari.Tari menggelengkan kepalanya dengan pelan, wanita cantik itu benar-benar tidak mengetahui istri sang tuan datang ke kantor. "Aku nggak tahu Nyonya datang," balas Tari."Apa mungkin Nyonya datang waktu kita makan?" tebak Baron."Mungkin aja," sahut Tari. "Bang ... besok aku izin nggak masuk kantor. Nyonya besar ngajakin aku ke salon."Dari tadi Tari ingin mengatakan itu, tapi selalu tidak jadi, ia takut calon suaminya melarang ia pergi."Iya, lakukan lah yang kamu suka," jawab Baron sembari menyunggingkan sudut bibirnya. "Kamu tidak usah memikirkan kerjaan ini lagi, saya sudah ada orang yang tepat untuk menggantikan kamu untuk sementara."Terima kasih, Bang," balas Tari sembari menyunggingkan sudut bibirnya menampilkan senyuman indah yang meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status