Selamat membaca.Duk!BRAK!Prang!Bugh! Buku melayang ke udara, bersama denganku yang sedang berlari keluar dari pintu—barang-barang melayang di belakangku, dilempar oleh dua orang yang sepertinya agak…."EMABELL!"Bukan agak lagi. Tapi benar-benar marah karena aku menjodohkan mereka dengan satu orang yang sama, namun anehnya aku malah berkata kalau aku sudah mengikat orang itu dengan orang lain—lagian kenapa kalian mendengarkanku sih?"Huaaa, aku tidak bermaksud. Aku juga cuma bercanda!" seruku sembari berlari, melesat, bahkan melompat ke sana sini untuk menghindari dia orang yang juga ingin sekali menangkapku. Sumpah. Kakiku otomatis berlari dari perpustakaan. "Ibu…."Berlari tanpa arah, aku akhirnya sampai ke tempat yang begitu aneh namun aku tahu. Kursi singgasana yang terpajang di atas sana sudah menunjukan kalau ini adalah aula utama, dan yap. Ada ibu dan ayah yang sedang membawa karangan bunga masuk ke dalam aula."Emabell?" Mereka mengerutkan alis mereka. Dan buru-buru aku m
Selamat membaca.Sakana begitu terkejut, karena aku tiba-tiba saja mulai memainkan peran seperti yang dia inginkan secara tiba-tiba—itu karena raja Vardiantura dan yang lainnya mulai curiga pada diamnya kami.Dan benar. Semua tepat pada waktunya. "Aku tidak meminta apapun padanya sampai sejauh ini, karena aku tahu dia akan marah. Tapi aku mohon, kali ini saja. Biarkan aku ikut denganmu, aku mau ikut denganmu Sakana…." Malu atau pun tidak. Jawabannya adalah tidak, karena aslinya aku benar-benar ingin Sakana membawaku pada Baginda. Karena aku rindu pria kejam itu, aku rindu segala intimidasi dan sentuhannya. Bohong kalau aku bilang aku tidak ingin dipeluk oleh Baginda—apapun yang ia rencanakan, selama itu tidak dikategorikan sebagai cara ampuh membuatku baik-baik saja aku. Emabell, akan berpikir kalau ia membuangku pada pria lain!"Tinggallah, Baginda akan menjemputmu.""Kau pikir aku akan percaya, kau pikir aku tidak tahu seberapa jahat dia dalam menilai ku."Mampus. Tapi maaf Sakana
Selamat membaca."Kalau begitu akan ku bacakan.""Tidak perlu!" Tolakku mentah-mentah, sembari terus melangkahkan kakiku semakin jauh ke dalam tanam yang begitu luar biasa indah. Ingin rasanya ku pindahkan ke Clossiana Frigga tapi, aku lebih suka kalau Clossiana Frigga tetap menjadi tempat dimana musim gugur selalu ada.Aku rindu. "Sampai kapan ini akan berakhir? Kedamaian seperti apa yang sedang ku tuju?" Kalau tanpa nya, aku akan membakar dunia Elydra ini—biarkan saja mereka menganggapku kejam dan akhirnya membunuhku. Tapi sekali lagi, apakah aku punya api yang bisa membuatku membakar dunia ini.Sendirian. Rupanya senyuman penuh ketenanganku membuat Vardiantura tak ingin menggangguku lagi, di bawah pohon apel. Aku membaringkan tubuhku.Mencoba untuk tidur.Akan tetapi. Saat mataku tertutup, gambar berbentuk Phoenix memenuhi mataku dan tiba-tiba saja.Hah! Aku tersadar, mataku terbuka. Tapi ini bukan tubuhku, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku—berkomunikasi. Sakana. Istana hitam.
Selamat membaca.Malam yang begitu dingin dengan sejuta kerinduan yang belum terobati oleh beberapa kilas bayangan wajah—meski mendengar dan melihat sendiri kalau mereka semua baik-baik saja, tidak ada melupakanku atau membuangku.Tetapi rasa ingin bertemu ini sangat kuat.Dari puncak gunung Gratarus yang penuh dengan tanaman herbal, aku melangkah ke pinggiran tebing. Menabur berbagai kelopak bunga, membiarkan angin membawa terbang semua kerinduanku yang penuh dengan harapan.Sebelum sebuah mahkota bunga menghampiri kepalaku. Ratu Rah yang merangkainya, meski agak berantakan tapi tangannya begitu kreatif."Terima kasih.""Justru senang, karena Emabell mau mengajak saya berjalan-jalan di Gratarus."Aku jadi penasaran akan sesuatu. "Ratu?""Ya.""Boleh saya bertanya?" Dan dia menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Kita tidak pernah saling memandang dengan benar, dan kalian tidak pernah memandang manusia dengan benar."Aku mengingat bagaimana reaksi mereka semua saat menatapku pertemua
Selamat membaca.Tidak mengerti, tapi cukup paham mengapa mereka begitu membenci seorang manusia. Karena mereka gila soal cinta, aku pun demikian.***Lama melayang-layang di udara. Aku akhirnya sampai ke Clossiana Frigga yang ternyata cukup hancur dan berantakan. Pohon-pohon tumbang dimana-mana—lantas aku mengerutkan keningku bingung."Apa yang terjadi tanah kelahiranku ini?" gumamku sambil menyusuri setiap tempat, dan jalanan. Bahkan banyak noda darah yang mengering, atap dan bangunan hancur seakan ada badai yang sangat besar telah terjadi.Baginda? Bukan. "Apa yang tidak kuketahui, ayah, ibu?" tanyaku dalam hati, merasa terluka saat melihat kondisi Clossiana Frigga yang indah kini, tampak seperti tempat yang telah lama di tinggali. "Waktu, tidak tiba-tiba berhenti kan?" tanyaku bingung.Merasa ada yang tidak beres. Aku memutuskan untuk pergi ke hutan dekat perbatasan Utara, dan disana aku terkejut saat melihat Baginda dan yang lainnya sudah menunggu.KRAK!Suara ranting di injak, m
Selamat membaca.-menghilangnya Emabell, menimbulkan sejuta pertanyaan di pikiran dan benak setiap raja dan ratu, rakyat bahkan hewan-hewan ajaib dari Rulyria. Semua saling bahu membahu mencari Emabell yang menghilang tanpa tanda apapun.Seolah Aura dan hawa keberadaan satu-satunya manusia yang memiliki darah raja tenggelam di dasar Elydra. Mau tidak mau kedua kubu harus saling bekerja sama dalam menemukan Emabell.Istana hitam.Semua mata tampak lemah, mereka berkabung seolah Emabell telah mati. Begitu juga dengan sang Raja Utara yang begitu merindukan manusia pembuat onar dengan senyuman seindah bunga yang baru saja merekah, dia—Darka Askalar merindukan sikap dan impian luar biasa yang mampu membuatnya melanggar aturan dunia."Dimana kamu, Emabell?" tanyanya sembari menatap ke arah kamar Emabell yang kosong, berhalusinasi seolah-olah Emabell masih bersama dengannya.Hilangnya Emabell juga membuat beberapa opini publik menyeruak kemana-mana. Kata mereka, "bagaimana jika Emabell sudah
Selamat membaca."Abell?"Seseorang memanggil namaku, nama baruku. Dalam wujud yang berbeda, karakter yang kuciptakan dalam dunia ini."Apa?" tanyaku, menjawab sahutan temanku. Namanya Rubia, wanita tangguh dari Gratarus yang bisa membuat tanaman menjadi ribuan monster kecil yang hidup—tak heran ia termasuk dalam pasukan Elit dari Gratarus. Meski kemampuannya kurang diakui oleh sang Raja.Rubia terlihat cemas. "Ada apa dengan wajahmu hmmm, kau berkelahi dengan siapa?" tanyanya cemas—aku seperti biasa hanya bisa tersenyum. Introgasi telah selesai, dan ya. Tidak ada yang tahu siapa aku. Dan haruskah aku senang atau kecewa, karena mereka mengenalku?Bugh!Rubia memukul kepalaku. "Kenapa kau tersenyum? Aneh sekali."Aku semakin tersenyum saat melihat temanku marah seperti itu, tapi tetap menghiburku dengan mengerahkan jari-jarinya untuk membuat makhluk-makhluk lucu yang begitu aku sukai setelah Nike."Terima kasih.""Em…tidak apa-apa. Tapi tolong Abell yang bertindak terlalu jauh, ingatla
Selamat membaca.Betapa aku begitu terkejut saat tahu kalau yang mulia raja Nesessbula merencanakan hal diluar pengetahuan kami. Para prajurit yang telah mengorbankan waktu dan hidupnya demi cinta yang tidak masuk akal, malah berniat diracun secara massal. Untungnya kami semua baik-baik saja, itu berkat lemon dan mint yang disediakan menjadi penawar racun yang ada pada makanan kami."Lantas mengapa kalian semua berteriak?" Tanya Texy, kepala pasukan elit. Orang kepercayaan Nesesbula itu terlihat sangat tampan jika sedang marah—apa semua makhluk yang hidup di luar Clossiana Frigga tidak menua? "JAWAB!"Kami semua tersentak kaget."Tanamannya tiba-tiba mati!" jawab salah satu dari kami, yang ternyata kasusnya sama. Tapi seharusnya mereka tidak perlu membuat suara dan membuat semua orang berpikir kalau ada masalah pada tubuh mereka. 'sialan!' rutukku dalam hati. Kepalaku sakit.Tapi karena hal itulah semua prajurit jadi takut pada raja Nesesbula. Keraguan juga mulai tumbuh di dalam hati