Ini gila. Luna bahkan tidak memikirkannya sama sekali. Tapi tangannya telah berhasil menghubungi seorang gadis berambut pirang bernama Selena.
Ya. Setelah kejadian memuakkan dalam hidup Luna kemarin lusa. Kini Luna berada di kafe yang sama seperti saat ia berbicara dengan Selena waktu itu.
Sekarang hari Kamis.
Luna membutuhkan bantuan Selena. Ayahnya terus menerornya untuk memberikan uang. Luna mencoba untuk tidak peduli tapi Harris sering muncul di depan apartemennya atau di depan kantornya.
Sangat menjengkelkan.
"Apakah kamu sudah lama?" Suara Selena membuyarkan lamunan Luna.
Gadis itu sering melamun akhir-akhir ini. Ada banyak hal yang dipikirkannya.
"Tidak juga. Aku baru saja memesan minuman. Kau sudah pesan?" Luna bertanya. "Aku tidak tahu seleramu, jadi aku belum memesankan untukmu."
"Tidak apa-apa, aku sudah memesannya sendiri. Terima kasih sudah memikirkan aku." Selena duduk di seberang Luna.
Bahkan meja yang mereka tempati sama persis dengan meja yang mereka tempati saat itu. "Apa kabar?" Selena bertanya dengan ramah.
Luna mengangkat bahu. "Sangat kacau." Luna melemparkan pandangannya ke luar jendela. Ia tak tahu harus memulai dari mana.
"Jadi, kau butuh bantuan apa?" tanya Selena melihat raut wajah Luna yang tidak baik-baik saja. Apalagi mendengar jawaban dari gadis itu.
Sambil menghembuskan napas, Luna membuka suara. "Aku butuh uang."
"Berapa?" tanya Selena santai tanpa beban. Seperti yang bisa dilihat Selena, ini bisa menguntungkannya. Luna tidak main-main dengan kata-katanya. Sudah pasti gadis itu sangat membutuhkan uang. Jadi bisa disimpulkan, Luna akan melakukan apa saja jika Selena bisa membantunya.
"4000 dollar?"
"Aku akan memberimu satu juta dollar sekarang juga." Selena berkata dengan yakin.
Pandangan Luna yang semula tertuju pada pemandangan di luar kafe langsung tertuju pada Selena. "Apa yang kau katakan?"
"Satu juta dollar," ulang Selena.
Alis Luna berkerut karena curiga. Mengingat apa yang dibutuhkan Selena membuat keterkejutan Luna mereda. "Tidak mungkin, aku hanya butuh 4000 dollar."
Sudah pasti Selena akan memintanya untuk menjadi pengantin pengganti. Luna tidak bisa mengambil risiko terlalu jauh. Menikah bukanlah sebuah lelucon. Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup dan Luna akan menikah dengan orang yang ia cintai dan mencintainya. Bukan dalam perjodohan, atau atas dasar menggantikan pengantin wanita dari perjodohan.Selena yang tahu bahwa Luna mengerti apa yang ia maksud, meraih tangan Luna dan menggenggamnya.
"Aku juga membutuhkanmu Luna," kata Selena tampak putus asa. "Aku tidak bisa menemukan pengganti yang sepadan. Kau cantik, kau pintar karena kau bekerja di perusahaan besar. Kau bukan sembarang gadis sewaan. Dan kau sangat bermartabat dan bertekad."
"Kau bisa menjadi bagian dari keluarga Wilson jika kau mau," tambah Selena.
"Sudahkah kau mencoba berbicara dengan orang tuamu tentang dirimu?" tanya Luna tanpa menghiraukan permintaan Selena.
Selena mengangguk, sementara air mata menetes dari matanya. "Tidak ada cara lain. Pria itu tetap harus menikahi wanita dari keluarga Wilson. Itu sudah kesepakatan dan tidak bisa dibatalkan. Jika tidak, nama keluarga Wilson akan tercoreng dan hancur karena tidak memenuhi janji itu."
Selena mulai terisak. "Tapi aku tidak bisa menikah dengan pria itu. Hiks...."
Luna tertawa kecil. Raut wajahnya yang semula marah dan jengkel berubah menjadi khawatir. Aish ini karena Selena menggunakan senjata air mata.
"Aku satu-satunya anak perempuan di keluarga Wilson."
"Selena, sama sepertimu. Aku juga ingin menikah dengan seseorang yang kucintai." Luna membelai punggung tangan Selena dengan menenangkan.
"Kau bisa menceraikan pria itu, bukan?" usul Selena di tengah isak tangisnya.
Itu adalah ide yang bagus. Tapi tetap saja. Luna tidak ingin menikah karena cinta. Tapi sialnya, Luna ingat apa yang dia butuhkan sekarang. Dia butuh uang.
"Apa kau ingin promosi?" tanya Selena mengingat sesuatu. Ayahnya memiliki 25% saham di Bellagas.
Mendengar itu Luna menjadi sedikit tertarik. Pada saat yang sama dia mengkhawatirkan sesuatu. Selena bukan gadis sembarangan. Luna sudah terlibat dalam masalah Selena. Dia adalah tipikal gadis yang akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Selena akan melakukan apa saja agar Luna mau menggantikannya sebagai pengantin.
"Aku bisa saja mengeluarkanmu dari Bellagas," tambah Selena menghentikan tangisnya. Benar. Sama seperti yang Luna pikirkan.
Luna mencari tempat yang salah untuk meminta bantuan.
"Kau menjamin keselamatanku?" tanya Luna, memberinya pilihan.
Selena mengangguk dengan tegas. "Aku akan menjaminnya. Keluargaku akan menjagamu dengan baik."
"Kenapa kau bilang begitu?"
"Keluarga tidak mungkin membatalkan perjodohan ketika tanggal pertunangan tinggal tiga hari lagi."
Tampaknya pria yang dijodohkan dengan Selena benar-benar tidak main-main. Dia jelas berasal dari keluarga terhormat dan bukan orang sembarangan. Namun dengan keadaan seperti itu, Luna juga tidak berani mengambil resiko lebih.
"Keluargaku akan tetap melaksanakan perjodohan tersebut. Dan kau akan terlindungi di bawah keluarga Wilson. Aku berjanji padamu akan hal itu."
******
Entah apa yang dipikirkan Luna. Sekarang dia berada di dalam mobil Selena dalam perjalanan ke rumah gadis itu. Ini gila, mengerikan dan sangat beresiko.Bahkan jika Luna akan mati di tangan pria itu. Itulah takdir yang harus Luna terima. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi di dunia ini. Sekarang yang ia butuhkan hanyalah uang. Kehidupan yang tenang tanpa campur tangan ayahnya. Karier yang melesat seperti impiannya. Dan yang pasti tidak dipusingkan dengan biaya sewa apartemennya.
Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit. Akhirnya mobil yang dikendarai Selena berbelok ke gerbang tinggi yang memisahkan rumah keluarga Wilson. Sebuah pagar dengan 4 orang penjaga di depannya menyambut kedatangan Selena. Gerbang tersebut secara otomatis terbuka membiarkan mobil Selena masuk ke dalam pekarangan.
Tampaknya mobil Selena harus menempuh perjalanan sejauh 2 kilometer untuk sampai di bangunan megah berwarna hitam dan putih itu.
"Ini rumahmu?" tanya Luna melihat bangunan di depannya yang tinggi dan megah.
"Iya. Tapi ini bukan rumah utama." Selena sibuk melepaskan sabuk pengamannya.
"Maksudmu kamu punya lebih dari satu rumah?" tanya Luna lagi dengan heran.
Selena mengangguk. "Ayo kita turun ke bawah. Keluargaku sudah menunggu."
Mendengar itu Luna membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil mengikuti Selena.
Tak jauh dari mobil Selena, seorang pria berpakaian hitam mendekat.
Selena langsung melemparkan kunci mobilnya kepada pria tersebut.
Wow, bagaimana bisa ada pelayan parkir di rumah? Wah ini benar-benar bukan keluarga biasa. Bagaimana dengan calon pengantin laki-laki yang akan bersanding dengan Selena? Pasti benar kalau mereka adalah mafia.
Luna segera menoleh ke kanan dan ke kiri mencari celah. Mungkin ia ingin menyerah dan kabur saja.
"Jangan coba-coba melarikan diri. Ada lebih dari 30 penjaga di sini," kata Selena, memahami gerak-gerik Luna.
Sekarang gadis itu tampak berbeda.
Sifat asli Selena mulai terlihat. Bahwa dia tidak main-main dengan kesepakatan ini.
Luna tidak bisa bertahan begitu saja. Mau tidak mau, ia harus menuruti kemauan Selena dan memenuhi kesepakatan yang telah ia sepakati sebelumnya.
Luna terjebak dalam permainan yang dibuat Selena.
******
Luna telah duduk di kursi yang berhadapan dengan meja panjang yang tak lain dan tak bukan merupakan meja makan. Beberapa saat gadis itu sempat terpana dengan interior yang ada di dalam rumah Selena. Sungguh mewah dan klasik. Tok..tok..tok..Suara heels sepatu yang mengetuk lantai terdengar mendekat ke tempat Luna berada. "Anak itu benar-benar membuat pusing kita semua. Aku tidak ada cara lain selain ini Bu," Brianna Wilson. Wanita dengan usia 46 tahun itu seketika berhenti melangkah kala melihat atensi Luna di kursi makan. Raut wajah yang semula marah dan garang berganti menjadi senyum tipis yang tak begitu kentara. "Nanti aku telfon lagi." Begitu bisik Brianna pada ponsel di telinganya. Berikut wanita itu kembali melangkahkan kaki untuk mengambil duduk di salah satu kursi. Terjadi hening beberapa saat sebab Luna tidak berani membuka mulut lebih dulu. Dia tamu disini. Dan keadaannya memang sedang tidak bisa dianggap bercanda. "Kau Laluna?" tanya Brianna dengan postur tegaknya meno
Berbeda dengan yang Selena ceritakan tentang calon suaminya dari keturunan keluarga Ellworth. Nyatanya Aiden bukanlah laki-laki menakutkan dan seram seperti bayangannya.Jika dibayangan Luna Aiden merupakan laki-laki bertubuh tinggi dan besar. Dengan otot di lengan dan wajah garang. Atau mungkin tambahan tato di leher juga garis luka di wajah.Tapi nyatanya Aiden bak pangeran berkuda putih. Tinggi, memang badannya tampak besar dibanding Luna. Tapi itu wajar karena Aiden laki-laki. Aromanya maskulin namun tak berlebih. Garis wajahnya tegas dengan kedua alis yang tebal. Tatapan matanya?Jangan ditanya. Luna sampai lupa dunia begitu mata coklat itu menatapnya."Terima kasih sudah meluangkan waktumu," kata Aiden begitu mobil mulai memasuki wilayah kediaman Wilson.Luna terkesiap dari lamunannya. Ia lantas menoleh pada Aiden yang duduk di kursi penumpang bersamanya.Meski cahaya sedang remang, tapi Luna dapat melihat jelas bagaimana wajah tampan itu. "Sudah seharusnya aku datang. Besok kit
Aiden tetap datang ke kediaman Wilson pagi ini pukul 6 pagi. Luna tidak ada pilihan lain selain mengiyakan tawaran laki-laki itu. Meski pada akhirnya ia harus gelimpungan untuk pergi lagi naik taksi untuk menuju kantornya. Dan hari ini Selena telah mendandani Luna dengan pakaian sebaik mungkin. Membawa birkin agar terlihat bahwa dirinya sungguhan keturunan dari kelurga Wilson. Blouse hijau mint, celana putih, heels berwarna putih dan birkin yang senada dengan warna blousenya. Tidak lupa rambut blonde Luna yang kini berbentuk curly. Hal tersebut cukup memanjakan mata Aiden. Bahwa Luna tampak keren dan profesional. "Luna kau melupakan snellimu!" Selena berteriak di depan pintu dengan menjinjing snelli. Luna sontak memejamkan mata kemudian membuka pintu mobil Aiden dan menghampiri Selena. "Terima kasih Selena.""Sama-sama, jangan sampai lupa lagi kau ini seorang dokter." Selena berkata dengan begitu pelan. Luna mengangguk. "Aku pergi dulu."Selena mengangguk berikut melambaikan tang
"Apa-apaan warna rambut itu?"Luna langsung memejam mata mendengar suara Marcell yang meninggi. Di kantor memang tidak ada peraturan dilarang mengecat warna rambut. Namun siapa yang tidak pangling dengan penampilan Luna saat ini? Warna blonde terlalu mencolok dari warna rambut sebelumnya."Ehehe.. saya perlu mengganti penampilan saya agar tidak bosan." Luna berujar dengan alasan klasik. Berikut melangkahkan kakinya agar sampai di depan meja Marcell."Ck.ck..ckk.." Marcell berdecak sembari memegang kepalanya.Dari penampilan dan raut mukanya, Luna dapat melihat sesuatu telah terjadi. Sesuatu yang buruk pada perusahaan atau apapun kesalahan pekerjaan yang telah merugikan.Menghembuskan napasnya Marcell berusaha mengabaikan hal tidak penting itu. Tapi bisa-bisanya karyawannya membuat matanya sakit dengan warna rambut seterang itu."Silahkan duduk!" perintah Marcell mulai menstabilkan suara dan raut wajahnya.Luna menurut mengambil duduk di kursi depan meja Marcell.Pria yang sudah beranj
Ternyata kepanikan dan kericuhan Luna tidak hanya berakhir pada pesan makan siang dari Aiden. Gadis itu harus segera bergegas mengemasi barang-barangnya dan meluncur ke rumah sakit kala jam pulang telah tiba. Apa setiap hari Luna akan merasakan ketidak tenangan ini? Pergi bolak balik dari rumah sakit ke kantornya karena Aiden yang menawarkan untuk mengantar dan menjemput. Selena sudah menunggu di lobi rumah sakit. Begitu Luna datang turun dari taksi, gadis itu terlihat berantakan. Pasti karena panik dan terburu-buru. "Kau harus belajar berbohong dengan beribu alasan," kata Selena kala Luna telah berdiri di hadapannya. "Ya, sepertinya sekarang aku harus membiasakan diri dengan berbohong." Luna menerima cermin yang Selena ulurkan. Gadis itu paham mungkin penampilannya sedang tidak karu-karuan sampai Selena memberikan cermin. Dapat Luna lihat riasan wajah yang sudah menghilang, rambut curly badainya tadi sudah tercepol tak rapi. "Apa kau harus memindahkan box ke satu tempat ke tempa
Luna menghembuskan nafas, merasa badannya sangat lelah dan mau remuk saat itu juga. Pagi ini agenda kantor adalah mengadakan senam pagi, jadi Luna tidak terlalu terburu-buru meski pergi dua kali dari rumah sakit kemudian ke kantor."Kau tidak ikut senam?" tanya Kai dengan pakaian casualnya masuk ke ruangan dengan aroma keringat yang menyengat itu. Di leher lelaki itu sudah ada handuk untuk mengelapnya, ditangannya ada sebotol air mineral."Tidak dulu, aku sangat sibuk kalo pagi hari." Luna membalas sembari menyalakan komputernya.Kai memicingkan matanya. Seperti kemarin penampilan Luna yang penuh kejutan, hari ini Kai kembali dikejutkan dengang tas merk lain yang dibawa gadis itu. Parfum yang menguar juga tidak tercium murahan. Wajah gadis itu yang selembut pantat bayipun kini tampak lebih indah lagi."Kau melakukan pekerjaan sampingan di pagi hari?" tanya Kai. Mungkin perubahan pada penampilan Luna karena gadis itu punya pekerjaan sampingan dengan gaji fantastis.Luna tampak berpikir
Aiden membukakan pintu untuk Luna, menggandeng tangan mungilnya, menarik kursi agar Luna bisa lebih mudah untuk duduk. Itu semua berhasil membuat Luna tersanjung.Tidak hanya itu, Aiden memberi rekomendasi ice cream stroberi yang cocok di lidah Luna. Menceritakan hal menarik dalam hidupnya atau masa kecilnya. Aiden ternyata tidak seperti bayangan Luna dulu kala Selena enggan dijodohkan.Aiden hangat, perhatian, memanjakannya, dan ya apakah mungkin laki-laki itu sudah jatuh cinta pada Luna?Melupakan ungkapan cinta, justru Luna telah tersentuh oleh perilaku Aiden padanya."Ah iya, sampai lupa kau kembali bekerja jam berapa? aku akan mengantarmu." Aiden melihat pada jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya.Luna tersentak. ASTAGAA!!! gadis itu ikut melihat ke arah jam tangannya. Ia sudah terlambat satu jam lebih.Gadis itu lantas mengeluaran ponsel dari saku blazer. Menemukan 10 pemberitahuan pesan dari Hana dan Kai. Juga panggilan tak terjawab dari kepala divisi.GILA!
Selena telah mengirimkan alamat apartemen baru untuk Luna. Selain itu perempuan itu juga berpesan bahwa barang-barang Luna telah berhasil di pindahkan. Jadi Luna dapat menempati saat itu juga. Pada saat itu juga Luna meminta Aiden untuk mengantarnya ke apartemen. Kali ini tidak ada supir, Aiden sendiri yang menyetir mobilnya. Dan lihatlah.. itu semakin membuat Aiden tampak mengagumkan. Apalagi melihat Aiden memakai baju casual, kaos polo berlengan pendek. Menunjukkan bisep dan urat pada tangan laki-laki itu. Kadang masih membuat Luna bertanya-tanya mengapa Aiden memilih melajang dengan alasan sudah dijodohkan. Bisa saja laki-laki itu menjalin hubungan untuk bersenang-senang semasa mudanya bukan? Usia 28 tahun juga terlalu lama untuk menemui calon istrinya. "Usiamu benar 28 tahun kan?" tanya Luna memastikan. Seingatnya itu yang pernah Selena infokan. Senyum Aiden tertarik memperlihatkan gigi rapinya. "Benar, aku senang kau mencari tahu itu. Tapi ingat minggu depan aku berulang ta