“Ya, sejak kecil aku selalu mengekori ibu ke dapur memasak untuk keluargamu. Lama-kelamaan aku jadi suka memasak.” Ucap Melissa.“Jelas terlihat.” Ucap Erlangga pelan.“Kalau Marissa–”“Kau bilang lebih sering mengunjungi bioskop dan tempat DVD. Kau suka menonton film?” tanya Erlangga, dia sengaja memotong obrolan Melissa tentang Melissa. Erlangga ingin mendengar sesuatu tentang gadis itu bukan Melissa.“Ya, aku sangat suka menonton film.” Ucap Melissa.“Aku punya setumpuk DVD di rumah. Ada home theater juga di rumah.” Ucap Erlangga.“Kapan kau akan mengajakku nonton di sana? Sudah lama aku ingin masuk ke sana.” Tanya Melissa penuh harap.“Kapan pun kau ingin.” Ucap Erlangga. Rasanya mudah sekali mewujudkan keinginan Melisa, gadis itu memang memiliki pribadi yang unik. Erlangga merasa sepertinya hal-hal menjadi mudah bila sudah berhubungan dengan gadis ini.“Jangan lupa kita akan ke tempat barang antik di sebelah.” Ucap Melissa.“Iya, tenang saja.” Balas Erlangga tak acuh. Keduanya la
“Tunggu sebentar.” Ucap Erlangga lalu merogoh saku celananya. Melissa menunggu dengan penasaran.“Ini.” Ucap Erlangga lalu setengah melempar sebuah kotak pada Melissa.“Astaga!” ucap Melissa sambil berusaha menangkap benda tersebut.“Apa ini?” ucap Melissa sambil membuka benda tersebut.“Untukmu.” Ucap Erlangga singkat.Melissa dengan cepat membuka kotak kecil di tangannya. Ketika kotak terbuka, Melissa menatap benda tersebut dengan kening berkerut lalu kemudian sebuah senyuman penuh kebingungan muncul di wajahnya.“Sebuah gembok dan kunci?” ucap Melisa sambil menatap Erlangga dengan bingung.“Bagus, kan?” tanya Erlangga.“Hmm ini aneh tapi lumayan unik. Ini pasti mahal?” ucap Melissa. Erlangga memutar bola matanya mendengar ucapan gadis itu.“Kau tenang saja, suamimu ini lumayan kaya.” Ucap Melissa santai.“Jangan sombong. Tapi ini benar-benar unik.” Ucap Melissa sambil menatap gembok dan kunci di dalam kotak. Dia lalu mengambil benda tersebut dari dalam kotak.“Walaupun berkarat kar
Melissa Keluar dari dalam kamar mandi setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan. Dilihatnya Erlangga sedang mengutak-ngatik ponselnya. Apa yang sedang pria itu lakukan?“Kau sedang apa?” tanya Melissa.“Mengetik pesan.” Balas Erlangga tak acuh.“Aku mau buat susu coklat, kau mau?” tanya Melissa, mendadak dia bingung dengan dirinya sendiri. Mengapa dia jadi begitu baik pada Erlangga. Mengapa setelah mereka pergi bersama hari ini, dia merasa Erlangga itu bisa menjadi seorang teman yang baik.“Boleh, tidak usah pakai gula.” Balas Erlangga.“Mana enak.” Timpal Melissa.“Buatkan saja.” Desis Erlangga.“Ish– dasar tukang perintah.” Ucap Melissa lalu keluar dari kamar. Erlangga mengangkat kepalanya dan menatap istrinya yang telah menghilang di balik pintu.Erlangga mengusap tengkuknya, permasalahan perusahaan sedikit menyita perhatiannya. Tetapi ada hal penting yang jauh lebih menyita perhatiannya. Hal itu adalah Melissa istrinya. Setelah hari ini, dia banyak merenungkan keberadaan
“Maaf mengganggu pembicaraan kalian, tadinya aku tidak ingin ikut campur tetapi setelah mendengar lebih jauh tampaknya ini tidak bisa hanya menjadi sebuah pembicaraan antara kalian berdua.” Ucap Erlangga dengan tenang. Pria itu lantas menatap ibu Melissa dengan serius, dia menatap wanita itu penuh hormat. Tidak ada perbedaan rasa hormat yang ia miliki pada wanita itu, baik ketika Marrisa yang berstatus sebagai kekasihnya atau Melissa yang kini berstatus sebagai istrinya. Baginya wanita itu adalah ibunya sekarang.“Maaf ibu mertua, ini pernikahan kami. Aku dan Melissa. Bukan aku dan Marissa, dulu ketika Marissa adalah kekasihku, aku mencurahkan seluruh perasaanku untuknya tapi sekarang semuanya sudah berbeda. Bukan Marissa yang menjadi pendampingku melainkan Melissa. Mungkin kita semua masih terkejut dan tak menyangka dengan apa yang terjadi dengan hubunganku dan Marissa, tapi inilah faktanya aku dan Melissa sudah menikah, kami melakukan janji dan sumpah pernikahan di hadapan Tuhan dan
A MorningErlangga mengerjapkan matanya lalu perlahan membuka matanya, ditatapnya sekeliling kamar yang tampak senyap. Ia meraba sisi sebalah tempat tidurnya.“Ke mana gadis itu?” ucap Erlangga serak.Erlangga lalu menegakkan tubuhnya dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Diraihnya ponsel hitam di nakas samping tempat tidur. Tak ada pesan apa pun dari Melissa.Ceklek!Erlangga mengangkat kepalanya dan menatap Melissa yang keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Pria itu diam-diam bernapas lega untuk alasan yang tidak dia ketahui.“Aku pikir kau sudah kabur.” Ucap Erlangga.“Aku memang berencana kabur dari rumah ini!” ucap Melissa kasar.“Sebelum kau kabur, aku akan lebih dulu mencegahmu.” Ucap Erlangga. Melissa hanya mencibir tanpa suara. Gadis itu lalu mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer di depan cermin. Erlangga menatap gerakan gadis itu dengan serius.“Kau mau pergi ke mana pagi-pagi begini? Ini hari libur.” Ucap Erlangga.“Aku bukan pekerja kantoran atau guru yang
“Aku tahu. Keluargaku akan malu sekali lagi dan mungkin hal ini akan menyakiti hati keluarga Erlangga dan keluarga kita.” Ucap Melissa.“Dan hatimu juga hatiku.” Ucap Rio.Melissa menolehkan kepalanya dan menatap Rio dengan dalam. Pria ini masih memikirkan perasaan mereka di saat seperti ini.“Mungkin awalnya ini akan jadi keputusan yang sangat berani untuk kita ambil tetapi perlahan mungkin akan muncul penyesal-penyesalan di hati kita, Melissa. Aku tahu kau sangat benci dengan pernikahanmu dan juga apa yang kakakmu lakukan tetapi jauh di lubuk hatimu meskipun kau benci dengan sikap kedua orang tuamu kau masih mempertimbangkan keberadaan orang tuamu. Aku tahu kau sangat sayang dan mencintai mereka. Kalau kita pergi, aku takut hatimu akan hancur nantinya.” Ucap Rio.“Ya, kau benar. Aku sangat sayang pada ibu dan Ayah walaupun eomma selalu membuatku menangis dan melakukan hal-hal yang tidak aku sukai. Aku juga sempat berpikir bahwa bila aku pergi apa yang akan terjadi pada ibu? Dia mung
“Aku akan mengantarmu.” Ucap Rio.“sayang, aku tidak mau pulang. Kita pergi ke apartementmu saja, bagaimana?” ucap Melissa.“Melissa, kau akan membuat keluarga Erlangga cemas.” Ucap Rio. “Mereka akan bertanya-tanya ke mana dirimu pergi.” Ucap Rio.“Erlangga pasti punya seribu jawaban yang bisa membuat orang tuanya tenang.” Balas Melissa.“Tidak, aku tidak ingin kau terkena masalah karena menginap bersamaku. Lagi pula saat ini kau bukanlah gadis lajang seperti dulu, kau istri dari Erlangga.” Ucap Rio berubah muram. Walaupun dia merasa cemburu setengah mati tetapi dia satu-satunya orang yang harus berpikiran jernih di sini. Dia harus membantu Melissa agar gadis itu tidak terus terkena masalah.“Oke?” ucap Rio mengulang ajakannya, gadis itu tampak sedang melamun.“Hmm.” Angguk Melissa dengan wajah muramnya. Rio menolehkan kepalanya ke arah Melissa lalu tersenyum simpul. Dia tahu Melissa pasti sangat tersiksa tinggal bersama dengan keluarga Erlangga.“Ayo!” ucap Rio lalu merangkul gadis i
Erlangga masih menatap Melissa dengan tatapan tajam. Lalu kemudian tatapan itu sedetik berubah menjadi tatapan menuduh lalu kembali menjadi tatapan tajam.“Lain kali kalau mau pulang larut malam tolong kabari aku.” Ucap Erlangga dingin. Pria itu lalu menekan tombol kursi rodanya sehingga kursi berjalan menuju ranjang.“Maaf, ponselku mati.” Ucap Melissa pelan, dia sedikit takut melihat sikap dingin Erlangga.Tak ada balasan dari Erlangga, Melissa berdiri dengan gamang, apa yang harus dia lakukan sekarang? Lebih baik dia mendengar Erlangga berbicara sarkastis padanya daripada diam seperti ini.“Aku mandi dulu.” Ucap Melissa lalu berjalan menuju kamar mandi.Melissa berjalan dengan cepat menuju kamar mandi, rasanya dia ingin mendekam saja di kamar mandi lalu keluar keesokan harinya. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa pada Erlangga yang sedang berada dalam mode seperti itu. Sikap diam Erlangga memberikan banyak pertanyaan untuk Melissa. Apakah pria itu sedang marah ataukah dia tid