“Brengsek! Apa kamu sudah gila! Kenapa kamu berpura-pura menjadi hantu hah! Kalau aku jantungan dan mati, bagaimana? Apa kamu mau bertanggung jawab?” Arka memarahi pria itu habis-habisan.NPC itu tentu saja kaget karena tiba-tiba dimarahi.“Bukannya kamu sedang bermain ESPACE bertemakan HOROR? Aku tidak bersalah kan? Mana mungkin menciptakan suasana horor tanpa hantu? Ini juga sudah menjadi perkejaanku!”“Eh,” Arka merasa binggung sendiri dengan tingkahnya, perlahan ia mulai berpikir, “Ternyata begitu ya?” Dia menggaruk kepalanya sendiri.‘Sial, aku sudah salah memarahi orang.’ Arka merasa sangat malu.Akhirnya dengan perasaan malu karena kekonyolan yang diperbuat kakaknya, Evelyn memutuskan untuk mengambil inisiatif meminta maaf kepada NPC pria itu atas nama kakaknya.“Maaf kan tingkah konyol yang sudah dilakukan oleh kakakku, mungkin dia sangat ketakutan sampai lupa segalanya.”Kekesalan NPC itu langsung menghilang saat mendengar suara manis gadis itu yang meminta maaf.Dia terseny
Di level akhir untuk menciptakan suasana horor, tidak ada lagi cahaya yang menerangi ruangan. Penerangan hanya tergantung pada senter yang ada di tangan mereka.Arka merasa bosan, mungkin karena Mia yang tidak membalasnya ejekannya, akhirnya dia memilih untuk tidak bicara apa-apa lagi. Dia menemukan tempat yang aman untuk duduk. Dia menyerahkan semua masalah petunjuk kepada mereka bertiga saja. Dia sudah kapok juga.Sementara Evelyn dan Rayyan tetap bersama, tapi Evelyn sudah kepalang malu sampai memilih untuk diam dan berpura-pura serius mencari petunjuk.Rayyan segera mengarahkan senternya, pupil matanya bergetar hebat, dengan jantung yang hampir melompat dari tempatnya.Arka menatap ke arah tempat yang diterangi oleh cahaya itu. Dia juga hampir terjengkang dari duduknya. Dia kemudian mengumpat ke arah Mia.“Kamu tidak normal ya? Kamu gila! Tau tidak? Bisa-bisanya kamu memesan tempat yang mengerikan seperti ini!”Mia hanya melirik dengan kata-kata dalam hati, ‘Kamu tahu apa memangny
Arka dan Mia langsung menarik nafas lega, setelah mereka berempat meninggalkan ruangan yang menakutkan dan seram itu. Mereka merasa sudah kembali ke dunia nyata dan menghirup udara segar, setelah tadi selama beberapa jam mereka merasa seperti sedang masuk ke dalam neraka.Evelyn tidak banyak bicara, sudut matanya melirik pria di sebelahnya yang hanya terdiam sejak tadi.Staf mengembalikan ponsel, dompet, kunci dan semua barang milik mereka. Seorang staf juga memberikan Evelyn sebuah boneka dengan model yang sama dengan boneka gadis kecil berdarah sebagai hadiah untuk pemain pertama yang berhasil meloloskan diri.Sudut bibir Mia berkedut, “Terima kasih, tapi itu tidak perlu.”Para staf juga tahu bahwa mereka akan terkesan pelit sekali Karena hanya memberikan hadiah seperti ini, tapi ini adalah ketetapan sang bos. Jadi mereka tidak bisa berbuat apa-apa akan tetapi bagi Evelyn hadiah ini sangat lucu, dia sangat menginginkannya, tapi dia berpikir boneka ini akan membuat Rayyan tidak nyama
Evelyn memberanikan diri lalu berkata,“Kakak, aku belum pernah minum. Tolong biarkan aku minum kali ini saja.”Evelyn menatap Arka dengan sepasang mata yang jernih dan penuh harap, sampai berhasil membuat pria itu tak bisa menolak.“Baiklah, tapi janji kamu hanya boleh minum satu gelas kecil saja atau aku akan memberitahu Ayah dan Ibu ibu.”Akhirnya Arka menyetujui dengan berat hati. Evelyn tersenyum manis padanya. “Terima kasih Kakak. Kakak memang yang terbaik.”Rayyan hanya diam sambil menggerutu dalam hati. ‘Kakak yang terbaik apanya? Mengijinkan adiknya minum!’Tak lama kemudian hidangan sudah disajikan. Arka tidak minum karena harus menyetir, begitu juga dengan Rayyan, dia memang tidak pernah meminum anggur. Mia dan Evelyn masing-masing minum segelas anggur.Ini adalah pertama kali Evelyn minum anggur, dia menyesapnya dan merasakan bahwa anggur merah ternyata manis dan enak. Kemudian dia menghabiskan segelas anggur itu dalam beberapa tegukan sekaligus.Seperti anak kucing yang
Akan tetapi semua itu hanya disimpan Arka dalam hati. Lagian juga dia tidak perlu repot-repot untuk menjelaskan pada Mia,Menanggapi pertanyaan Mia ia hanya berkata, “Itu bukan urusanmu!”Mia juga membalas, “Kalau begitu, jika Evelyn dan Rayyan saling mencintai, itu juga bukan urusanmu! Dasar penjahat!”Arka hanya memutar mata tanpa repot-repot membalas ucapan Mia.Mia yang tidak ingin bicara lagi dengannya pun kembali minum segelas anggur dan menggerutu dalam hati.‘Dasar Arka penjahat! Mati saja kamu! Kamu itu bajingan! Lihat saja, cepat atau lambat kamu pasti akan jatuh ke tangan seorang gadis yang akan menyiksamu sampai mati!’***Evelyn masih merasa baik-baik saja saat memasuki kamar mandi, tapi ketika dia membuka pintu untuk keluar, tiba-tiba dia merasa dunia mendadak terasa berputar. Akhirnya dia memilih untuk duduk di toilet sambil memejamkan mata. Belum ada satu menit, dia justru jatuh tertidur di toilet.Rayyan sudah menunggu cukup lama di depan kamar mandi, tapi gadis itu
Rayyan memutuskan untuk membawa pulang Evelyn, sebelumnya dia mengirim pesan kepada Arka terlebih dahulu. Lampu di dalam mobil Bentley hitam tersebut sangat redup. Rayyan masih memeluk Evelyn dan memegangi tangannya agar tidak menyentuh jendela. “Panas...” Tuturnya sambil mengibaskan tangan ke arah tubuhnya sendiri. Evelyn merasakan panas di sekujur tubuhnya setelah menghabiskan dua gelas anggur sekaligus. Seperti ada api yang menyala-nyala dari dalam tubuhnya. Tangannya terlihat sedang berusaha untuk menurunkan kaca mobil. Melihat sikap Evelyn, Rayyan lalu memerintahkan Roy untuk mengecilkan suhu AC. Dia kemudian membuka bibirnya dan berkata. “Kamu akan masuk angin kalau membuka jendela, saat mobil berjalan seperti ini.” Mendengar penuturan Rayyan, raut wajah Evelyn seketika menjadi cemberut, mata indahnya berkaca-kaca seolah-olah dia merasa jika saat ini Rayyan sedang memarahi dirinya. Kabut air matanya sudah menggenang di bola matanya. Setelah diam beberapa detik merasa tidak
Ada amarah yang memburu di dalam hatinya.‘Sialan jadi selama ini, Evelyn yang mencintai Revan setengah mati pantas saja Revan begitu sombong dan dengan begitu mudahnya meninggalkan Evelyn tepat di hari pernikahan mereka tanpa merasa bersalah sedikit saja,’ Batin Rayyan sambil tangannya terlihat mengepal.Kisah hubungan cinta Revan dan Evelyn berjalan atas dasar kesepakatan saja, kedua nenek mereka yang mengikat mereka, memberitahunya kalau Revan adalah tunangannya, dalam buku harian juga tertulis jika dia dulu menyukainya, jadi mereka menjalani hubungan seiring berjalannya waktu saja.Rayyan menatap wajah Evelyn yang saat ini tertunduk lesu, ujung jarinya menjepit dagu Evelyn.“Apa dia pernah menciummu?”Mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Rayyan, wajah Evelyn merona dia malu untuk menatap wajah tampan Rayyan, dia menunduk dan menjawab dengan suara pelan.“Tidak pernah, jangankan ciuman, berpegangan tangan atau berpelukan pun tidak pernah.”Rayyan sampai terkejut, matanya dipenu
Wajah Evelyn memerah, dia membuka mata dengan malu-malu dan nafas yang tersengal-sengal. Sementara jari jemari Rayyan kembali menyentuh pipinya sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.Dalam hati Rayyan terus berkata, ‘Tahan dulu, jangan sampai terlalu bersemangat! Ingat Rayyan, gadis ini akan ketakutan kalau kamu terlalu bersemangat melakukan ciuman itu, beri selang beberapa waktu untuk dia menghirup udara terlebih dahulu!’ Rayyan terus mengingatkan diri sendiri.Rayyan tidak peduli jika orang yang pertama kali Evelyn disukai bukanlah dirinya. Dia juga tidak akan bersikap egois dengan meminta gadis itu untuk menyerahkan segalanya pada dirinya sekarang juga.Evelyn yang sedang berada dalam pelukan Rayyan, dia masih merasa bingung. Otaknya masih memikirkan ciuman itu, sementara jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Kemudian dia mendongak perlahan..,“Kak Rayyan, jadi kamu setuju kalau aku mengejarmu?” Dia tiba-tiba langsung menutup mulutnya malu, karena tiba-tiba cegukan dan langsung
Mendengar gumaman Ibunya, Sofyan langsung berkata, “Ibu, kita tidak boleh berharap seperti itu. Meskipun sekarang kita ini adalah besan dengan grup Brahmana, tetapi kita harus tahu diri siapa kita. Jika dibanding dengan keluarga Brahmana, kita ini diibaratkan cuma seujung kukunya saja dari Brahmana grup. Evelyn dipilih oleh Tuan Rayyan untuk menjadi istrinya saja, itu sudah merupakan sebuah kebanggaan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Jadi aku harap kita jangan bermimpi terlalu tinggi untuk mendapatkan jantung, jika saat ini kita sudah dikasih mereka hati.”Nenek Limanto tertawa kecil, “Iya, kamu benar. Lagi pula perkataan ibu tadi tidak terlalu serius.”Seharian ini Evelyn melewati waktu di rumah keluarganya ini. Dia mulai merasa suntuk dan bosan. Dia merindukan Rayyan, ingin menelepon tetapi dia takut mengganggu kesibukan Rayyan. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa menahan diri.Hingga malam telah tiba, dia melihat kakaknya sudah pulang dari kantor nya. Dia segera menghampiri
Laras terdiam sejenak, kemudian dia berpikir jika apa yang dikatakan suaminya ini adalah benar. Bukankah kemarin-kemarin suaminya sudah menceritakan kepada dirinya tentang siapa sosok dari Rayyan ini.Pada akhirnya dia menatap Rayyan dan Evelyn secara bergantian, kemudian dia mengangguk. “Baiklah, terima kasih sekali. Ibu dengan sangat senang hati akan menerima hadiah ini. Sungguh ini adalah hadiah termewah yang pernah kumiliki dan pernah ibu terima. Sekali lagi, terima kasih ya, Tuan Rayyan.”Rayyan mengangguk kemudian dia berkata dengan lembut, “Ah iya, sama-sama Ibu mertua, kalau begitu, apa boleh aku meminta satu permintaan darimu Ibu?”Mendengar penuturan Rayyan semuanya menatap penuh rasa penasaran.“Bo-boleh apa itu Tuan, katakan saja?” tutur Laras penuh rasa heran dan binggung.“Apakah bisa jika mulai sekarang, Ibu jangan lagi memanggilku dengan sebutan Tuan?”Belum sempat semua orang menjawab tiba-tiba Arka berkata , “Ibu, seharusnya Ibu memang tidak boleh memanggilnya Tuan l
Dari melihat hadiah-hadiah yang di bawah oleh Rayyan saja, hati Laras sudah bergetar. Ditambah lagi saat pemuda yang begitu tetpandang dikota mereka yang saat ini berstatus sebagai suami dari putrinya, berjabatan tangan dengan dirinya dan mencium pucuk telapak tangannya dengan begitu hormat.Laras sampai gugup dan kemudian menjawab, “Iya, terima kasih, Tuan Rayyan. Terima kasih. Tapi kenapa mesti repot-repot membawa hadiah segala, dan sebanyak itu?”Rayyan melepaskan jabatan tangannya dengan lembut, kemudian mengangkat pandangannya sejenak. Sebelum akhirnya dia menatap orang-orang yang di sekelilingnya. Terakhir kali tatapannya terpatri pada Evelyn selama beberapa saat, kemudian dia tersenyum dengan hangat. “Mana mungkin merepotkan? Aku adalah menantu keluarga ini, memberi hadiah untuk Ibu mertua yang sedang berulang tahun itu adalah hal yang sangat wajar. Bukankah demikian sayang?” dia bertanya demikian kepada Evelyn.“Eh iya, itu benar ibu. Bukankah kak Rayyan ini menantumu? Jadi
Sebetulnya sejak kedatangan keluarga Lewis dikediaman Keluarga Limanto, perasaan Laras sudah tidak menentu. Terlihat mulutnya bersungut-sungut, antara menghina, kesal dan juga marah.“Dasar keluarga Lewis itu benar-benar tidak tahu malu. Tidak ibunya, tidak anak laki-lakinya dan juga anak perempuannya, semua sama saja tidak ada yang baik. Aku betul-betul merasa sangat beruntung jika hari itu putriku ditinggalkan di hari pernikahannya. Benar-benar sebuah anugerah bagi Evelyn tidak jadi masuk dalam keluarga yang tidak tahu malu itu.”Sofyan yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik lengannya, memberi isyarat agar dia diam sambil melirik Ibunya.Laras langsung diam, dia merasa bersalah telah mengumpat keluarga Lewis di depan Ibu mertuanya. Karena biar bagaimanapun juga Nyonya besar Lewis adalah sahabat Ibu mertuanya. Tidak seharusnya dia memaki mereka di depan Ibu mertuanya. Karena merasa tidak enak hati kepada ibu mertuanya itu, kemudian dia berinisiatif untuk meminta maaf,
Tetapi dia berusaha untuk menahannya. Pandangannya kini beralih pada sebuah lukisan yang bersandar di ujung dinding sana, ya Revan ingat jika itu adalah lukisan dirinya.Kemudian dengan ragu-ragu dia bertanya, “Ternyata, kamu masih menyimpan lukisan itu?”Evelyn menoleh sebentar, kemudian ikut menatap ke arah tatapan mata Revan. Sebentar kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya pada lukisan yang ada di depannya sambil berkata,“Waktu aku membawa lukisan itu untuk hadiah ulang tahunmu, tapi kamu menolaknya. Kamu mengatakan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya di rumahmu, jadi aku membawanya pulang dan menaruhnya di ujung sana. Sampai aku lupa kalau ternyata masih ada lukisan itu.”Revan tertegun, dia baru teringat jika dulu Evelyn pernah mengatakan jika dia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu hanya untuk menyelesaikan lukisan itu, tetapi dengan gampangnya dia justru menolak hadiah yang dibawa Evelyn itu di hari ulang tahunnya.Sekarang dia benar-benar merasa sangat meny
Nenek Limanto kemudian menambahkan, “Cuaca masih sangat dingin, jadi Evelyn tidak diperbolehkan untuk keluar kamar kecuali hanya makan. Tahu sendiri bagaimana fisik Evelyn yang memang kurang sehat dari dulu.”Bu Linda kemudian menoleh pada Anesa yang duduk di sampingnya, wajah gadis itu terlihat cemberut dan kesal. Sebenarnya dia benar-benar sangat malas untuk datang ke sini, tetapi ibu dan Ayahnya lah yang sudah mendesak begitu juga dengan kakaknya Revan. Bahkan dia diancam oleh Tomi, jika dia tidak mau datang dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Evelyn maka bukan hanya dia yang akan bermasalah tetapi keluarganya juga yang akan menanggung akibatnya.Bu Linda yang melihat ekspresi wajah Anesa pun akhirnya menyenggol pinggangnya dengan sikunya.Anesa melirik sebentar kemudian dengan terpaksa dia bersuara sambil berlutut dan meraih kedua tangan Nenek Limanto.“Nenek, Tante Laras dan Om Sofyan, jadi sebenarnya kedatangan aku kesini ingin meminta maaf kepada kalian semua terutam
Sejenak hati Rayyan terasa seperti kosong. Ketika dia memasuki villa pun, rasanya villa itu menjadi sepi dan hening. Padahal baru beberapa menit Evelyn meninggalkan villa ini. Rayyan langsung merasa tidak betah berada di sini.Dia mendengus kasar. Kehadiran Evelyn di dalam villa ini benar-benar seperti atmosfer yang memenuhi ruangan ini. Ketika dia pergi maka langsung seperti sebuah ruangan tanpa udara. Dadanya pun terasa langsung sesak.Rayyan menyadari jika dia benar-benar sudah sangat mencintai gadis kecil itu dengan teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk membawa keluarganya datang ke keluarga Limanto. Tetapi dia harus sabar menunggu tunggu dulu dia harus mengirim Arka pergi dulu dari negara ini, agar semua langkahnya lebih bebas.Meskipun waktu itu Arka sudah pernah menitipkan Evelyn padanya, tetapi Rayyan bukan orang yang gampang percaya dengan mudah. Apalagi Arka menjadi seorang yang plin-plan sekarang. Di depannya kadang begini, kadang tiba-tiba begitu lagi.Rayyan
Arka menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan kegugupannya kemudian dia mengubah topik pembicaraan.“Evelyn, aku datang kemari untuk menjemputmu. Ibu yang menyuruhku untuk membawamu pulang hari ini.”Evelyn mengangguk, dia sudah paham. Kemudian dia duduk di samping Rayyan dan berkata padanya, “Kak Rayyan, apa kamu mengijinkan aku untuk pulang? Besok adalah hari ulang tahun Ibuku, tadi Ayah juga sudah menelpon dan memintaku untuk pulang ke rumah.”Rayyan mengangkat kedua alisnya, dia betul-betul tidak tahu jika besok adalah hari ulang tahun Ibu mertuanya. Perasaan di hatinya mendadak jadi serba salah, Sedangkan untuk dua hari kedepan dia masih punya banyak urusan di kantor.Tidak lama kemudian dia mengangguk, “Pulang lah kalau begitu. Maafkan aku jika belum bisa mengantarmu atau datang ke sana. Tapi nanti aku pasti akan kesana setelah urusanku selesai. Kamu tidak akan marah kan?”Evelyn tentu saja mengerti, Rayyan punya banyak kesibukan. Apalagi dia mungkin harus mengurus kebera
“Oh, ya ampun! Ayah, aku lupa hari ini adalah ulang tahun Ibu kan? Ah, bukan hari ini, maksudnya besok adalah hari ulang tahun Ibu.”Di sana Sofyan tersenyum meskipun Evelyn tidak melihatnya, tapi dia sangat senang karena putrinya ternyata mengingat hari ulang tahun ibunya.“Kamu benar sekali. Jadi bagaimana, apakah hari ini kamu bisa pulang? Besok malam kita akan merayakan ulang tahun Ibu bersama-sama di rumah. Sederhana saja, asalkan dia senang.”“Iya, ayah. Aku pasti akan pulang.”“Ah, baiklah Evelyn. Terima kasih kalau begitu. Ayah akan tutup teleponnya ya?”“Iya ayah, sampai jumpa ya?”Evelyn menutup panggilan, setiap kali dia berbicara dengan ibu atau ayahnya sebenarnya hatinya selalu bergetar. Bukannya apa, dia sebenarnya tahu jika kedua orang tuanya itu sangat mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja dulu memang ada sesuatu yang mengharuskan mereka untuk membuang dirinya. Bukan karena mereka tidak menginginkan dirinya. Bahkan sekarang setelah dia sudah berkumpul dengan mer