Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 201. Gerak Cepat

Share

Bab 201. Gerak Cepat

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-27 16:30:51

Haidar kembali tidur di pangkuan sang istri. Matanya terasa sangat mengantuk saat sang istri memainkan rambutnya.

“Boo, kamu belum jawab pertanyaanku?” kata Andin sambil menguncir rambut sang suami dengan tali rambutnya.

“Pertanyaan yang mana?” balas Haidar dengan mata yang masih terpejam.

“Kenapa Baron bersikap kasar pada paman Abdi?” Andin mengulang pertanyaannya.

Sebenarnya dari tadi sudah penasaran dengan apa yang telah terjadi di ruang kerja suaminya. Namun, ia merasa tidak enak hati  dengan papi mertuanya.

“Paman Abdi dalang dari pembunuhan berencana terhadap aku dan adikku supaya tidak ada lagi pewaris di keluargaku. Ia ingin menguasai seluruh kekayaan Papi,” jelas Haidar tanpa membuka matanya. Ia sangat menikmati saat rambutnya dimainkan oleh sang istri.

“Apa yang menaruh obat perangsang di mi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 202. Haidar Pergi

    Pagi-pagi sekali Andin bangun dari tidurnya. Ia mengemas pakaian yang sudah tidak dipakai lagi ke dalam koper, lalu membawanya keluar kamar dan menyimpannya di kamar pribadinnya.“Baju-bajuku banyak yang udah nggak muat, aku harus olahraga,” gumam Andin.Setelah menaruh kopernya, ia pergi ke halaman belakang untuk lari pagi tanpa memakai alas kaki. “Berasa ada di Bandung kalau pagi-pagi ada di halaman belakang.” Andin merentangkan tangannya menghirup udara segar di pagi hari.Andin berlari kecil mengitari halaman belakang yang cukup luas. Setelah setengah jam berolahraga, Andin beristirahat di taman kelinci.Duduk di rerumputan yang tumbuh subur di taman kelinci, kakinya ia selonjorkan agar tidak keram setelah berlari. Wanita cantik itu bersandar pada pohon yang rindang. Ia menghirup dalam-dalam udara pagi sembari memejamkan mata. Udara sejuk yang menyapu wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 203. Trauma Ditinggal Istri

    Jam menunjukkan pukul empat sore saat Andin tiba di rumah. Ia segera masuk ke kamarnya untuk mengambil ponsel.“Aku harus nelpon dia, kenapa pergi nggak pamit dulu, bikin curiga aja,” ucap Andin sambil menyalakan ponselnya.Saat ponselnya menyala, banyak panggilan tak terjawab dari suaminya. Andin segera melakukan panggilan video, Tidak menunggu lama, Haidar langsung menerima panggilan dari istrinya.“Boo, kenapa kamu pergi nggak pamit dulu? Apa kerjaanmu lebih penting dari pada aku?” Andin langsung menodong pertanyaan pada sang suami.Rasa rindu pada sang suami membuatnya kesal ditambah lagi suaminya pergi tanpa pamit terlebih dulu.‘Maksud dia apa? Aku ninggalin kerjaan pentingku demi nyariin dia,’ Haidar bertanya-tanya dalam hatinya.“Boo, kamu sekarang di mana, kayaknya itu di luar bukan di kantor?” An

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 204. Menunggu Hukuman

    "Din, lo belanja banyak banget sih?” tanya Sisil saat mereka sudah dalam perjalanan pulang.“Baju gue udah pada nggak muat, di rumah adanya baju terusan semua, kalau bawa motor pake baju kayak gitu nggak bakal dibolehin sama brondong alot gue,” jawab Andin sambil merogoh ponselnya di dalam tas selempang hendak menghubungi Haidar.“Brondong alot, tapi lo demen,” cibir Sisil sembari mencebikkan bibirnya.“Yang alot malah lebih enak, Sil,” balas Andin sambil tertawa. “Kalau udah ngerasain pasti lo ketagihan,” lanjutnya lagi.“Anyir!” Sisil menoyor kepala sahabatnya. “Jangan ngomongin begituan, gue jones nih.”“Makanya lo cepetan gebet abang gue,” sahut Andin sambil berusaha menghubungi suaminya, tapi ponsel sang suami sedang tidak aktif.‘Kemana sih?” gumamnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 205. Selalu Di Sampingmu

    Andin mengerjapkan mata saat sinar mentari pagi masuk meleawati celah gorden kamarnya. Tubuhnya tidak bisa digerakkan ketika ia hendak bangun dari tidurnya karena sang suami memeluknya dengan erat.“Boo, bangun!” Andin berusaha melepaskan tangan Haidar yang melingkar di tubuhnya. “Boo, kamu demam,” ucap Andin saat ia meraba tangan sang suami yang terasa panas tidak seperti biasanya.Andin bangun dan terduduk ketika ia sudah berhasil menyingkirkan tangan suaminya. Ia turun dari tempat tidurnya secara perlahan karena tidak mau membangunkan suaminya.Ia melangkahkan kakinya keluar kamar, meminta air hangat pada Bi Susi untuk mengompres suaminya. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Beberapa menit kemudian Andin sudah selesai mandi dan berpakaian santai karena suaminya sedang sakit, hari ini ia tidak pergi kuliah.Tok tok tok

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 206. Bosan Dengan Jagoan

    Beberapa hari telah berlalu, kini Haidar dan Andin sedang liburan di Bandung. Mereka menghabiskan waktu hanya di dalam kamar saja.Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, ia naik ke tempat tidur. “Bee, malam ini kamu harus dihukum karena sudah mengabaikan jagoanku selama berhari-hari.”“Nanti aja, Boo, aku udah ngantuk banget.” Tidak biasanya Andin menolak snag suami, biasanya dia yang merayu duluan kalau suaminya pura-pura tidak berhasrat padanya. “Kamu jangan deket-deket aku!” Andin mendorong tubuh suaminya. Lalu ia memiringkan badannya membelakangi sang suami.‘Ngajak bercanda rupanya,’ gumam Haidar dalam hati. Ia berpikir kalau sang istri sedang bercanda. Haidar pun turun dari tempat tidur. “Ya udah, aku tidur di kamar sebelah aja,” ucapnya sambil melirik pada sang istri. Haidar yakin kalau Andin akan menghentikannya. Ia juga akan pura-pura merajuk pada

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 207. Sikap Aneh Andin

    Haidar mengerjapkan mata saat sinar mentari pagi masuk melalui celah gorden jendela. Ia meregangkan otot-otot yang terasa pegal akibat tidur di sofa yang panjangnya kurang dari tubuhnya yang jangkung.Ia bangun dan terduduk, lalu memandang istrinya yang masih terlelap dalam tidurnya. “Kenapa dia tidur kayak kebo? Bukannya dia tidur lebih dulu, tapi jam segini belum bangun juga.”Haidar bangun dari duduknya, lalu menghampiri sang istri. “Bee, bangun!” Haidar membelai lembut pipi istrinya.Andin mengerjapkan mata, lalu mendorong wajah sang suami yang berada sangat dekat dengan wajahnya. “Jangan deket-deket! Kamu bau,” ucapnya masih dengan mata yang terpejam.“Bau? Iya juga sih, aku belum mandi. Tapi biasanya dia mau aku cipok walau belum mandi, tapi kenapa sekarang dideketin juga nggak mau,” gumam Haidar sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 208. Semakin Aneh

    Andin berteriak karena saat membuka mata, wajah sang suami berada sangat dekat dengannya. “Boo, kamu ngagetin aku aja.” Andin bangun dan terduduk. “Aku pengin sarapan nasi uduk, Boo,” ucapnya sambil memegangi perut.“Ayo kita nyari sarapan di luar!” Haidar mengulurkan tangannya, tapi ditepis oleh sang istri.“Kamu aja yang beli!” titah Andin, lalu ia kembali merebahkan tubuhnya.Entah kenapa ia malas sekali untuk bangun, tidak mau jauh dengan bantal dan kasur. Andin merasa lemas dan pusing saat bangun.“Baiklah, tapi apa boleh, aku minta itu dulu.” Haidar menunjuk bibirnya dengan telunjuk sembari tersenyum.“Nggak!” jawab Andin dengan tegas. “Udah sana kamu pergi!” Andin menutup wajahnya dengan selimut.“Aneh banget,” gumam Haidar sembari berjalan menjauhi istrinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 209. Mual Melihat Wajahmu

    ‘Kenapa dia? Apa dia sakit?’ gumam Haidar yang menyesali perbuatannya, dua kali dicium dua kali juga sang istri memuntahkan isi perutnya. Kemudian ia mengendus bau badannya sambil mengangkat tangan. “Apa aku sebau itu?”Haidar tidak berani menghampiri istrinya, takut sang istri tambah mual melihat wajahnya. Ia hanya berdiri di ambang pintu kamar mandi.“Bee, kita periksa ke dokter ya,” ajak Haidar pada istrinya. Haidar langsung menyingkir dari tempatnya ketika Andin hendak keluar dari kamar mandi.“Nggak usah, yang penting kamu jangan deket-deket! Aku pasti baik-baik aja,” jawab Andin dengan ketus.“Salahku apa, Bee?” Haidar hendak mendekati istrinya, tapi ia urungkan. Ia takut sang istri muntah lagi.“Karena kamu bau?” balas Andin dengan cepat. Andin semakin membenci suaminya, ia merasa mual kalau melihat wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status