Dia segera menutup dokumen yang dipegangnya dan meletakkannya di samping.“Katanya, Nyonya besar Lewis sedang sakit.”“Hahaha.. “ Arka tertawa mencibir,“Apa?? Nenek Lewis yang tubuhnya sekuat Banteng itu, ternyata bisa sakit juga?”Rayyan tidak menjawab. Dia bersandar di kursinya, mata gelapnya berkilat muram. kemudian dia berkata datar.“Kamu tidak melakukan apa-apa akhir-akhir ini. Apa kamu tidak tertarik untuk pergi ke departemen proyek, hitung-hitung untuk olahraga?”Arka memutar bola matanya. “Pergi saja sana kamu sendiri! Aku baru beristirahat beberapa hari, apa kamu ingin memeras tenagaku? Dasar kamu itu teman sekaligus bos yang kejam! Satu lagi, adik ipar yang kurang ajar!”Alih-alih marah dengan penolakan itu Rayyan justru tersenyum dan berkata dengan tenang.“Aku dengar, baru-baru ini Revan dan timnya ingin memenangkan proyek lingkungan ekologis yang baru.”Arka langsung mengerti apa yang Rayyan maksud. Senyum menawan pun terbentuk di wajah tampannya dalam sekejap.“Heh! Ti
Dulu Mia memang menyukai Arka, tapi sekarang tidak lagi. Sama sekali tidak! Hubungan mereka hanya sebatas teman begitu juga dengan Arka, dulu pernah menyukai Mia, tapi sekarang juga tidak. Bahkan setiap bertemu mereka seperti anjing dan kucing.Ketika mereka berdua sedang berdebat sesuatu yang tidak ada gunanya itu, Evelyn langsung maju dan menghentikan mereka.“Mia, kita harus menunggu berapa lama?”“Huh..!” Mia melototi Arka sebelum kemudian, menatap Evelyn sambil tersenyum manis.“Kita tidak harus mengantri untuk tema yang aku pesan, jadi kita bisa masuk sekarang.”Mia kemudian melambaikan tangan ke salah satu staf. Setelah menghitung jumlah orang dan memastikan mereka semua tidak menderita penyakit akut seperti penyakit jantung, stroke dan lainnya, staf kemudian membagikan protofon dan menyiapkan kotak obat kecil untuk mereka lebih dulu.Arka menunjuk ke arah beberapa peserta tak jauh dari mereka dengan ragu, “Orang-orang itu juga bersiap untuk masuk.” Dia bertanya penasaran,“Tap
Di saat-saat genting seperti ini ternyata dia bisa berpikir jernih dengan tidak membiarkan Evelyn masuk ke tempat yang menakutkan sendirian.Evelyn ingin memberi pembelaan, tapi Mia memotong kata-katanya sebelum dia bisa menyelesaikan.“Oh oke, kalau begitu lebih baik kamu dan Tuan Rayyan fokus untuk menyelesaikan tugas utama. Serahkan saja tugas sampingan ini pada kami.” Ucapnya sambil mendorong Evely ke sisi Rayyan hingga Evelyn menabrak Rayyan.Pria itu pun refleks mengulurkan tangan untuk memeluk Evelyn.“Kalau kamu seorang pria, cari petunjuk di ruang bagian cabang satunya itu! Masih ada tugas sampingan kedua di belakang. Aku bisa mengerjakannya!” Mia tampak tidak sabar. ‘Apa orang ini tidak peka sama sekali sih? Apa dia tidak bisa berhenti menjadi penonton kemesraan orang lain?’“Siapa yang kamu bilang bukan pria?” Arka membalas dengan sengit,“Aku juga bisa bilang, kalau kamu juga tidak terlihat seperti wanita!”“Kenapa aku tidak terlihat seperti wanita? Aku tidak seperti kamu
Menurut petunjuk terakhir, mereka harus memeriksa lemari. Ada sebuah laci di bawah lemari. Evelyn langsung berjongkok agar nyaman kemudian membuka laci. Seketika itu juga tiba-tiba sesuatu yang muncul dari dalam laci membuat Evelyn terkejut sampai membuatnya terjatuh ke belakang.Tahu-tahu, sebuah telapak tangan besar dan hangat menopang bagian belakang kepalanya. Sementara punggungnya seperti tengah menempel ke dada seseorang yang hangat. Evelyn mengangkat kepalanya, dia mendengar suara serak Rayyan tepat di telinganya.“Jangan takut, itu hanya boneka.” Senter yang ada di tangan Rayyan tidak menyorot wajah Evelyn, melainkan pada boneka yang muncul dari laci barusan, tapi cahaya dari senter itu menguraikan fitur wajah Rayyan dengan jelas.Wajah yang tampak halus, kuat dan sangat tampan. Ada wangi maskulin yang menguar dalam keremangan membuat orang setenang Evelyn menjadi berpikir bahwa bermain Room escape ini ternyata cukup menarik juga.Rayyan membungkuk untuk memegang tangannya da
“Brengsek! Apa kamu sudah gila! Kenapa kamu berpura-pura menjadi hantu hah! Kalau aku jantungan dan mati, bagaimana? Apa kamu mau bertanggung jawab?” Arka memarahi pria itu habis-habisan.NPC itu tentu saja kaget karena tiba-tiba dimarahi.“Bukannya kamu sedang bermain ESPACE bertemakan HOROR? Aku tidak bersalah kan? Mana mungkin menciptakan suasana horor tanpa hantu? Ini juga sudah menjadi perkejaanku!”“Eh,” Arka merasa binggung sendiri dengan tingkahnya, perlahan ia mulai berpikir, “Ternyata begitu ya?” Dia menggaruk kepalanya sendiri.‘Sial, aku sudah salah memarahi orang.’ Arka merasa sangat malu.Akhirnya dengan perasaan malu karena kekonyolan yang diperbuat kakaknya, Evelyn memutuskan untuk mengambil inisiatif meminta maaf kepada NPC pria itu atas nama kakaknya.“Maaf kan tingkah konyol yang sudah dilakukan oleh kakakku, mungkin dia sangat ketakutan sampai lupa segalanya.”Kekesalan NPC itu langsung menghilang saat mendengar suara manis gadis itu yang meminta maaf.Dia terseny
Di level akhir untuk menciptakan suasana horor, tidak ada lagi cahaya yang menerangi ruangan. Penerangan hanya tergantung pada senter yang ada di tangan mereka.Arka merasa bosan, mungkin karena Mia yang tidak membalasnya ejekannya, akhirnya dia memilih untuk tidak bicara apa-apa lagi. Dia menemukan tempat yang aman untuk duduk. Dia menyerahkan semua masalah petunjuk kepada mereka bertiga saja. Dia sudah kapok juga.Sementara Evelyn dan Rayyan tetap bersama, tapi Evelyn sudah kepalang malu sampai memilih untuk diam dan berpura-pura serius mencari petunjuk.Rayyan segera mengarahkan senternya, pupil matanya bergetar hebat, dengan jantung yang hampir melompat dari tempatnya.Arka menatap ke arah tempat yang diterangi oleh cahaya itu. Dia juga hampir terjengkang dari duduknya. Dia kemudian mengumpat ke arah Mia.“Kamu tidak normal ya? Kamu gila! Tau tidak? Bisa-bisanya kamu memesan tempat yang mengerikan seperti ini!”Mia hanya melirik dengan kata-kata dalam hati, ‘Kamu tahu apa memangny
Arka dan Mia langsung menarik nafas lega, setelah mereka berempat meninggalkan ruangan yang menakutkan dan seram itu. Mereka merasa sudah kembali ke dunia nyata dan menghirup udara segar, setelah tadi selama beberapa jam mereka merasa seperti sedang masuk ke dalam neraka.Evelyn tidak banyak bicara, sudut matanya melirik pria di sebelahnya yang hanya terdiam sejak tadi.Staf mengembalikan ponsel, dompet, kunci dan semua barang milik mereka. Seorang staf juga memberikan Evelyn sebuah boneka dengan model yang sama dengan boneka gadis kecil berdarah sebagai hadiah untuk pemain pertama yang berhasil meloloskan diri.Sudut bibir Mia berkedut, “Terima kasih, tapi itu tidak perlu.”Para staf juga tahu bahwa mereka akan terkesan pelit sekali Karena hanya memberikan hadiah seperti ini, tapi ini adalah ketetapan sang bos. Jadi mereka tidak bisa berbuat apa-apa akan tetapi bagi Evelyn hadiah ini sangat lucu, dia sangat menginginkannya, tapi dia berpikir boneka ini akan membuat Rayyan tidak nyama
Evelyn memberanikan diri lalu berkata,“Kakak, aku belum pernah minum. Tolong biarkan aku minum kali ini saja.”Evelyn menatap Arka dengan sepasang mata yang jernih dan penuh harap, sampai berhasil membuat pria itu tak bisa menolak.“Baiklah, tapi janji kamu hanya boleh minum satu gelas kecil saja atau aku akan memberitahu Ayah dan Ibu ibu.”Akhirnya Arka menyetujui dengan berat hati. Evelyn tersenyum manis padanya. “Terima kasih Kakak. Kakak memang yang terbaik.”Rayyan hanya diam sambil menggerutu dalam hati. ‘Kakak yang terbaik apanya? Mengijinkan adiknya minum!’Tak lama kemudian hidangan sudah disajikan. Arka tidak minum karena harus menyetir, begitu juga dengan Rayyan, dia memang tidak pernah meminum anggur. Mia dan Evelyn masing-masing minum segelas anggur.Ini adalah pertama kali Evelyn minum anggur, dia menyesapnya dan merasakan bahwa anggur merah ternyata manis dan enak. Kemudian dia menghabiskan segelas anggur itu dalam beberapa tegukan sekaligus.Seperti anak kucing yang
Mendengar gumaman Ibunya, Sofyan langsung berkata, “Ibu, kita tidak boleh berharap seperti itu. Meskipun sekarang kita ini adalah besan dengan grup Brahmana, tetapi kita harus tahu diri siapa kita. Jika dibanding dengan keluarga Brahmana, kita ini diibaratkan cuma seujung kukunya saja dari Brahmana grup. Evelyn dipilih oleh Tuan Rayyan untuk menjadi istrinya saja, itu sudah merupakan sebuah kebanggaan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Jadi aku harap kita jangan bermimpi terlalu tinggi untuk mendapatkan jantung, jika saat ini kita sudah dikasih mereka hati.”Nenek Limanto tertawa kecil, “Iya, kamu benar. Lagi pula perkataan ibu tadi tidak terlalu serius.”Seharian ini Evelyn melewati waktu di rumah keluarganya ini. Dia mulai merasa suntuk dan bosan. Dia merindukan Rayyan, ingin menelepon tetapi dia takut mengganggu kesibukan Rayyan. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa menahan diri.Hingga malam telah tiba, dia melihat kakaknya sudah pulang dari kantor nya. Dia segera menghampiri
Laras terdiam sejenak, kemudian dia berpikir jika apa yang dikatakan suaminya ini adalah benar. Bukankah kemarin-kemarin suaminya sudah menceritakan kepada dirinya tentang siapa sosok dari Rayyan ini.Pada akhirnya dia menatap Rayyan dan Evelyn secara bergantian, kemudian dia mengangguk. “Baiklah, terima kasih sekali. Ibu dengan sangat senang hati akan menerima hadiah ini. Sungguh ini adalah hadiah termewah yang pernah kumiliki dan pernah ibu terima. Sekali lagi, terima kasih ya, Tuan Rayyan.”Rayyan mengangguk kemudian dia berkata dengan lembut, “Ah iya, sama-sama Ibu mertua, kalau begitu, apa boleh aku meminta satu permintaan darimu Ibu?”Mendengar penuturan Rayyan semuanya menatap penuh rasa penasaran.“Bo-boleh apa itu Tuan, katakan saja?” tutur Laras penuh rasa heran dan binggung.“Apakah bisa jika mulai sekarang, Ibu jangan lagi memanggilku dengan sebutan Tuan?”Belum sempat semua orang menjawab tiba-tiba Arka berkata , “Ibu, seharusnya Ibu memang tidak boleh memanggilnya Tuan l
Dari melihat hadiah-hadiah yang di bawah oleh Rayyan saja, hati Laras sudah bergetar. Ditambah lagi saat pemuda yang begitu tetpandang dikota mereka yang saat ini berstatus sebagai suami dari putrinya, berjabatan tangan dengan dirinya dan mencium pucuk telapak tangannya dengan begitu hormat.Laras sampai gugup dan kemudian menjawab, “Iya, terima kasih, Tuan Rayyan. Terima kasih. Tapi kenapa mesti repot-repot membawa hadiah segala, dan sebanyak itu?”Rayyan melepaskan jabatan tangannya dengan lembut, kemudian mengangkat pandangannya sejenak. Sebelum akhirnya dia menatap orang-orang yang di sekelilingnya. Terakhir kali tatapannya terpatri pada Evelyn selama beberapa saat, kemudian dia tersenyum dengan hangat. “Mana mungkin merepotkan? Aku adalah menantu keluarga ini, memberi hadiah untuk Ibu mertua yang sedang berulang tahun itu adalah hal yang sangat wajar. Bukankah demikian sayang?” dia bertanya demikian kepada Evelyn.“Eh iya, itu benar ibu. Bukankah kak Rayyan ini menantumu? Jadi
Sebetulnya sejak kedatangan keluarga Lewis dikediaman Keluarga Limanto, perasaan Laras sudah tidak menentu. Terlihat mulutnya bersungut-sungut, antara menghina, kesal dan juga marah.“Dasar keluarga Lewis itu benar-benar tidak tahu malu. Tidak ibunya, tidak anak laki-lakinya dan juga anak perempuannya, semua sama saja tidak ada yang baik. Aku betul-betul merasa sangat beruntung jika hari itu putriku ditinggalkan di hari pernikahannya. Benar-benar sebuah anugerah bagi Evelyn tidak jadi masuk dalam keluarga yang tidak tahu malu itu.”Sofyan yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik lengannya, memberi isyarat agar dia diam sambil melirik Ibunya.Laras langsung diam, dia merasa bersalah telah mengumpat keluarga Lewis di depan Ibu mertuanya. Karena biar bagaimanapun juga Nyonya besar Lewis adalah sahabat Ibu mertuanya. Tidak seharusnya dia memaki mereka di depan Ibu mertuanya. Karena merasa tidak enak hati kepada ibu mertuanya itu, kemudian dia berinisiatif untuk meminta maaf,
Tetapi dia berusaha untuk menahannya. Pandangannya kini beralih pada sebuah lukisan yang bersandar di ujung dinding sana, ya Revan ingat jika itu adalah lukisan dirinya.Kemudian dengan ragu-ragu dia bertanya, “Ternyata, kamu masih menyimpan lukisan itu?”Evelyn menoleh sebentar, kemudian ikut menatap ke arah tatapan mata Revan. Sebentar kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya pada lukisan yang ada di depannya sambil berkata,“Waktu aku membawa lukisan itu untuk hadiah ulang tahunmu, tapi kamu menolaknya. Kamu mengatakan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya di rumahmu, jadi aku membawanya pulang dan menaruhnya di ujung sana. Sampai aku lupa kalau ternyata masih ada lukisan itu.”Revan tertegun, dia baru teringat jika dulu Evelyn pernah mengatakan jika dia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu hanya untuk menyelesaikan lukisan itu, tetapi dengan gampangnya dia justru menolak hadiah yang dibawa Evelyn itu di hari ulang tahunnya.Sekarang dia benar-benar merasa sangat meny
Nenek Limanto kemudian menambahkan, “Cuaca masih sangat dingin, jadi Evelyn tidak diperbolehkan untuk keluar kamar kecuali hanya makan. Tahu sendiri bagaimana fisik Evelyn yang memang kurang sehat dari dulu.”Bu Linda kemudian menoleh pada Anesa yang duduk di sampingnya, wajah gadis itu terlihat cemberut dan kesal. Sebenarnya dia benar-benar sangat malas untuk datang ke sini, tetapi ibu dan Ayahnya lah yang sudah mendesak begitu juga dengan kakaknya Revan. Bahkan dia diancam oleh Tomi, jika dia tidak mau datang dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Evelyn maka bukan hanya dia yang akan bermasalah tetapi keluarganya juga yang akan menanggung akibatnya.Bu Linda yang melihat ekspresi wajah Anesa pun akhirnya menyenggol pinggangnya dengan sikunya.Anesa melirik sebentar kemudian dengan terpaksa dia bersuara sambil berlutut dan meraih kedua tangan Nenek Limanto.“Nenek, Tante Laras dan Om Sofyan, jadi sebenarnya kedatangan aku kesini ingin meminta maaf kepada kalian semua terutam
Sejenak hati Rayyan terasa seperti kosong. Ketika dia memasuki villa pun, rasanya villa itu menjadi sepi dan hening. Padahal baru beberapa menit Evelyn meninggalkan villa ini. Rayyan langsung merasa tidak betah berada di sini.Dia mendengus kasar. Kehadiran Evelyn di dalam villa ini benar-benar seperti atmosfer yang memenuhi ruangan ini. Ketika dia pergi maka langsung seperti sebuah ruangan tanpa udara. Dadanya pun terasa langsung sesak.Rayyan menyadari jika dia benar-benar sudah sangat mencintai gadis kecil itu dengan teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk membawa keluarganya datang ke keluarga Limanto. Tetapi dia harus sabar menunggu tunggu dulu dia harus mengirim Arka pergi dulu dari negara ini, agar semua langkahnya lebih bebas.Meskipun waktu itu Arka sudah pernah menitipkan Evelyn padanya, tetapi Rayyan bukan orang yang gampang percaya dengan mudah. Apalagi Arka menjadi seorang yang plin-plan sekarang. Di depannya kadang begini, kadang tiba-tiba begitu lagi.Rayyan
Arka menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan kegugupannya kemudian dia mengubah topik pembicaraan.“Evelyn, aku datang kemari untuk menjemputmu. Ibu yang menyuruhku untuk membawamu pulang hari ini.”Evelyn mengangguk, dia sudah paham. Kemudian dia duduk di samping Rayyan dan berkata padanya, “Kak Rayyan, apa kamu mengijinkan aku untuk pulang? Besok adalah hari ulang tahun Ibuku, tadi Ayah juga sudah menelpon dan memintaku untuk pulang ke rumah.”Rayyan mengangkat kedua alisnya, dia betul-betul tidak tahu jika besok adalah hari ulang tahun Ibu mertuanya. Perasaan di hatinya mendadak jadi serba salah, Sedangkan untuk dua hari kedepan dia masih punya banyak urusan di kantor.Tidak lama kemudian dia mengangguk, “Pulang lah kalau begitu. Maafkan aku jika belum bisa mengantarmu atau datang ke sana. Tapi nanti aku pasti akan kesana setelah urusanku selesai. Kamu tidak akan marah kan?”Evelyn tentu saja mengerti, Rayyan punya banyak kesibukan. Apalagi dia mungkin harus mengurus kebera
“Oh, ya ampun! Ayah, aku lupa hari ini adalah ulang tahun Ibu kan? Ah, bukan hari ini, maksudnya besok adalah hari ulang tahun Ibu.”Di sana Sofyan tersenyum meskipun Evelyn tidak melihatnya, tapi dia sangat senang karena putrinya ternyata mengingat hari ulang tahun ibunya.“Kamu benar sekali. Jadi bagaimana, apakah hari ini kamu bisa pulang? Besok malam kita akan merayakan ulang tahun Ibu bersama-sama di rumah. Sederhana saja, asalkan dia senang.”“Iya, ayah. Aku pasti akan pulang.”“Ah, baiklah Evelyn. Terima kasih kalau begitu. Ayah akan tutup teleponnya ya?”“Iya ayah, sampai jumpa ya?”Evelyn menutup panggilan, setiap kali dia berbicara dengan ibu atau ayahnya sebenarnya hatinya selalu bergetar. Bukannya apa, dia sebenarnya tahu jika kedua orang tuanya itu sangat mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja dulu memang ada sesuatu yang mengharuskan mereka untuk membuang dirinya. Bukan karena mereka tidak menginginkan dirinya. Bahkan sekarang setelah dia sudah berkumpul dengan mer