Share

Pengantin Pengganti
Pengantin Pengganti
Author: Peachypie

Chapter 1

Laki-laki itu egonya tinggi. Bahkan ketika dia sangat mencintaimu, kau tetap akan berakhir di kakinya.

Itu adalah kutipan terakhir dari buku yang Luna baca semalam. Untuk itu Luna hidup dengan pendirian yang sulit didekati oleh laki-laki. Kini dia tidak tahu siapa yang salah. Apa benar dirinya yang terlalu sibuk dan mementingkan dirinya sendiri hingga tak mempedulikan Darren??

Atau Darren yang masih tidak mengetahui konsekuensi mencintainya. Sejak awal Luna sudah mengatakan semuanya pada Darren. Bahwa Luna tidak dapat percaya pada cinta semenjak Ayahnya berselingkuh.

Mendekatinya bukan suatu hal yang mudah. Luna tipikal gadis ambisius yang sangat mengejar karirnya. Cinta adalah nomor dua, tapi Darren tetap nomor satu. Luna menepis egonya sampai begitu. Dan Darren menyetujui semua konsekuensinya. Tapi melupakan akibatnya.

Luna menendang bebatuan lagi hingga masuk ke sungai. Tanpa sengaja fokusnya berhenti pada gadis dengan keadaan tak jauh dengan dirinya.

Mata sembab, hidung merah dan wajahnya begitu lembab akibat terlalu lama terkena air mata.

Namun yang tidak Luna sangka adalah gadis itu berdiri di luar pagar pembatas jembatan. Mata Luna melotot, memperhatikan gadis dengan rambut blonde itu.

"Astaga!"

Tanpa basa-basi. Melupakan amarah dan rasa patah hatinya, Luna berlari kencang menuju gadis berambut blonde itu.

"Heii jangan loncat!" teriak Luna entah terdengar atau tidak. Karena jarak mereka masih jauh. Belum lagi lalu lalang orang dan suara padatnya kendaraan disekitaran sungai.

Luna mempercepat larinya begitu ia melihat si gadis blonde mulai memejamkan mata hendak melepas pegangannya pada pagar pembatas.

"HEIII JANGAN LONCATT!!" Teriak Luna dengan suara lebih keras. Nafasnya tersengal-sengal berlari sekuat tenaga untuk mencegah seorang gadis yang hendak bunuh diri.

"ASTAGA!!" keluh Luna. "Pak pak tolong gadis itu ingin bunuh diri!" Kali ini Luna berteriak pada seorang pria paruh baya yang berada kurang lebih lima meter dari gadis blonde.

Namun sialnya pria itu tidak mengerti dan memilih pergi dari tempat. Mau tidak mau Luna semakin mempercepat larinya.

Dua langkah lagi bersamaan dengan gadis blonde yang melepas tangannya dari pembatas jembatan.

HAP.

Luna berhasil meraih tangan gadis blonde yang sudah loncat itu.

"Astaga berat sekali ternyata. Tidak seperti di film-film yang tampak mudah," gerutu Luna.

"Tolong aku." Gadis blonde itu tampak panik melihat hamparan luas air di bawahnya. Lalu untuk apa loncat jika takut?

Beberapa orang mulai mengalihkan perhatiannya pada mereka. Melihat Luna kesusahan menarik gadis blonde untuk naik lagi ke jembatan, beberapa dari mereka membantu.

Kiranya ada dua orang yang membantu Luna. Satu orang menarik tangan gadis blonde yang kanan. Dan satunya mendekap pinggang gadis blonde begitu tubuhnya agak naik ke atas.

"Huft." Luna mendudukkan dirinya di pinggir jembatan setelah berhasil menyelamatkan gadis yang akan bunuh diri tadi.

******

Setelah tragedi menegangkan itu, gadis blonde yang memperkenalkan diri sebagai Selena Wilson mentraktir Luna pizza di kafe sekitaran sungai.

"Aku berterima kasih soal yang tadi," ucap Selena memulai pembicaraan.

Dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik alias berantakan. Luna mengangguk meraup rakus pizza di depannya. Menangis membuatnya lapar. Belum lagi berlari dan menarik tubuh Selena.

"Siapa namamu?" tanya Selena karena sejak tadi Luna belum memperkenalkan diri padahal dirinya sudah memperkenalkan diri.

"Aku Laluna Devaux. Kau bisa memanggilku Luna," jawab Luna setelah menelan pizza yang dia kunyah.

Seharusnya ada dua orang lagi kan yang harusnya Selena traktir? Tapi kedua orang itu sedang terburu-buru dan pamit lebih dulu. Namun meski begitu Selena tetap mengatakan terima kasih.

"Kau kuliah? sudah bekerja?"

"Sudah bekerja."

Selena mengangguk-angguk. "Bagus, kau bekerja dimana?"

"Aku adalah seorang staff keuangan di Perusahaan mode. Bellagas namanya."

"Aku tahu itu, Ayahku pemilik 25% saham disana."

"Uhuk...uhuk..." Luna tersedak. Dengan sigap Selena menyodorkan air minum di depan Luna.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Selena khawatir.

Setelah minum dan meredakan tenggorokannya, Luna menatap Selena tajam. Astaga, gadis ini yaa. Sudah cantik kaya raya kenapa mau bunuh diri???

Apa gara-gara putus cinta?

Putus cinta kalau punya uang dua miliyar rasanya tidak masalah bukan?

Okey, Luna sudah keterlaluan mata duitannya.

"Ada apa?" tanya Selena bingung sebab Luna menatapnya tajam.

Ah sudahlah, Luna kembali menstabilkan raut wajahnya. "Kau kenapa loncat tadi?" sudah tidak ada basa-basi lagi. Luna sudah sangat penasaran.

Kini raut wajah Selena berubah sendu. Mengingat masalahnya, dia jadi ingin loncat lagi ke sungai. "Aku punya hari buruk hari ini."

"Okey.."

"Aku tidak tahu kenapa orangtua ku masih sangat kolot. Kau tahu aku dijodohkan!" ungkap Selena dengan memburu.

"Aku bahkan baru saja lulus dan menyelesaikan profesi kedokteranku. Aku masih ingin-"

"Apa kau bilang?" tanya Luna memotong kalimat Selena yang belum selesai.

"Dijodohkan," ulang Selena.

"Bukan, bukan yang itu. Setelahnya."

"Lulus?"

Luna mengangguk. "Kau dokter?"

"Lebih tepatnya dokter muda. Aku baru bersumpah dokter belakangan ini."

"Wow, luar biasa." Luna memuji menatap Selena dengan kagum.

"Terima kasih," balas Selena. Tapi bukan itu topik utamanya. "Jadi aku amat tertekan dengan perjodohan yang orang tua ku berikan. Katanya kakekku sudah mengenal lama kakek laki-laki itu."

Luna mengangguk-angguk saja mendengar cerita Selena. Daripada tidak ada yang mendengar keluh kesahnya dan dia jadi bunuh diri lagi kan, mending Luna dengarkan saja.

"Kau tidak menolak?" tanya Luna santai bak pertanyaan itu tidak pernah Selena lakukan sebelumnya.

"Aku melakukannya." Selena membela dirinya.

"Lalu?"

"Kau pikir semudah itu? Ini tidak semudah yang kau pikirkan nona." Entah kenapa Selena jadi agak naik darah. Mengobrol dengan Luna memang menyenangkan, tapi terkadang harus ekstra kesabaran.

Luna mengangkat tangannya. "Hey oke.. aku hanya bertanya. Lanjutkan ceritamu."

Mereka memang baru mengenal. Tapi entah kenapa seperti teman sejak sekolah dasar. Penuh keterbukaan dan apa adanya.

"Mereka tetap memaksa. Bahkan pertunangan akan dilakukan minggu depan. Ini gila!"

"Kau sudah tau orangnya?"

Selena mengangguk. "Makanya aku tidak mau."

"Dia om om sudah tua gitu ya?" tebak Luna.

"Bukan."

"Hmm.. dia sudah punya istri lima?" Luna menebak lagi.

"Dia lajang dan luar biasa tampan."

Sontak Luna menepuk tangannya. "Kenapa kau tolak??" sangat disayangkan bukan. Sudah pasti laki-laki itu juga kaya. Selena ini dokter kenapa bodoh sekali menolak laki-laki mapan dan tampan.

Mendadak Selena melirik ke kanan dan kiri. Bak memeriksa sesuatu jika ada yang menguping pembicaraan mereka. Luna jadi terbawa suasana jadi ikut mendekatkan diri.

"Dia pembunuh berdarah dingin." Tentu ini hanya alasan Selena. Sebab ada hal lain yang Selena sembunyikan. 

Mendengar itu ekspresi Luna berubah menjadi masam. Ada-ada saja Selena. Bercandanya kelewatan.

"Jangan omong kosong begitu. Mana mungkin kakekmu mau menjodohkan cucunya dengan cucu temannya yang ternyata pembunuh." Luna tidak percaya.

Selena berdecak. "Kalo begitu kau saja yang menikah dengan dia."

Luna mengangguk-angguk. "Boleh juga."

"Oke, aku akan mengatakannya pada Ayahku." Selena meraih ponselnya hendak mengetikkan pesan pada ayahnya.

Luna gelagapan panik, menurunkan ponsel Selena. "Apa? kau gila??"

"Aku serius dengan tawaran itu Luna."

"Apa?" Wajah Luna tampak pias. Sebentar. Dia jadi terpikirkan beberapa hal belakangan. Hari buruk kian menimpanya terus menerus. Mungkin hari ini juga termasuk hari buruknya. 

"Aku akan berikan bayaran untuk ini." Selena menambahkan.

Disaat itu juga pikiran Luna berkelana. Tentang hari buruknya hari ini yang diputuskan sang kekasih. Tentang kedatangan ayahnya yang meminta uang padanya dalam jumlah besar untuk membayar hutang. Tentang hari buruknya kemarin lusa ketika dia dimarahi bos akibat pekerjaannya yang berantakan. Atau tentang pemilik Apartemen yang meminta uang sewanya segera dibayarkan. 

"Satu juta dollar cukup?"

Laluna Devaux menjadi bimbang.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status