"Nyonya Gwen, seperti nya anda sudah salah paham akan sesuatu hal." Ujar Rery, berinisiatif menjelaskan seperti apa keadaan yang sebenarnya. "Memang benar apa yang terjadi di dalam ruangan tadi, itu semua telah di rencanakan. Tapi masalah hadiah yang diberikan oleh tuan Muda Aiden ke ibu mu dan juga anggota keluarga mu yang lain, itu bukan properti sandiwara seperti yang katakan tadi. Yang setelah sandiwara selesai lalu di kembalikan." Lanjut Rery. "Semua hal itu benar - benar ada pemberian tuan Muda Aiden untuk pihak keluarga mu nyonya Gwen. Sedang kan hadiah pernikahan untuk mu dari tuan Muda Aiden, telah tuan Muda Aiden siapkan dan tempatkan di kamar kalian." Jelas Rery. "Jadi, semua itu asli? Humps, maksud ku jadi semua benda-benda mahal tadi memang merupakan pemberian dari tuan Muda Aiden untuk keluarga ku?" Ulang Gwen bertanya sekali lagi untuk meyakinkan diri nya bahwa dia tidak sedang di prank oleh Aiden dan juga Rery. "Haruskah kau bertanya sampai berkali-kali seperti itu
"Kak Roland? Ada apa? Apa kau ada perlu dengan ku?" tanya Gwen yang terpaksa berhenti karena Roland memanggil nya. Seperti biasa, Roland tersenyum sangat manis pada Gwen. Dia berjalan mendekat ke arah Gwen dan Aiden kemudian berkata, "tidak! Aku tidak ada perlu dengan Gwen kesayangan ku ini. Aku ada perlu dengan Aiden." Ujar Roland pada Gwen lalu sesaat kemudian menoleh ke Aiden. "Aiden, bisa kah kita bicara empat mata. Hanya kau dan aku." Sambung Roland dengan nada bicara dan intonasi yang sangat berbeda bila dibandingkan saat dia bicara dengan Gwen tadi. "Kau tidak keberatan kan kau Gwen?" Tidak lupa Roland meminta persetujuan dari Gwen. "Aku sih selama Aiden nya bersedia, aku pun tidak masalah." Jawab Gwen sambil melirik pada Aiden yang wajah sudah memetak lagi sejak kedatangan Roland. "Humph! Kau mau bicara dimana?" Tanya Aiden pada Roland, dengan nada tidak suka yang sangat kental. "Bagaimana kalau di ruang kerja ku." Jawab Roland. "Ruang kerja nya kak Roland? itu arti nya
Bagaikan serentetan peluru yang di tembakan dalam satu waktu, semua kalimat itu keluar dengan sangat lancar dari mulut Roland. Entah karena memang telah ia konsep terlebih dahulu, atau karena hati yang terlalu panas melihat kebersamaan Aiden dan Gwen. Aiden menarik nafas sedalam yang dia bisa.Lalu mata nya bergerak melihat ke arah Roland yang sudah tremor tangan nya karena saking emosi nya. "Aku benar-benar tidak tahu kalau adik yang kau ceritakan pada ku dua tahun yang lalu itu adalah Arneta Gwen meteo." Jawab Aiden. "Dan mengapa aku hanya pasrah dengan semua ini, alasan sangat simple Roland! Tidak kah kau lihat keadaan ku ini? Semua ketidak berdayaan ku berasal dari kondisi ku ini. Aku bukan Aiden yang kau kenal dulu. Semua hak istimewa ku telah di ambil paksa dari ku." Lanjut nya. "Aku rasa kau tidak buta untuk melihat semua nya secara langsung tadi. Bagaimana keluarga mu mendewakan Theodor lah dan menghinakan diri ku." Kalimat itu menjadi kalimat penutup penjelasan Aiden atas
"Tunggu dulu!" tahan Aiden.Aiden pun menggerakan kursi roda nya menuju meja hias yang ada di dalam kamar tersebut.Kemudian di ambil dari dalam laci meja hias tersebut dan di bawa nya menuju Roland."Benda ini milik mu! Bawa lah kembali. Aku tidak bisa membiarkan istri ku menerima simbol ungkapan cinta dari pria lain. Baik dia sadar bahwa itu adalah simbol ungkapan cinta atau pun dia tidak menyadari nya sama sekali. Aku tidak peduli. Namun yang pasti, aku tidak mengizinkan benda-benda seperti ini ada di tangan istri ku." ucap nya dengan sangat tegas. Aiden sama sekali tidak menyembunyikaan rasa tidak suka nya pada Roland."Dulu orang hanya mengenal mu sebagai seorang pria yang introvert, Aiden. Tapi mulai hari ini, orang -orang akan mengenal mu sebagai seorang introvert yang posesif."Roland mengambil kotak itu dengan kasar dan berkata, "Kalau kau tidak bisa membuat nya bahagia maka aku akan datang kapan saja untuk merebut nya dari mu."Usai mengatakan itu, Roland pun pergi meninggal
"Bagaimana menurut mu Aiden?" tanya Will pada Aiden yang entah karena terlalu hikmat mendengarkan cerita Will maka nya tidak bersuara atau jangan-jangan Aiden benar-benar telah tertidur,"Aiden ? Aiden?? Kau masih bersama ku kan?" Tanya Will yang sempat berpikiran kalau Aiden benar-benar tertidur.Tapi sama sekali tidak ada sahutan balasan dari Aiden."Tuan muda Skyaleden Gavin Junior yang budiman?? Apa kau masih di sini bersana ku?" Panggil Will ulang."Astaga!!! Apa dia kira aku tadi sedang mendongeng? bisa-bisa nya dia malah tertidur!"Fix! Will mengira Aiden saat ini sedang tertidur."Skyaleden Gavin Junior??" Teriak Will di telinga Aiden sambil menggoyang kuat tubuh Aiden."Hmmm.. Tentu saja aku masih di sini Will." Jawab Aiden denag selow, bak tidak terjadi apaa-apa padahal Will sudah berteriak berkali- kali."Aku kira kau ketiduran!!" Seru Will."Nyaris saja." Jawab Aiden dengan gampang nya membuat Will semakin kesal."Astaga! kau ini! Jadi aku cerita panjang kali lebar tadi ti
"Dimana dia?" tanya seorang wanita kepada seorang pria yang berpakaian serba hitam. "Tuan Muda Aiden saat ini sedang berada di rumah keluarga Meteo! Dia akan berada di rumah keluarga Meteo sampai besok siang nyonya." Lapor pria itu. "Bagus! Kalau begitu, besok adalah kesempatan terakhir mu untuk melenyapkan Aiden. Aku tidak ingin dia selamat lagi seperti kejadian dua tahun lalu. Dia masih saja hidup padahal mobil nya sudah terbalik berkali-kali!!" Berang wanita itu pada si Pria yang ada di depannya. "Kalau perlu buat kecelakaan ini di tepi jurang atau apalah terserah pada kalian. Aku yakin kalian tidak perlu diajari lagi." Seru Wanita itu lagi. "Baik nyonya. Kami paham." Jawab si pria lagi dan lagi. "Kalau begitu kau boleh pergi." Pria itu pun pergi meninggalkan wanita yang dia panggil nyonya tadi. Sedangkan si wanita- bos pria tadi saat ini sedang berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di dalam kamarnya. Di tatapnya cermin itu lekat-lekat lalu dia berkata. "Andaikan dahu
Kini teka teki pun menggerayangi kepala Gwen. Benda apa yang Gwen rasakan mengganjal di bawah pahanya? Seingat Gwen, tidak ada apapun sama sekali di bawah sana. Tapi kok ya sekarang ada? “Apa jangan-jangan??” Gwen panik sendiri setelah menemukan jawaban dari pertanyaannya. Hanya saja, setelah teka teki benda apa itu terjawab maka muncul lagi satu masalah lain nya, yakni bagaimana caranya pergi dari posisi yang tidak nyaman ini????? Gwen sungguh ingin segera turun dari pangkuan Aiden. Kalau dipikir-pikir siapa juga yang akan nyaman dengan situasi seperti itu. Gwen yang kebingungan serta merasa tidak nyaman langsung ingin turun dari pangkuan Aiden tapi Aiden malah melarangnya. "Tetaplah di tempat mu sekarang nona Gwen dan jangan terlalu banyak bergerak." Larang Aiden. "Atau akan ku tuntut pertanggung jawabanmu. Dan kau tahu mengapa? Karena kau lah penyebab situasi tidak nyaman ini. Sedari tadi terus saja bergerak - gerak kesana kemari, membuat sesuatu yang tadinya tidak hidup menja
Aiden yang mendengar hal itu tentu saja semakin panik."LIhat dan JANGAN DENGARKAN? Apa maksud si rubah kecil licik ini?! Apa yang sebenarnya yang dia rencanakan di dalam otak nya?" Aiden bertanya-tanya dalam hati karena memang sepenasaran itu dirinya saat ini. "Kau tahu! Paling tidak ini bisa kita jadikan bahan rumpi kita besok pagi." Sebut si penguntit itu lagi. "Oh! Jadi kalian ingin menjadikan ini sebagai bahan rumpi kalian besok pagi! Hmm baiklah, akan aku berikan bahan rumpi terbaik untuk kalian. Biar kalian menjadi nara sumber dimana-mana!" kata Gwen pelan, lengkap dengan ekspresi licik yang sangat kental terlihat di wajahnya. Andaikan lampu kamar itu tidak dimatikan oleh Aiden, Aiden pasti akan benar-benar dapat melihat wujud Gwen dalam wujud seekor rubah kecil licik seperti yang Aiden selalu katakan dalam hati. Gwen kemudian mengangkat satu kakinya dan memegang salah satu tonggak penyanggah tempat tidur.. Ya, tempat tidur Gwen modelnya adalah model tempat tidur yang memaka