Melissa terdiam tak bisa berkata-kata, apa yang Marissa katakan membuatnya sedikit bingung dan goyah. Dia ingin percaya pada apa yang Erlangga katakan di awal pernikahan mereka bahwa dia akan menjalani pernikahan ini dengan sesungguhnya tetapi apa yang Marissa katakan juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagaimana kalau memang selama ini Erlangga hanya emosi dan dia belum menyadari bahwa perasaannya pada Marissa memang tidak pernah berubah sama sekali?“Pergilah dan tinggal bersama nenek di Bogor.” Ucap Marissa. “Aku yakin dengan perginya dirimu, keadaan akan kembali seperti semula. Sekali ini saja, tolong bantu aku.” Ucap Marissa memohon pada Melissa.“Bagaimana kalau sekali ini saja aku yang meminta bantuanmu? Jangan mengusirku dari sini.” Ucap Melissa pada Marissa.“Melissa, bawa semua tabungan Ibu. Kau ingin berkuliah, kan? Ini pakai semua tabungan Ibu. Tinggallah dengan nenekmu, temukan kebahagiaanmu. Ibu mohon, Melissa.” Ucap Ibu Melissa dengan permohonan. Wanita itu meraih ta
Wajah Melissa menghantam dada bidang Erlangga, tidak keras tetapi cukup membuatnya memekik terkejut. Melissa mengangkat kepalanya ke atas. Tatapan mereka saling mengunci satu sama lain.“Kau habis menangis?” Tanya Erlangga.“Erlangga…” ucap Melissa lalu mencoba bangun namun Erlangga dengan cepat membalik tubuhnya hingga posisi pria itu kini menindih Melissa.“Apa yang kau lakukan, lepaskan aku!” ucap Melissa panik. Erlangga menahan kedua tangan gadis itu di sisi kepalanya dengan keras.“Apa yang sedang kau lakukan di sini? Menggodaku?” Tanya Erlangga dengan dingin. Melissa masih dapat merasakan emosi pria itu masih belum surut.“Tidak, aku tidak tahu kau ada di sini. Biarkan aku kembali ke kamar.” Ucap Melissa lalu mencoba mendorong Erlangga namun usahanya tidak membuahkan hasil apa pun. Erlangga justru semakin mengeratkan cengkeramannya pada pergelangan tangan gadis itu.“Erlangga, tolong lepaskan aku. Kau menyakitiku.” Ucap Melissa memelas. Perlahan cengkeraman pria itu mengendur te
Melissa memotong ucapan Erlangga. Ia tahu bahwa semakin dibiarkan, pria itu akan mengatakan kalimat-kalimat yang lebih menyakitkan lagi. Untuk sepersekian detik suasana begitu senyap. Bahkan Melissa bisa mendengarkan bunyi jantungnya sendiri yang berdetak begitu cepat.Erlangga mengambil botol wine dari lantai lalu meneguknya langsung dari botol. “Siapa?” Tanya Erlangga singkat.“Siapa apanya?” Tanya Melissa bingung.“Siapa ayah dari bayi di kandunganmu?” Tanya Erlangga.Mata Melissa sontak terbelalak mendengar ucapan Erlangga tetapi dia berusaha menormalkan kembali ekspresinya. Rasanya seperti seseorang baru saja menusuknya tepat di dada. Air matanya berdesakan ingin keluar tetapi dia berusaha menahannya mati-matian. Dia tidak mau menangis di hadapan pria yang baru saja merendahkan dirinya.“Jangan keterlaluan begitu. Kau pikir aku pelacur?” Ucap Melissa dengan santai seolah pertanyaan Erlangga tidak memengaruhinya sama sekali.Erlangga menyadari bahwa dia sudah keterlaluan sekali. P
Erlangga duduk bersandar menatap gamang pada layar komputer, tepat di hadapannya layar menampilkan Melissa yang sedang berjalan membawa koper besar dan tas ranselnya. Gadis itu meninggalkan rumahnya tadi malam satu jam sejak dia kembali dari ruang penyimpanan wine milik keluarganya. Erlangga mengusap wajahnya dengan kasar. Otaknya masih mengulang semua yang ia lihat di layar komputer. Apa yang sebenernya terjadi di rumah gadis itu semalam. Sebelum ke ruang penyimpanan wine, Melissa terlihat mengunjungi rumahnya. Lalu mengapa Marissa mengejarnya dan tampak berteriak pada Melissa ketika gadis itu keluar dari rumah mereka. Dia tahu keluarga gadis itu mungkin kembali memberinya tekanan, tapi kali ini apa yang mereka pertengkarkan hingga membuat Melissa begitu terlihat sedih semalam.“Tenanglah aku hanya bercanda, aku hanya ingin mengerjaimu tapi responsmu sangat menyakitiku.”Ucapan Melissa muncul dalam benak Erlangga. Pria itu langsung berdiri terlonjak dari tempat duduk. Bagaimana kalau
Satu hari sebelum menghilangkannya Melissa, Shinta mencari-cari Melissa. Gadis itu baru keluar dari pertapaannya semenjak merasa bersalah dari tindakannya yang memlagiat karya Melissa. “Hai... Aku tahu kau pasti di sini di jam segini,” ujar Shinta di sebuah halte bis yang mana Melissa sedang termenung mendengarkan musik. “Shinta?” Karena terkejut dan tidak menyangka akan kehadiran Shinta di hadapannya Melissa sampai terperangah dan berdiri perlahan dari duduknya. “Ekspresi mu menunjukkan kau tidak menyukai kehadiranku, hmmm...tapi bisa maklumin atas perbuatanku tidak mungkin kau menyukaiku sekarang seperti dulu kau pasti membenciku kan Melissa?” ujar Shinta dengan sendu. Wajah Melissa yang awalnya datar menjadi canggung. Ada apa tiba-tiba muncul sekarang setelah menghilang cukup lama? Pikir Melissa. “Aku mencarimu untuk meminta maaf padamu, asal kau tahu karyamu aku tarik lagi dari penerbitan, aku tidak sanggup melakukan kecurangan itu padamu,” wajah berharap dan mata
1 bulan sudah Erlangga seperti orang gila yang sangat kacau mencari istrinya yang hilang. Beberapa detektif bayarannya sudah berpencar mencari juga. Erlangga sudah tidak pulang ke rumahnya beberapa hari, ia pulang hanya untuk membersihkan dirinya dan bergantian pakaian setelah itu ia pergi lagi. Keluarga Erlangga amat sedih menyaksikan apa yang terjadi, mereka juga menyayangkan kejadian saat itu Melissa yang tidak mendapatkan bantuan dari siapa pun saat fhoto-fhoto Melissa dan saat wanita muda itu di sidang di keluarga. Mamanya Melissa sudah tidak bekerja lagi di rumah keluarga Erlangga. Hanna meminta ibunya Melissa untuk introspeksi diri sampai menantu mereka kembali. Sedangkan Marissa menjadi seperti orang gila, rasa malunya sudah habis. Berulang kali menampakkan dirinya di keluarga Erlangga untuk mencari simpati tapi di abaikan oleh semua orang. Seluruh keluarga Erlangga sibuk mencari Melissa. “Saya tahu kamu sangat menyesali tindakanmu tapi tetap saja yang berada di at
Dua bulan sudah Melissa menghilang, Rangga sudah mencari ke mana pun yang ia bisa, sudah menyewa detektif swasta untuk melacak keberadaan Melissa tapi hasilnya masih nihil. Rangga sudah prustasi, pekerjaannya banyak yang terbengkalai, Untung Ayahnya langsung menghandle pekerjanya. Tiga mingguan setelah hilangnya Melissa, kebenaran tentang fhoto-fhoto yang di kirim orang tidak di kenal pun terungkap kalau itu semuanya adalah rekayasa. Melissa di jebak, Erlangga kian kecewa karena Lee sahabatnya ternyata pengkhianat. Kini, Erlangga hanya bisa menyesali perbuatannya yang gegabah. Kata-katanya yang buruk malam itu. Setiap malam Erlangga selalu berada di gudang penyimpanan wine. Ia selalu mengingatkan kata-kata terakhir Melissa. Apakah Melissa benar-benar hamil saat itu? Arrrgggghhh.... Rangga prustasi. Sedangkan di tempat lain, Melissa menikmati masa-masa kehamilan mudanya, setelah puas makan apa yang ia minta tadi dari Shinta kini ia di disibukkan dengan muntah-muntah di kamar ma
Erlangga tersadar dari lamunannya. Ia memperhatikan Melissa yang saat ini terbaring di atas sebuah ranjang. Wajah cantiknya tidur dengan tenang dan damai. Erlangga duduk di sofa panjang terletak di samping ranjang Melissa. Satu jam yang lalu Erlangga membawa Melissa untuk makan bersama. Tapi setelah selesai makan Melissa, merasakan dia amat mengantuk dan terkulai tidur di meja makannya. Erlangga hanya memperhatikan Melissa. Ekspresi amat datar dan dingin. Erlangga yang sudah mendapatkan panggilan atas Marissa merasakan kekhawatiran akan kembalinya Marissa dan juga kemarahan atas hubungan Rio dan Melissa.Erlangga membawa Melissa ke pavilium pribadinya. Tatap mengerikan Erlangga menghiasi wajahnya. Ia menatap wajah Melissa, ada kebimbangan dan rasa iba yang ia rasakan tapi ia membunuh rasa itu dengan segera. Pengkhianatan Marissa dan perbuatan-perbuatan perselingkuhan Marissa membuat Erlangga gelap mata. Ia langsung bangkit dari duduknya dan meraih ransel hitam. Meskipun masi