Share

Adaptasi

Penulis: Queeny
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-05 11:55:42

Dara terbangun saat merasakan sesuatu melingkar di pinggang. Mata cantik itu mengerjap beberapa kali dan terkejut saat mendapati Ciara tertidur disampingnya. 

Kapan putrinya ini masuk ke kamar mereka? Mungkin tadi malam dia terlalu lelah sehingga tak menyadari saat si mungil itu masuk.

Tapi, tunggu dulu! Tiba-tiba Dara menyadari sesuatu hal. Ada satu lengan lagi dengan posisi yang sama sedang memeluknya. Saat dia menoleh ke belakang, tampaklah wajah Dewa sedang terlelap.

Dia menutup mulut, lalu pelan-pelan menggeser tangan besar itu. Bukannya melepaskan, Dewa malah semakin erat merengkuh istrinya. Kini posisi Dara terjebak di tengah dan tak bisa bergerak. 

"Mas." Akhirnya dia menepuk lengan suaminya karena sudah tak tahan ingin ke kamar mandi.

"Apa, sih? Masih ngantuk juga," racau Dewa setengah sadar dengan mata yang masih enggan terbuka. 

"Lepas!" Pinta Dara. 

"Enak gini aja." Rengkuhan laki-laki itu semakin erat. Dia bahkan membenamkan wajah ke tubuh istrinya. 

Ups! 

Dara menggerutu dalam hati. Akhirnya dengan sedikit kasar dia menyetak lengan itu dan langsung turun dari tempat tidur dengan setengah berlari menuju kamar mandi. 

Setelah membersihkan diri, Dara mengambil mukena dan menunaikan dua rakaat yang terlambat, karena hari sebentar lagi akan terang.

"Mas, bangun. Gak subuhan?" tanya Dara.

"Ntar aja." Dewa menggeliat lalu kembali memejamkan mata. Dia bahkan mengambil guling dan memeluknya erat. 

"Astagfirullah." Wanita itu mengucap istigfar dalam hati, tak habis pikir dengan kelakuan suaminya.

"Mas udah mau siang. Subuhan dulu," ulangnya sambil mengguncang tubuh itu. 

Dewa membuka mata dan tersenyum saat melihat sosok ayu dalam balutan mukena. Rasanya seperti mimpi kalau ada bidadari sedang berdiri di hadapannya.

Lelaki itu segera bangun dan mengambil wudhu, saat menyadari bahwa istrinya sedang menatap dengan garang. 

Dara yang sudah selesai melipat mukena, langsung menuju dapur dan membuat sarapan. Entah apa menu yang disukai oleh penghuni rumah ini dia belum tahu. Apa saja kebiasaan setiap harinya juga masih meraba-raba. Semoga saja dia bisa cepat beradaptasi. 

Tangan mungilnya sibuk mencari sesuatu di dalam lemari es. Masih ada box berisi bekal makanan dari ibu, tapi mungkin itu untuk makan siang saja. 

Dia mencari lagi. Ternyata ada banyak makanan instan siap saji. Dalam hati Dara bergumam, kasihan Ciara jika diberi makanan seperti ini terus. 

Setelah menimbang beberapa saat, akhirnya dia memilih untuk membuat nasi goreng dengan telur dan sosis sebagai isian. Lalu menghangatkan ayam kecap dari box hingga kering sebagai lauknya.

Tidak ada sayur, jadi nanti kalau si bibik datang dia akan pergi ke pasar dan bebelanja bahan segar. 

"Harumnya. Lama masak apa?" Ciara muncul bergandengan tangan dengan papanya.

Dara menoleh dan tersenyum lalu menarik kursi untuk putrinya.

"Coba lihat." Dia meletakkan semangkuk besar nasi goreng dan ayam.

Mata gadis kecil berbinar melihat sajian di meja. Dara mengambilkan bagian untuk Ciara, juga untuk Dewa.

Pada saat meletakkan piring di depan suaminya, tangan mereka bersentuhan. Sepertinya Dewa sengaja melakukan itu. Terbukti saat Dara hendak menarik tangan, jemarinya malah digenggam erat.

Dewa menatapnya dengan lekat, berharap wanita itu membalas namun harapannya sia-sia. Dara tetap cuek dan kembali menyendok nasi.

"Mama papa kok pegangan tangan?" tanya anak itu dengan polos.

"Biar romantis," jawab Dewa asal yang sukses membuat rona di wajah Dara memerah karena malu. 

Setelah mengambil bagiannya sendiri, mereka makan dalam diam. Ciara yang memimpin doa kali ini. Suaranya lantang dan fasih saat mengucapkannya. 

"Jangan dicuci piringnya. Sebentar lagi bibik datang buat bersih-bersih," cegah Dewa saat melihat istrinya hendak menyalakan keran air. 

Mereka sudah selesai makan dan Ciara memilih untuk menonton film kartun kesukan, Barbie.

"Terus aku ngapain?"

"Ya istirahat aja. Temani Ciara main. Atau temani papanya juga boleh," ucap Dewa menggoda.

Dara mengabaikan ucapan itu lalu membersihkan tangan dan menuju ruang keluarga.

Dia ikut menonton bersama dan sesekali mengangapi saat Ciara bercerita mengenai kisah putri yang bertemu dengan pangeran. 

Dewa mengekori istrinya, lalu duduk di sebelah Dara. Laki-laki itu dengan cueknya malah melingkarkan lengan di bahu istrinya. 

"Bagus ya filmnya?"

"Iya, Pa. Itu mereka pegangan tangan. Kayak mama sama papa tadi," tunjuk Ciara.

"Kalau cinta memang begitu," jawab Dewa santai. 

Dara membuang wajah ke samping saat mendengar ucapan suaminya. Sepertinya lelaki ini sengaja berulah di depan putrinya sekaligus memanfaatkan kesempatan. 

"Papa cinta kan sama mama?"

"Iya, cinta," kerlingnya.

"Kalau sama mama Laura? Cinta gak?"

Lelaki itu tersentak. Mengapa Ciara menanyakan hal itu disaat seperti ini. Dewa menjadi tak enak hati. Namanya juga anak-anak, apa yang mereka rasakan itu yang diucapkan.

"Cin-ta juga."

"Gak boleh cinta dua-duanya, Pa. Kan pangeran cuma sama satu putri. Jadi papa cinta sama Mama Dara aja."

Mereka berdua saling berpandangan kemudian tergelak. Dara menutup mulut, sementara Dewa mengusap wajah berkali-kali.

"Iya. Papa cuma cinta sama Mama Dara." 

Lelaki itu mengerling lagi. Sementara itu, Dara berpura-pura tidak tahu sambil terus menatap layar televisi. Padahal dalam hati berdebar tak karuan.

Mereka asyik menonton saat terdengar bel pintu berbunyi. Dara melepaskan tangan Dewa kemudian berjalan ke depan membuka pintu.

"Nyonya," sapa seorang wanita paruh baya yang kemudian langsung masuk ke dalam.

"Bibiiikkk!" Ciara berlari dari dalam dan memeluk si bibik.

Melihat itu hati Dara terenyuh. Sungguh kasihan sekali anak ini. Di usia yang masih kecil harus kehilangan sosok ibu. Lalu terobati dengan hadirnya Laura yang kemudian harus berpulang untuk selamanya.

Boleh dibilang, Laura yang selama ini menjadi sosok mama Ciara, karena dia tumbuh di bawah pengasuhan adiknya. Mengapa mereka berpacaran cukup lama? Itu karena adiknya tak mau melangkahi. Ketika Dewa mendesak, akhirnya Laura bersedia. 

"Apakah aku sanggup menjadi ibu yang baik dari anak yang bukan darah daging sendiri?" Dara bergumam dalam hati.

Jika dibanding dengan Laura, tentu saja dia masih kalah jauh. Sekalipun dia seorang guru, mendidik murid tentulah berbeda dengan mendidik anak. 

"Mama kok melamun? Ayo masuk. Temani Cia nonton lagi. Bibik katanya mau bikinkan kue. Ya kan, Bik?" tanya Ciara.

"Iya. Nanti kalau kue udah jadi, bibik antar sama teh hangat. Gimana?" tawar wanita paruh baya itu. 

Anak itu mengangguk senang lalu menarik tangan Dara kembali ke dalam.

Mereka kembali menonton untuk beberapa saat dan itu membuat Dara menjadi bosan. Namun dia menyadari satu hal, bahwa dia sudah terikat dengan keluarga ini. Entah dalam jangka waktu yang lama atau hanya sementara.

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti   Tersinggung

    "Mau kemana?" tanya Dewa saat melihat istrinya sudah berganti pakaian."Mau ke pasar. Beli sayur. Di kulkas cuma ada lauk," jawab Dara."Mas anter, ya.""Gak usah. Aku sama bibik. Cia juga mau ikut.""Cia gak usah pergi. Kan baru sembuh. Kamu sama bibik aja berdua," cegah Dewa."Kasian, Mas. Lagian aku cuma bentar. Dapat yang dicari langsung pulang," pinta Dara.Tak tega dia melihat anak itu saat memohon tadi. Dara juga sebenarnya sudah menolak halus, tapi Ciara merajuk dan menekuk bibir. Akhirnya dia luluh dan mengizinkan."Jadi mas sendirian di rumah?""Kami sebentar aja, kok. Itu di kulkas isinya makanan instan semua. Masa Cia makannya nugget sama sosis terus. Kurang bagus untuk pertumbuhan," jelasnya.Makanan siap saji memang disukai anak-anak dan praktis. Namun, jika dikonsumsi terlalu berlebihan tidak bagus juga buat kesehatan."Siap Bu Guru.""Kalau gitu aku jalan dulu," pamitnya."Kalian naik apa?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • Pengantin Pengganti   Misi

    Sudah satu minggu mereka menikah, dan selama itu juga Dara berada di kamar Ciara. Alasan Dara tetap sama, kasihan putrinya jika tidur sendirian sekalipun sudah sembuh.Itu membuat Dewa diam-diam menyimpan rasa kesal. Putrinya juga sama, lebih senang ditemani oleh Dara dari pada dirinya.Sudah satu minggu ini juga Dara mempelajari kebiasaan keluarga ini. Dari Dewa yang suka menyimpan handuk basah di kasur, meletakkan tas kerja atau ponsel di sembarang tempat, juga menarik baju sembarangan dari lemari.Ah, rasanya semua laki-laki memang begitu.Satu lagi, Ciara terlalu dituruti semua keinginannya sehingga anak itu sangat manja. Apa pun yang ingin dia minta untuk jajan, maka Dewa akan langsung membelikan, tak peduli itu baik untuk kesehatan atau tidak.Alhasil, hari ini anak itu mengeluh sakit gigi."Tadi beli apa waktu jalan sama papa?"Ciara memandang Dara deng

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • Pengantin Pengganti   Tak Disangka

    Sepanjang perjalanan menuju dokter gigi semua terdiam. Dara memilih duduk di kursi belakang, sementara Ciara duduk di depan bersama Dewa.Anak itu tidak mau dipangku. Katanya dia sudah besar, walaupun sikapnya masih manja sekali.Berkali-kali Dewa melirik istrinya melalui kaca spion dan mendapati Dara sedang melamun dengan pandangan menatap keluar.Tadi saat di mencuri ciuman, wanita itu terdiam sesaat, kemudian mendorong tubuhnya pelan. Lalu Dara keluar kamar begitu saja tanpa berucap sepatah katapun. Itu membuatnya bertanya-tanya dalam hati.Apa istrinya marah atau bagaimana? Wajah Dara tanpa ekspresi sama sekali. Dia juga hanya menyentuh sedikit dan belum punya nyali untuk melanjutkan.Dewa mengusap bibir dengan jari saat teringat akan kejadian tadi. Senyumnya melengkung indah sejak awal berangkat hingga sekarang.Tiba di tempat praktek, dia sibuk mencari tempat

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • Pengantin Pengganti   Penolakan

    Dara mundur ke belakang saat Dewa semakin mendekat. Posisinya terpojok di dinding dan tak bisa bergerak ke arah manapun."Mas udah janji!" teriak Dara."Iya benar. Tapi apa salahnya? Kita udah halal."Wanita itu menggeleng. Dengan bibir gemetaran dia berucap, "Kita udah sepakat. Apa mas mau memanfaatkan aku?"Dewa terdiam lalu tersenyum pahit. Mereka berdiri berhadapan dan saling menatap."Aku udah ngorbanin diri demi kebahagiaan Cia. Kenapa mas menuntut sesuatu yang udah kita bicarakan sejak awal. Kalau tau jadinya begini, lebih baik gak usah!" ucapnya lagi.Dewa tersentak. Ucapan Dara tadi benar-benar menohok hatinya. Dia tak membalas apa pun. Wanita jika sedang marah memang lebih baik didiamkan hingga reda dengan sendirinya."Mulai sekarang aku pindah ke kamar Cia."Dara mengambil buku-buku yang berserakan di lantai dan memasukkannya ke dalam tas

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • Pengantin Pengganti   Wejangan

    Gadis kecil itu menunggu dengan gelisah tapi mamanya belum datang."Cia belum dijemput?" tanya salah seorang guru saat melihat salah satu muridnya itu masih berada di kelas. Dia masih memeriksa pekerjaan rumah sehingga belum pulang."Mama belum datang.""Katanya tadi gimana?""Tunggu sampai mama datang.""Kalau gitu kita tunggu. Ibu temani."Ciara membuka kotak bekal yang tadi disiapkan bibik. Sebagian sudah habis, yang tersisa hanya sandwich isi ayam."Ibu mau?""Gak usah. Kamu makan aja."Ciara langsung melahapnya dan meminum air putih. Dia jarang jajan di kantin, hanya sesekali. Itu sudah dibiasakan sejak pertama kali masuk sekolah saat masih ada Laura."Maaf mama telat, ya." Dara tergesa-gesa masuk ke kelas, karena sempat tersasar ruangan."Ayok pulang, Ma. Katanya mau ke rumah nenek

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • Pengantin Pengganti   Ikhlas

    Dewa berjalan mendekati istrinya yang masih termenung di depan lemari. Sengaja dia berdiri di belakang wanita itu."Yang mas transfer tadi udah masuk?" bisiknya lembut. Kedua tangannya memegang bahu Dara dengan lembut."U-dah, Mas. Makasih," jawab Dara gugup."Dipakai buat apa?" tanya Dewa berbasa-basi.Sebenarnya dia tak terlalu mempermasalahkan untuk apa uangnya digunakan. Bagi Dewa, nafkah yang sudah diberikan itu hak istri sepenuhnya. Terserah Dara mengaturnya."Traktir Riri makan siang, sama ngasih Ibu dikit. Nanti weekend mau ajak Cia jalan," jawab Dara gugup. Tangannya gemetaran sejak tadi.Jangan tanya degup jantung, serasa hendak melompat keluar karena detaknya begitu kencang."Siapa Riri?" tanya Dewa lagi. Kali ini dia maju selangkah dan mereka sudah tak berjarak."Sahabat aku di sekolah."

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • Pengantin Pengganti   Cemburu

    "Kak. Jaga Dewa untukku."Dara terbangun saat merasakan ada tepukan di pipi. Matanya mengerjap berkali-kali dan melihat sosok Riri sedang menatapnya."Kamu demam, Ra. Ayo aku antar pulang. Sekolah udah sepi.""Memangnya ini jam berapa?""Jam 4.""Astagfirullah. Aku gak ikut pertemuan jadinya.""Tadi udah dibilangin kamu lagi sakit. Jadinya gak apa-apa.""Syukurlah.""Kamu abis ngapain sampai sakit gini? Di rumah disuruh nguras bak mandi?" tanya Riri. Dia membantu Dara duduk karena sahabatnya itu terlihat lemas sekali."Kecapean kali ini. Soalnya Cia sama Mas Dewa sempat sakit. Jadinya aku ngurusin mereka berdua," elak Dara. Tak mungkin juga mengatakan yang sebenarnya kepada Riri."Kamu izin aja kalau emang gak sanggup kerja. Daripada drop begini."Dara mencoba berdiri. "Aduh." Wanita itu meras

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • Pengantin Pengganti   Positif

    Bunyi muntahan terdengar dari kamar mandi. Dewa yang terlelap langsung membuka mata dan duduk bersandar di head board ranjang. Hari masih gelap dan dia masih mengantuk. Nyawanya masih setengah terkumpul dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih.Dia berjalan menuju kamar mandi saat suara muntahan terdengar lagi. Begitu pintunya terbuka, tampaklah Dara sedang mengeluarkan seluruh isi perutnya. Satu tangan istrinya berpengangan di pinggiran wastafel dengan keran air yang mengucur deras.Refleks dia membantu memijat tengkuk dan bahu istrinya. Dara sendiri terlihat lemah dengan wajah pucat dan napas yang tidak teratur."Kamu kenapa?""Gak tau. Bangun tidur perut aku kembung terus mual banget," jawab wanita itu sambil memijat dahi yang berdenyut sejak tadi."Cuci muka dulu biar seger. Aku bikinkan teh hangat," kata Dewa mengambilkan handuk kecil untuk istrinya.Dara mengambil handuk itu dan membasuh mukanya. Rasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti   Harapan Baru (Ending)

    Dara mengernyitkan dahi ketika mobil Dewa berbelok ke arah rumah. Tadinya, dia berpikir kalau mereka akan menjemput anak-anak setelah acara akad nikah Riri. "Kita gak jemput anak-anak, Mas?" tanya wanita itu heran. Dewa menjawab pertanyaan istrinya dengan gelengan dan bersiul sembari menyetir. Lelaki itu sudah mengatakan kepada mamanya bahwa mereka akan datang ke sana setelah Magrib. Jadi, masih ada beberapa jam untuk bisa berduaan. "Kasihan Sarah, Mas. Nanti dia cari aku," ucap Dara. Setiap ada undangan pernikahan, mereka memang jarang membawa anak-anak. Namun, Dara juga tak akan pergi lama. Setelah acara selesai dia akan menjemput mereka. "Mas kenapa, sih? Kok aneh?" tanya Dara saat mobil sudah terparkir di halaman rumah. Dewa menarik lengan istrinya saat mereka akan masuk. Suasana sepi siang ini karena tak banyak kendaraan yang berlalu lalang di sekitaran komplek. Apalagi cuaca agak mendung, sehingga membuat

  • Pengantin Pengganti   Riri dan Radit

    Dara menuntun Riri memasuki ruangan itu. Sahabatnya itu adalah anak tunggal sehingga hanya dia sendiri yang mendampingi. Ada sepupu dan keponakan, tetapi justeru dia yang dipilih. Acara pertunangan ini mirip dengan yang biasa dilakukan oleh para artis di televisi. Hanya saja dibatasi dan dihadiri oleh keluarga. Namun, dekorasi yang mewah sudah menjawab bahwa Radit tak main-main dalam mempersiapkan masa depannya. Seserahan yang dibawa dari pihak laki-laki cukup banyak. Dara sampai tertegun saat melihat isinya. Apalagi ketika Riri memperlihatkan cincin berlian yang dibeli Radit untuknya. "Radit royal banget ya, Ra. Aku tegur dia biar gak terlalu berlebihan," curhat Riri sehari sebelum acara dilangsungkan. "Ya gak apa-apa. Kan buat istri sendiri. Lagian dia memang udah mapan. Udah punya rumah sendiri. Nanti habis nikahan bisa langsung kamu tempati. Kayak aku sama Mas Dewa dulu.

  • Pengantin Pengganti   Hari Bahagia Untuk Keysa

    Satu minggu kemudian. Suasana di ballroom hotel itu begitu meriah. Setiap sudut ruangannya berhiaskan bunga-bunga, juga penggung tempat kedua mempelai bersanding. Berbagai lampu kristal menhiasi setiap sudut ruangan. Dekorasi yang begitu mewah menandakan bahwa yang mempunyai acara adalah keluarga terpandang. Apalagi saat melihat sajian dan souvenir untuk para tamu. Juga bagusnya pakaian yang dikenakan oleh para bridesmaid dan groomsmen. Keysa tampak anggun dengan gaun pengantin putih rancangan seorang designer terkenal. Sebuah mahkota bertahtakan berlian tersemat di kepalanya. William memesan itu sebagai tanda bahwa wanita itu adalah ratu di hati dan hidupnya. Keysa menyambut para tamu dengan antusias sekalipun perutnya begitu kentara terlihat. Wanita itu tampak santai, begitu pula dengan keluarganya. Bahkan William kerap mengusap perut istrinya selama acara berlangsung. William terlihat begitu gagah dengan jas hitam ya

  • Pengantin Pengganti   Pilihan

    Dara menatap wajah Dewa dengan gamang. Ucapan suaminya tadi cukup membuat hatinya galau setengah mati. Jika dia mengiyakan penawaran itu, maka mereka akan memulai hidup baru di kota lain. Bukannya Dara tak mau mengikuti Dewa bertugas dan mengabdi sebagai istri yang taat. Hanya saja beradaptasi dengan lingkungan baru itu cukup melelahkan. Apalagi Sarah masih kecil. Sekolah Ciara juga harus pindah jika sampai itu terjadi. "Ini kesempatan emas buat kita. Kalau menjadi kepala cabang, tentunya penghasilan aku bakalan lebih besar. Jadi kalian bisa lebih sejahtera," bujuk Dewa lembut. Dara masih menatap suaminya dengan perasaan tak menentu. Istri mana yang tidak tergiur jika dijanjikan kemewahan dunia. Namun, hatinya masih bimbang. Dewa yang melihat Dara tampak meragu, akhirnya memilih untuk mengalah dan tak mau memaksakan kehendak. "Tapi tentunya kalau kamu setuju. Kalau gak mau, aku ikhlas walau cuma jadi manager di sini,"

  • Pengantin Pengganti   Ketegasan Hati

    Sebuah panggilan membuat Dewa menoleh. Tampak sosok Keysa, dengan perut yang terlihat membulat, berjalan agak cepat untuk menghampirinya."Wa!""Ada apa?" tanya lelaki itu malas. Dia sudah menduga apa yang akan dilakukan oleh Keysa."Kamu udah lunch?"Dewa membuang pandangan karena kesal. Hampir setiap hari Keysa datang dan mengajaknya makan siang. Hal itu membuatnya malas karena tak enak hati kepada William. Lelaki itu pastilah menyimpan rasa cemburu karena calon istrinya berduaan dengan lelaki lain.Hanya saja Dewa belum tahu apa yang harus dilakukan untuk menolak keinginan Keysa. Jika dia bersikap kasar, dikhawatirkan akan berdampak pada pekerjaan."Udah," jawab Dewa berbohong. Padahal dia baru saja akan makan di ruangan, karena hari ini memesan secara online."Yah, aku telat, dong!"Raut wajah Keysa berubah kecewa. Sekalipun begitu, wanita itu tetap terlihat cantik. Kehamilan membuat tubu

  • Pengantin Pengganti   Lamaran

    Radit menggosok tangan karena gugup. Sementara itu kedua orang tuanya malah tersenyum geli. Hari ini mereka akan melamar Riri, berdasarkan musyawarah kedua belah pihak. Acaranya tidak formal, hanya pertemuan dua keluarga inti. Nanti jika mereka mencapai kesepakatan, baru akan diadakan acara pertunangan yang melibatkan keluarga besar."Ayo pencet belnya. Masa' gitu aja takut," ucap papanya.Radit menarik napas panjang untuk mengurangi rasa gelisah. Lelaki itu menatap mamanya berulang kali untuk meminta kekuatan."Anak mama ini. Ngobatin gigi yang parah aja berani, masa mau ke rumah calon mertua takut," ledek mamanya.Radit kembali hendak menekan bel ketika tiba-tiba saja pintu rumah terbuka. Hal itu membuatnya terkejut dan hampir berteriak. Sosok Riri yang berbalut gamis muncul menyambutnya."Eh, calon istri," ucapnya spontan.Semua orang tergelak mendengar ucapannya. Lalu, Radit langsung membuang pandangan dengan wajah mero

  • Pengantin Pengganti   Feeling

    Riri tertegun saat membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Gadis itu mengusap dada karena tak percaya dengan apa yang baru saja dia baca.'Hari Minggu nanti Mama sama Papa aku aku mau datang ke sini. Apa boleh kami ke rumah kamu?'Radit mengirim pesan itu satu jam lalu dan Riri belum sempat membalas. Gadis itu masih mengajar hingga siang hingga tak sempat menyentuh ponsel. Ketika jam istirahat tiba, dia langsung membaca kotak masuk dan terkejut membacanya.'Oke.'Hanya itu yang Riri ketikkan saat membalas. Dia kelaparan karena tadi pagi hanya sarapan sedikit. Gadis itu bergegas ke kantin dan memesan semangkuk bakso sebagai pengganjal perut."Sendirian, Neng?"Sebuah suara mengejutkan Riri. Gadis itu menoleh dan mendapati Dara sedang menghampirinya."Loh, kamu kok ke sini?""Kangen sekolah. Kangen mie ayamnya."Riri menggeser posisi dan membiarkan Dara duduk di sebelahnya. Gadis itu melambaikan tangan ke

  • Pengantin Pengganti   Perjuangan Riri

    Riri menepikan motor di parkiran rumah sakit dan membuka jaketnya. Cuaca cukup dingin pagi ini. Dia tidak mengajar karena ini hari Sabtu. Wanita itu ingin bertemu dengan kekasihnya. Sudah lama mereka lost contact. Sejak keberangkatan Radit untuk mengikuti seminar, lelaki itu seperti hilang ditelan bumi.Padahal Radit berjanji akan melamarnya sepulang dari luar kota. Riri menunggu dengan sabar. Sayangnya, entah mengapa lelaki itu sulit dihubungi."Poli gigi di mana ya?" tanya Riri kepada salah satu petugas resepsionis yang berjaga di depan."Mbak sudah daftar?""Saya bukan pasien. Saya mau ketemu Dr. Radit," jawabnya dengan yakin.Resepsionis itu memandang Riri dengan lekat seolah-olah mencari tahu identitasnya. Radit adalah salah satu dokter favorit di rumah sakit ini. Selain berwajah tampan, lelaki itu juga ramah kepada karyawan lain dan pasien.Status Radit yang masih lajang juga menambah nilai plus, sehingga banyak

  • Pengantin Pengganti   Keysa Berulah

    Kantor pagi itu terlihat lebih meriah dari biasanya. Seluruh ruangan tertata rapi dengan tambahan beberapa perabotan baru. Para karyawan berpenampilan terbaik hari ini karena pemilik perusahaan akan berkunjung. Ada banner ucapan selamat datang di depan pintu masuk. Nama William tertulis besar sebagai penghormatan. Sepasang kekasih itu turun dari mobil sembari bergandengan tangan. Mereka saling bertatapan mesra dan tersenyum senang. Keysa tampak semakin cantik karena tubuhnya terlihat lebih berisi. Perutnya memang membuncit karena ada janin yang sedang bersemayam di dalamnya. "Kenapa aku harus ikut ke kantor?" bisik Keysa ketika beberapa orang menghampiri mereka. "Karena aku ingin memperkenalkan kamu kepada semua karyawanku," jawab William dengan bahasa yang kaku. Sejak Keysa menyetujui perjodohan mereka, William mulai mempelajari banyak hal mengenai Indonesia. Dia mulai mencicipi berbagai menu khas daerah, juga belajar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status