Hmm.. Masih kak Upe pantau ini!! Dan untuk kamu-kamu yang ikuti cerita ini bareng kak Upe.. jangan lupa like dan komen. Kalau mau Vote mah lebih love-love lagi... Happy Reading!
Gwen melihat ke arah ibu nya yang juga melihatnya dari jauh. Margarette, ibu nya Angela telah membuat ibu nya Gwen melayani keluarga Gavin yang telah masuk lebih dulu sehingga Roselyn tidak bisa menyambut ke datangan Gwen. Gwen tersenyum pada ibu nya. Demikian juga sang ibu, hanya bisa tersenyum kepada sang putri yang kali ini tidak datang sendirian, melainkan bersama seorang pria yang telah menjadi menantu Roselyn. Tapi tidak ada yang Roselyn dapat perbuat bahkan untuk menghampiri dan menyapa Gwen dan Aiden pun dia tidak bisa. "Tidak apa-apa bu. Gwen paham." Kira-kira itu lah isi dari senyuman yang Gwen layangkan pada sang ibu. Gwen sangat paham akan situasi ibu nya yang hingga saat ini dimata para istri tuan besar Meteo tidak pernah dianggap setara dengan mereka. Mereka, para istri tuan besar Meteo masih menganggap ibu nya Gwen sebagai pembantu di rumah itu. Sehingga mulai dari istri paling tua hingga istri-istri sirih tuan Meteo yang usia nya jauh lebih muda dari pada ibu nya
Gwen dan Aiden serta rombongan Aiden terus masuk ke dalam ruangan yang besar itu. Tapi seolah invisible (tidak terlihat), tidak ada yang menyapa mereka atau pun sekedar menghampiri mereka. Semua orang terlihat sibuk menjilat pada Theodor dan rombongan."Sepertinya kita salah masuk ruangan nona Gwen."Seloroh Aiden saat melihat tidak ada satu orang pun yang menghampiri mereka padahal mereka juga adalah bintang di acara hari ini."Selera humor tuan Muda Aiden boleh juga!" Balas Gwen terus mendorong kursi roda Aiden."Kau sudah datang Gwen?" Sapa Roland yang baru saja turun dari lantai atas ruangan itu. Tidak lupa Roland juga menyapa Aiden, sahabat nya."Aiden, lama tidak bertemu." ucap nya sambil mengulurkan tangan nya setelah melihat tangan Aiden yang mengenakan sarung tangan berwarna hitam."Lama tidak bertemu dengan mu, Roland." Balas Aiden dengan wajah datar pada Roland, dan menjabat tangan Roland.Dua pria ini pun saling menatap. Tapi bukan tatapan rindu dua orang sahabat yang terg
"Wah, tuan Muda Aiden! Perlakuan mereka sungguh sangat berbeda pada mu sekarang ini." Ujar Liu Rery sambil berbisik. "Padahal seingat ku dulu, setiap kali kau datang ke rumah ini kau selalu di sambut bak seorang raja. Hanya menjilat jari kaki mu saja yang tidak mereka lakukan." Ucap nya yang sungguh tidak tahan untuk tidak tertawa. Tapi tentu nya tertawa miris maksud nya. "Lihat mantan calon ibu mertua mu itu. Siapa nama nya? Hah, iya! Aku ingat Margarette. Dia bahkan sengaja melihat ke tempat lain saat tanpa sengaja di melihat ke arah kita." Sebut Rery lagi. "Sungguh wanita yang munafik! Dulu dari jauh saja dia sudah meneriaki nama mu! Oh! Menantu ku sudah datang! Menantu kesayangan ku sudah datang untuk mengunjungi ku. Aku sungguh ingin muntah bila teringat zaman-zaman penuh kemunafikan tersebut." Rery sungguh menyampaikan semua isi hati nya dengan cara yang sangat ekspresif. "Dan coba liat dia! Tuan besar Meteo! Astaga! Dia dan istri nya sebelas dan dua belas saja di mata ku. A
Saat semua orang telah duduk di posisi nya, salah seorang pelayan nya Aiden datang dan membisikkan sesuatu pada Rery. "Hmm, aku mengerti. Letakan saja di luar kalau memang tidak mungkin untuk membawa nya ke dalam." Sebut Rery pada si pelayan itu. Pelayan itu pun mengangguk dan kembali berjalan keluar ruangan itu. "Sebelumnya saya ucapkan selamat datang kepada dua pasang pengantin baru, yang baru saja menginjakkan kaki di rumah kediaman keluarga Meteo. Saya, Steve mewakili keluarga besar Meteo dengan tangan terbuka dan hati gembira menyambut kedatangan semua rombongan dari pihak keluarga pria." Acara hari itu pun berjalan dengan lancar jaya. Semua orang saling bicara dan tertawa bersama. Suasana yang sedemikian akrab pun terus berlangsung hingga acara makan bersama selesai. Acara yang tadi nya formal, kini sudah bertukar menjadi acara semi formal yang lebih ke informal. Satu persatu anggota keluarga Gavin yang datang menghantar Theodor dan Aiden pun sudah kembali ke kediaman kelu
"Apa kau pernah mendengar kata pepatah lama nona Gwen. Kesabaran itu ada dua macam: sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin kan, dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau inginkan. Atau kau ingin aku memberikan kata pepatah yang lain nya?" Aiden pura-pura berpikir sesaat. "Ha! Aku ingat! Di sebuah buku aku pernah membaca. Kata nya begini. Sabar itu tidak ada batasnya, kalau ada batasnya berarti itu ya tidak sabar." Ucapnya yang malah membuat tulisan ZONK besar muncul di wajah Gwen yang menatap Aiden dengan wajah jenuh. "Bisa-bisa nya tuan Muda Aiden bercanda di saat-saat seperti ini. Sungguh tuan Muda Aiden adalah seorang pelawak dalam wujud seorang pangeran tampan." Sebut dengan nada malas. Malas untuk melayani, celetukan tidak berfaedah nya Aiden. "Hei! Kau terlalu dini menilai permainan ini nona Gwen! Tolong segera kondisi kan ekspresi wajah mu yang mirip pantat kepiting itu! dan percayakan semua nya pada ku. Permainan ini belum berakhir, masih hal yang layak untuk kita tungg
Roland yang melihat Gwen dan Aiden berinteraksi sedari tadi hanya bisa mengeraskan rahang nya. Apalagi saat Aiden menggenggam tangan Gwen. Padahal Roland pernah mengatakan pda Aiden bahwa diri nya mencintai salah seorang adiknya. Memang saat itu Roland tidak secara detail mengatakan pada Aiden bahwa adik yang dia cintai itu adalah Gwen namun seharusnya Aiden kalau memang pintar pasti bisa mengetahui adik yang mana satu yang Roland maksud kan. Walaupun kalau di pikir-pikir lagi, cukup sulit juga bagi Aiden untuk mengetahui yang mana satu adik Roland yang Roland maksud kan. Mengingat tidak ada nya clue khusus yang Roland berikan. Jumlah adik nya Roland juga tidak sedikit. Total nya ada lima belas saudari yang Roland miliki jika yang berumur setahun hingga lima tahun yang lahir dari istri-istri sirih tuan besar Meteo jika diikut sertakan. Jadi seperti nya wajar-wajar saja kalau Aiden tidak tahu jika Roland menyimpan rasa pada Gwen. Fokus semua orang pun kini kembali ke euforia pem
Margarette memasukan tangan nya ke dalam kotak dan merasakan ada tumbuhkan kertas di dalam kotak itu. Karena penasaran, Margarette pun menurunkan kotak itu kembali. Pelan-pelan Margarette menarik tumpukan kertas dari dalam kotak itu. Dan ternyata tumpukan kertas itu adalah.. "Ini?" seru nya dengan wajah terkejut yang tidak terkatakan. "Maaf Nyonya Margaret. Itu seharusnya milik Nyonya Roselyn, ibu nya nona Gwen." Dengan cepat Rery melimpir ke depan dan mengambil kertas-kertas yang ada di tangan Margarette yang merupakan surat kepemilikian sebuah Vila Mewah yang ada di Bali. "Nyonya Roselyn, ini milik mu. Tuan Muda Aiden memberikan ini untuk mu setelah bertanya pada nona Gwen apa yang paling kau sukai." Ucap Rery sambil menyerahkan dokumen kepemilikan vila itu pada Roselyn. "Tuan Muda Aiden, terima kasih banyak." Ucap Roselyn yang hampir saja membungkuk namun dengan cepat di tahan oleh Rery. Sambil menggeleng Rery berkata pada Roselyn, "tidak pernah ada sejarahnya ibu membungkuk
"Nyonya Margaret, bisa kah anda bergeser sedikit ke sana. Sebab aku sedari tadi ingin memasukkan hadiah-hadiah lain yang tuan Muda Aiden siapkan untuk seluruh keluarga Meteo! Tuang Muda Aiden memang seperti itu Nyonya Margaret! Dia tidak suka berbuat sesuatu yang menimbulkan kecemburuan sosial. Jadi nyonya Roselyn dapat maka semua orang dapat. Walau pun bentuk nya berbeda. Tidak mungkin dapat Vila semua nya kan?" Sarkas Rery, tersenyum sebentar ke Margarette yang masih berdiri mematung di tengah ruangan itu."Bay..Bay!!" Panggil Rery pada salah satu pelayan Aiden yang bertugas menjaga hadiah-hadiah itu tetap berada di dalam mobil yang terparkir di luar."Bay! Hadiah nya sudah bisa di turunkan. Ruangan nya sudah lapang." Teriak Rery sekuat yang dia bisa, agar semua telinga di dalam ruangan itu mendengar kalau hadiah yang tuan Muda nya bawa itu banyak nya sampai memenuhi satu ruangan itu.Dan benar saja, setelah satu persatu hadiah itu di angkat ke dalam ruangan itu, hadiah nya benar-b
Sementara di kamar, Axeira yang sedang berbaring di tempat tidurnya, bingung setelah mendapatkan panggilan absurd dari Asher barusan."Ni anak ngomong apaan sih? Gak jelas banget!! Nanya sendiri lalu jawab sendiri..!"Axeira melemparkan hpnya kesebelahnya.Tiba-tiba terdengar satu notif Wa masuk di hape Axeira.DRrrtz...(Asher #) Tadi Mama nanyain kamu. Aku bilang ke Mama, kamu mendadak pergi setelah mendapat telpon dari temanmu.Axeira bingung membaca pesan dari Asher, "Lah, bukannya tadi aku bilang mau matiin kompor. Kok dia ngasih alasan lain ya?"Axeira lalu mengetik beberapa kata di Hp ny.(Axeira#) Kenapa kamu berbohong pada Mama?Tidak lama kemudian..DRrrtz.....(Asher#) So, aku mesti bilang kalau kamu pergi untuk matiin kompor??🙄Belum sempat Axeira membalas pesan ter
Deg.."Mati gue.. " Gumam Axeira dalam hati.“Dia ngenalin gue gak ya?"Axeira hanya diam tanpa mengulurkan tangan, padahal Asher sudah dari tadi mengulurkan tangannya."Ni cewek kenapa..?? Syok dia melihat ketampanan gue?? " Pikir Asher dalam hati.Karna capek terlalu lama tangannya menggantung, Asher langsung berinisiatif mengambil tangan Axeira. "Gue Asher!" ucap Asher setelah meraih tangan Axeira.Deg.. deg... seeeeer.... tiba-tiba jiwa Axeira yang tadi terbang entah kemana mendadak ditarik kembali secara paksa ke tubuh Axeira ketika Asher menarik tangannya untuk bersalaman."Aku Axeira.. " Jawab Axeira singkat dan segera melepaskan tangannya. Axeira yang takut ketahuan oleh Asher mengenai jati dirinya, mulai menundukan kepalanya."Kalian gabung aja makan sama kita di sini. " Ajak Becca ke Gwen sesuai
Axeira segera menyelesaikan mandinya. Begitu keluar kamar mandi, dia pun segera mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Mamanya."Kok Mama malah milihin dress sich?? Bukan nya celana jean dan baju kaos..!" Tatap Axeira pada dress itu."Bodo amat ah!! Sesekali nyenangin hati Mama apa salah nya!" Axeira pun mengambil dress yang disiapin oleh Mamanya. Namun ketika dress itu diraih oleh Axeira, tiba-tiba sebuah kalung dengan Liontin Safir terjatuh.Axeira mengambil liontin itu.. "Bram.. " Gumam nya.Digenggamnya liontin itu beberapa saat Axeira tenggelam dalam kenangan masa lalunya ketika dia berada di Paris.Dibukanya lagi telapak tangannya dan dilihatnya kembali liotin itu. "Apakah kamu baik-baik saja di sana Bram?” Gumamnya pelan.Kemudian Axeira berjalan ke meja hiasnya. Dia berniat untuk menyimpan kembali kalung dan liontin itu. Namun ti
Axeira pulang dengan lesu malam itu karena dia sangat sibuk dengan persiapan perlombaan ditempat magangnya.Axeira harus bolak balik mengecek detail hasil rancangannya sewaktu diproduksi. Walaupun dia gak berniat serius mengikuti perlombaan ini tapi Axeira bukanlah orang yang separuh-separuh dalam melakukan sesuatu. Jadi untuk produksi hasil rancangannya dia gak mau ada kesalahan sedikit pun.Sebenarnya Axeira sudah lulus kuliah tahun lalu di Paris mengambil jurusan design pakaian. Tapi karena usaha sang Papa bergerak dibidang permata maka Axeira memutuskan untuk mengulang kuliah di Singapura dan ambil jurusan design perhiasan.Hari sudah menunjukan pukul 8.30 ketika dia pulang."Dek... kok malam kali pulangnya?" Sapa Gwen pada putri nya yang menarik kursi di meja makan."Minggu depan tu, ada perlombaan di tempat adek magang, Ma. Jadi adek kudu mastiin kalau produk yang akan adek
"Asher kontrak yang gue serahin dua minggu lalu untuk ditanda tangan, mana? Besok mau gue bawa ke Surabaya!" Tanya Joshua, hanya menjulurkan kepalanya di pintu ruangan Asher."Waah nich anak emang kagak ada akhlaknya! Minus etika emang ni orang! Ngomong ama bos kayak mesan kopi di warung kaki lima!!" Asher melemparkan bola karet yang selalu ada di meja nya ke arah Joshua."Curut.. masuk lo.. ""Elo ya, kagak pernah ada sopan-sopannya!" celetuk Asher pada Joshua."Gimana kalau ada orang lihat, bisa jatuh martabak eh martabat gue!!!""Tenaang Sher gue udah pastiin, kagak ada orang di luar. Si Tia juga udah pergi istirahat makan siang. Lagian ini kan jam istirahat siang. Lo aja yang masih betah kerja kaya kuda...! " Joshua melangkah ke arah meja Asher."Terus dokumen untuk ke Surabaya besok mana?" Joshua mengulurkan tangannya.
Setelah menenangkan hati dan pikirannya akhirnya Ivan dapat kembali normal."Jadi lo mau pesan apa? ""Buatin gue gaun putri Jasmine donk? Cos minggu depan akan ada fashion show ala-ala Arabian night di tempat gue magang dan gue juga ingin lo yang make up in gue. Tapiii gue inginnya tampilan wajah gue tetap seperti ini." Jelas Axeira panjang kali lebar pada Ivan."Gue gak paham" Sahut Ivan singkat."Gini loh!!Gue mau, lo nyulap gue tetap cantik dengan gaun yang lo buat tapi muka dan poni gue jangan lo apa-apain!!!!""Ye.. mana bisa!!” jawab ivan ketus sambil melempar bantal ke Axeira." Secara ya non...!! segala ketidaksimetrisan dipenampilan lo saat ini berakar dari kaca mata dan poni si Anabelle ini...!!” Rutuk Ivan sambil nunjuk-nunjuk kacamata dan poni Axeira."Pokonya gue gak mau wajah dan tatanan rambut gue di ubah!" Per
Siang ini topik mengenai perlombaan itu masih kencang terdengar dikalangan pegawai perusahan Keanu. Ada yang sibuk cari kandidat. Ada yang sibuk pilih costume Arabian night. Bahkan ada yang sibuk rumpi seperti Lianda Cs."Kayaknya.. saingan kita gak akan banyak nich.. " Ujar Lianda sekretaris wakil Direktur."Yakin amat lo,!" Ujah Tia sekretaris Direktur."Iya nich..!" Timpal Maria staff marketing."Kalau soal desaign mendesign, gue yakin kita semua bisa karena kan background kita semua adalah designer. Tapi kalau soal fashion show gue yakin gak semua pegawai cewek di perusahaan ini bisa karena gak semua nya kayak kita. " Jelas Lianda sambil tertawa."Lagian, kalau gue gak salah ada dua divisi yang bakalan gak akan ikut serta dalam perlombaan ini." Sambung nya"Dua?" Tanya Tia."Iya.. dua! Divisi produksi dan divisi design. Kan beru
Keadaan cafetaria sangat riuh siang itu. Hal ini karena pengumuman tentang lomba design dan fashion show yang akan digelar pada anniversary perusahaan minggu depan."Tahun ini beda ya...? " Ujar salah seorang pegawai wanita bagian Marketing kepada teman yang sedang mengantri makan siang mereka."Iya!!Seperti ada nuansa-nuansa pencarian jodoh ala pangeran di negri dongeng." Jawab teman si wanita sambil memilih menu makan siangnya."Benar!Sudahlah hadiah utama nya perhiasaan yang kita design dan bonus satu bulan gaji tapi yang bikin gegeeer itu, hadiah bonusnya !!!!dinner dengan pak Asher...!! membayangkan makan malam romantis berdua dengan direktur Keanu Fashion Company... " Pikiran kedua wanita itu terbang menembus alam khayal nya masing-masing.Kericuhan mengenai lomba design dan fashion show tidak hanya terjadi dalam antrian makan siang hari itu. Perbincangan mengenai perlombaan design dan fashion
"Kenapa sayang...??! Apakah masa magang mu sudah habis? Atau jangan-jangan perusahaan ini sudah mengeluarkan mu.. ??!" Ny. Maximo yang notabene adalah aunty nya Axeira langsung menerima lakon yang diberikan oleh ponakannya. ia langsung melihat ke arah Asher. Melalui sorot mata nya dia meminta Asher menjelaskan situasi ini padanya."Sepertinya semua yang terjadi hingga pagi ini adalah murni kesalahpahaman. Jadi saya rasa nona Aira tidak perlu berhenti magang di perusahaan ini, benerkan pak Joshua?" Tanya Asher penuh penekanan pada setiap katanya."Bener sekali pak. Nona Aira kamu bisa kembali keruangan mu dan melanjutkan kerjaan mu." Ucap Joshua pada Aira"Tapi bagaimana dengan ini pak?? " Tunjuk Aira pada surat pemberhentian yang diberikan oleh Joshua tadi pagi sambil melihat penuh kemenangan ke Asher."Ini...!! Biar saya yang buang.. !!!" Asher segera merebut surat itu dari tangan Axei