Haidar tertawa pelan sembari menjawil dagu sang istri. “Sepertinya aku harus bersabar sedikit lagi,” ucap laki-laki yang terlihat sangat tampan walaupun belum mandi. “Kamu jangan selalu menggodaku!”
“Siapa yang menggoda kamu,” elak Andin sembari melangkah masuk ke dalam kamar, wanita itu terlihat sangat menggoda ketika bempernya bergetar saat berjalan.
Haidar pun mengikuti langkah wanita seksi itu. “Bempermu menggetarkan jagoanku, Bee,” ucapnya sembari terkekeh.
Andin tertawa sembari meraba bempernya. “Kegedean ya, Boo? Kayaknya aku over semok deh,” ucapnya.
Haidar menahan tawanya supaya sang istri tidak tersinggung. Ia berjalan menuju ranjang sang anak untuk mengalihkan pembicaraan. “Anak-anak di mana, Bee?” tanya Haidar saat masuk kamar dan mendekati ranjang si kembar ternyata kedua bayinya tidak ada.
“Mereka di kamar sebelah,” jawab Andin. “Bukannya kamu ya
Haidar membuka pintu kamar sang anak yang berada di samping kamarnya. Ia memeluk wanita bertubuh seksi itu dari belakang. Kedua pengasuh sang anak yang ada di ruangan itu menundukkan pandangannya saat melihat kemesraan sang majikan.“Boo, kamu nggak ngelihat ada Bibi,” ujar Andin kepada laki-laki yang sedang memeluknya sembari menciumi lehernya yang putih bersih.Rambut panjang Andin digulung dan diikat sehingga leher bagian belakangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu terekspos dan membuat Haidar semakin bergairah.Haidar menoleh kepada kedua pengasuhnya yang sedang menundukkan kepala. “Bi, nanti malam juniorku tidur di sini, tolong Bibi jaga permata hatiku dengan baik.”Laki-laki itu berujar dengan sangat ramah sembari menyunggingkan sudut bibirnya membentuk lengkungan indah di wajah. Laki-laki gagah yang tampan dan mempunyai senyuman yang menawan, pantas saja sang istri begitu khawatir suaminya berpaling kepada wanita lain.
Haidar dan Andin langsung masuk ke kamarnya setelah selesai makan malam tanpa menengok juniornya terlebih dahulu yang tidur di kamar mereka yang bersebelahan dengan kamarnya.Kedua anak manusia itu langsung naik ke tempat tidur. Haidar duduk bersandar pada sandaran tempat tidur sedangkan Andin bersandar pada dada bidang sang suami sembari memeluk tubuh tegap laki-laki itu dengan erat.Laki-laki dengan brewok tipis itu membelai dengan lembut rambut sang istri. “Bee,” panggil Haidar pada wanita yang telah melahirkan kedua juniornya.“Hmm.” Andin berdehem pelan.Jari jemarinya memainkan bulu halus di dada sang suami yang tertutup kaus berwarna putih. Wanita cantik yang bertubuh seksi itu senang sekali memainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di tubuh sang suami.“Apa pun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan aku dan anak-anak. Jangan pernah berpikir untuk pergi lagi dari sisiku jika di antara kita terjadi pertengkaran.&rdqu
Andin membuka mata, menoleh pada laki-laki yang masih memejamkan mata sembari memeluk erat tubuhnya. Sejak berat badannya bertambah drastis, sang suami senang sekali memeluknya, padahal ia begitu enggan di peluk saat tidur, tapi wanita cantik itu tidak bisa menolak.Ia berpikir dari pada suaminya memeluk wanita lain lebih baik ia merelakan tubuhnya dipeluk bagai bantal oleh laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, ia segera bergegas bangun setelah menyingkirkan tangan sang suami yang melingkar di perutnya. Andin pergi ke kamar sang anak setelah membersihkan diri.Ketika Haidar membuka mata, sang istri sudah tidak ada di sampingnya. Laki-laki itu menguap sembari melirik jam yang ada di dinding kamar. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, ia pun bergegas turun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.Sepuluh menit kemudian, laki-laki tampan itu keluar dari kamar mandi hanya menggunakan
Haidar menggelengkan kepala saat sang istri membawa nasi goreng di piring besar, lengkap dengan irisan timun dan sosis goreng.“Itu buat siapa?” Haidar mengikuti sang istri ke meja makan. Lalu, duduk di kursi yang biasa ia tempati.“Ya buat kita berdua lah,” jawab Andin. “Mulai sekarang kita makan sepiring berdua,” lanjutnya sembari tersenyum. Kemudian menyendokkan nasi goreng dan menyuapkannya ke dalam mulut sang suami setelah ia tiupi terlebih dulu.Haidar mengunyah makanannya sembari menatap nasi goreng di hadapannya yang setara dengan empat porsi. ‘Kalau sampai kekenyangan seperti semalam yang ada aku nggak bisa kerja,’ ucapnya dalam hati sembari menelan makanannya dengan susah payah.Bukan karena makanannya tidak enak, tapi karena Haidar sudah merasa kenyang duluan melihat porsi besar sarapannya pagi ini.“Kamu kenapa? Takut gendut kayak aku? Ngebiarin istrimu gendut sendiri supaya kamu ada
“Tuan kenapa?” tanya Baron kepada sang tuan yang berjalan sembari memegangi perutnya. “Tuan sakit?”“Jangan banyak bicara! Ayo kita berangkat.” Haidar segera masuk ke dalam mobil. Baron juga bergegas masuk dan segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.“Kamu tahu bagaimana cara mengatasi kekenyangan?” tanya Haidar. Laki-laki itu tidak bisa duduk diam, ia mencari posisi ternyaman untuknya.“Saya tidak tahu, Tuan,” jawab Baron dengan sangat menyesal ia tidak bisa membantu sang tuan.“Lebih cepat lagi! saya ingin segera rebahan,” ucap Baron sembari melonggarkan dasi dan membuka dua kancing atas kemejanya.“Baik, Tuan.” Baron bepikir keras untuk mencari solusi masalah yang dihadapi tuannya.“Sudah sampai, Tuan,” ucap Baron pada sang tuan yang sedang memejamkan mata, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.Laki-laki yang tampak
Haidar segera masuk ke dalam ruangan istirahatnya yang ada di balik lemari, di belakang meja kerjanya. Tapi, tidak lama kemudian laki-laki itu keluar lagi, penampilannya sangat berantakan.Haidar berjalan menuju sofa, lalu merebahkan tubuhnya di sana. Di mana ada Baron yang sedang mengerjakan kerjaannya, ia tidak berani meninggalkan sang tuan dalam keadaan tidak baik-baik saja.“Tuan istirahat saja di dalam,” ucap Baron kepada laki-laki yang berpenampilan sangat kusut itu.“Saya tidak bisa istirahat, ini sangat tidak nyaman,” sahut Haidar sembari mengusap-usap perutnya. ‘Apa aku harus ngalamin semua ini setiap hari?’ Haidar bertanya-tanya dalam hatinya.“Bagaimana kalau saya panggil Dokter Riko saja?” usul Baron yang langsung dibantah oleh sang tuan.“Tidak usah! Dia pasti akan menertawakan kalau tahu penyebab saya sakit perut.” Laki-laki itu menaruh lengan kanan di atas keningnya. Lalu me
“Maafkan saya, Tuan,” ucap Baron.Laki-laki itu bangun dari duduknya. Menghampiri lemari pendingin untuk mengambil minuman dingin. Ia mengambil botol kecil berisi air mineral. Kemudian, kembali menghampiri tuannya memberikannya pada sang tuan. “Minum ini Tuan, semoga bisa mendinginkan lidah Tuan.” Baron mengulurkan tangannya yang memegang botol air mineral itu. Namun, Haidar menolaknya.“Tidak usah.” Haidar menolaknya karena ia khawatir akan membuatnya tambah begah.Baron kembali menaruh botol minuman itu di lemari pendingin. Kemudian, sang asisten melangkahkan kaki menuju tempatnya semula dan lanjut mengerjakan kerjaannya. Haidar kembali menyesapi teh mint yang dibawakan sekretarisnya. Kali ini laki-laki itu menyesap perlahan.“Apa ini bisa membuat perutku lebih baik?” tanya Haidar pada laki-laki di depannya yang sedang fokus dengan komputernya. Sang tuan menyesapi teh dengan campuran daun mint itu sedikit
“Apa kamu sudah makan?” tanya Baron pada wanita cantik yang berdiri di samping meja kerjanya sambil menundukkan pandangan.Tari menggeleng pelan. “Aku makan di pantry aja,” jawab Tari pelan.“Kenapa? Kamu nggak mau makan bersama saya?” tanya Baron kepada calon istrinya.Tari kembali menggelengkan kepalanya. “Bukan begitu, Tuan. Aku nggak mau kalau orang melihat kita makan bersama dan mereka akan berpikir yang tidak baik tentang kita,” jelas Tari sembari menatap calon suaminya yang juga sedang menatapnya.Wanita cantik itu memberanikan diri menatap wajah tampan calon suaminya. “Nanti reputasi Tuan jadi jelek karenaku,” ucapnya.“Tidak ada yang berani masuk ke dalam ruangan ini tanpa seizin saya. Dan apa kamu lupa? Di lantai ini cuma ada ruangan saya dan Tuan Haidar. Tidak ada yang berani datang ke lantai ini jika tidak ada keperluan.”Ibu satu anak itu tidak bisa berbicar