"Bagaimana menurut mu Aiden?" tanya Will pada Aiden yang entah karena terlalu hikmat mendengarkan cerita Will maka nya tidak bersuara atau jangan-jangan Aiden benar-benar telah tertidur,"Aiden ? Aiden?? Kau masih bersama ku kan?" Tanya Will yang sempat berpikiran kalau Aiden benar-benar tertidur.Tapi sama sekali tidak ada sahutan balasan dari Aiden."Tuan muda Skyaleden Gavin Junior yang budiman?? Apa kau masih di sini bersana ku?" Panggil Will ulang."Astaga!!! Apa dia kira aku tadi sedang mendongeng? bisa-bisa nya dia malah tertidur!"Fix! Will mengira Aiden saat ini sedang tertidur."Skyaleden Gavin Junior??" Teriak Will di telinga Aiden sambil menggoyang kuat tubuh Aiden."Hmmm.. Tentu saja aku masih di sini Will." Jawab Aiden denag selow, bak tidak terjadi apaa-apa padahal Will sudah berteriak berkali- kali."Aku kira kau ketiduran!!" Seru Will."Nyaris saja." Jawab Aiden dengan gampang nya membuat Will semakin kesal."Astaga! kau ini! Jadi aku cerita panjang kali lebar tadi ti
"Dimana dia?" tanya seorang wanita kepada seorang pria yang berpakaian serba hitam. "Tuan Muda Aiden saat ini sedang berada di rumah keluarga Meteo! Dia akan berada di rumah keluarga Meteo sampai besok siang nyonya." Lapor pria itu. "Bagus! Kalau begitu, besok adalah kesempatan terakhir mu untuk melenyapkan Aiden. Aku tidak ingin dia selamat lagi seperti kejadian dua tahun lalu. Dia masih saja hidup padahal mobil nya sudah terbalik berkali-kali!!" Berang wanita itu pada si Pria yang ada di depannya. "Kalau perlu buat kecelakaan ini di tepi jurang atau apalah terserah pada kalian. Aku yakin kalian tidak perlu diajari lagi." Seru Wanita itu lagi. "Baik nyonya. Kami paham." Jawab si pria lagi dan lagi. "Kalau begitu kau boleh pergi." Pria itu pun pergi meninggalkan wanita yang dia panggil nyonya tadi. Sedangkan si wanita- bos pria tadi saat ini sedang berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di dalam kamarnya. Di tatapnya cermin itu lekat-lekat lalu dia berkata. "Andaikan dahu
Kini teka teki pun menggerayangi kepala Gwen. Benda apa yang Gwen rasakan mengganjal di bawah pahanya? Seingat Gwen, tidak ada apapun sama sekali di bawah sana. Tapi kok ya sekarang ada? “Apa jangan-jangan??” Gwen panik sendiri setelah menemukan jawaban dari pertanyaannya. Hanya saja, setelah teka teki benda apa itu terjawab maka muncul lagi satu masalah lain nya, yakni bagaimana caranya pergi dari posisi yang tidak nyaman ini????? Gwen sungguh ingin segera turun dari pangkuan Aiden. Kalau dipikir-pikir siapa juga yang akan nyaman dengan situasi seperti itu. Gwen yang kebingungan serta merasa tidak nyaman langsung ingin turun dari pangkuan Aiden tapi Aiden malah melarangnya. "Tetaplah di tempat mu sekarang nona Gwen dan jangan terlalu banyak bergerak." Larang Aiden. "Atau akan ku tuntut pertanggung jawabanmu. Dan kau tahu mengapa? Karena kau lah penyebab situasi tidak nyaman ini. Sedari tadi terus saja bergerak - gerak kesana kemari, membuat sesuatu yang tadinya tidak hidup menja
Aiden yang mendengar hal itu tentu saja semakin panik."LIhat dan JANGAN DENGARKAN? Apa maksud si rubah kecil licik ini?! Apa yang sebenarnya yang dia rencanakan di dalam otak nya?" Aiden bertanya-tanya dalam hati karena memang sepenasaran itu dirinya saat ini. "Kau tahu! Paling tidak ini bisa kita jadikan bahan rumpi kita besok pagi." Sebut si penguntit itu lagi. "Oh! Jadi kalian ingin menjadikan ini sebagai bahan rumpi kalian besok pagi! Hmm baiklah, akan aku berikan bahan rumpi terbaik untuk kalian. Biar kalian menjadi nara sumber dimana-mana!" kata Gwen pelan, lengkap dengan ekspresi licik yang sangat kental terlihat di wajahnya. Andaikan lampu kamar itu tidak dimatikan oleh Aiden, Aiden pasti akan benar-benar dapat melihat wujud Gwen dalam wujud seekor rubah kecil licik seperti yang Aiden selalu katakan dalam hati. Gwen kemudian mengangkat satu kakinya dan memegang salah satu tonggak penyanggah tempat tidur.. Ya, tempat tidur Gwen modelnya adalah model tempat tidur yang memaka
Mau pergi meninggalkan Gwen, Aiden tidak berani. Bagaimana kalau setelah ini Gwen semakin menggila. Tapi membiarkan Gwen tetap dengan pertunjukan reog nya, juga bukan pilihan yang baik. Setelah berpikir semua baik dan buruk nya, Aiden pun menarik tangan Gwen dan berkata, "bagaimana sayang? Sudah puas? Atau kau ingin hal yang lebih gila lagi?" Tanya Aiden dengan suara yang kuat sambil memandangi wajah Gwen dengan seksama. Sungguh sebuah kalimat yang sangat sempurna dari mulut Aiden. Sempurna karena dapat menghentikan Reog oplosan Gwen, sekaligus manjur membuat para penguntit di luar sana berpikir bahwa sudah tidak ada lagi yang perlu mereka dengar di kamar Gwen dan Aiden.Gwen yang dipegang tangan nya oleh Aiden langsung mingkem. Dalam hati Gwen berkata," dia memang sangat pintar dalam memilih kata-kata." Gwen kemudian merapikan gaun nya dengan satu tangan dan kembali memasang sepatunya. Setelah itu, untuk sesaat Aiden dan Gwen mengheningkan cipta bersama sambil tetap memasang kupi
Setelah selesai mengganti pakaian, Gwen pun memutuskan untuk tidur di lantai saja. Selain kamar mandi Gwen yang tidak sebesar kamar mandi Aiden, tempat tidur Gwen juga tidak sebesar tempat tidur Aiden. Bisa Gwen bayangkan apa yang terjadi jika Gwen satu tempat tidur dengan Aiden. Apalagi setelah pertunjukan reog tadi. Pasti rasanya akan awkward sekali. Gwen mengambil dua selimut tebal lain nya yang ada di dalam lemari.Satu selimut akan Gwen gunakan sebagai alas tidur nya, dan selimut lainnya akan Gwen gunakan sebagai selimut ia tidur. Tidak lupa Gwen mengambil satu bantal dari atas tempat tidur. Gwen membentangkan selimut tadi tepat di bawah tempat tidur di mana Aiden berbaring. Sehingga Aiden yang berbaring sambil memiringkan badan nya ke arah luar, tentu saja dapat melihat Gwen yang berbaring tepat di bawah.***Satu jam.. Dua jam... Dan tiga jam pun berlalu, tapi Aiden tidak bisa tertidur. Karena tidak bisa tidur, pelan-pelan Aiden membuka mata dan saat itu jam dinding di k
Gwen pun dengan cepat mendorong semua perkakas tidurnya tadi ke kolong tempat tidur dan hanya mengambil bantal yang dia gunakan semalam untuk alas kepalanya. Setelah itu dengan cepat Gwen menarik kelambu yang ada di dekatnya. Melihat Gwen yang menarik kelambu, Aiden pun menarik kelambu yang satunya sehingga tempat tidur itu pun tertutup dengan kelambu berwarna pink peach yang tipis. Keduanya kemudian saling pandang lalu seolah sedang saling memberi kode. Lalu tidak lama setelahnya, kedua nya saling mengangguk dan langsung berbaring untuk berpura-pura tidur. "Srrrrrreeeeeeeeet..." Pintu kamar Gwen pun terbuka, bersamaan dengan langkah kaki yang melangkah ke dalam kamar. "Gwen, ibu masuk ya." Ucap Roselyn dengan suara pelan, takut mengangggu Gwen dan Aiden. Karena tidak ada jawaban dari Gwen dan Aiden, Roselyn yakin anak dan menantu nya itu pasti masih tidur. Hanya saja karena pintu tidak terkunci, Roselyn yakin anak dan menantunya tidak sedang melakukan hal-hal aneh di dalam kama
Begitu pagi ini dia terbangun dan melihat ternyata Angela lah yang berbaring lemas di samping nya, dia langsung merasa kesal dan marah. Apalagi saat dia teringat ini adalah malam kedua Gwen tidur bersama Aiden. Bagiamana kalau Aiden mampu melakukan itu semua? Bagaimana kalau mereka melakukan hal itu?? Aaaaaaaaaaaargh! Theodor benar-benar frustasi bahkan hanya dengan memikirkan nya saja. Mungkin orang-orang kebanyakan akan berpikir kalau Aiden tidak bisa melakukan hubungan suami istri dengan Gwen. Tapi tidak dengan Theodor. Dalam pikiran Theodor, yang lumpuh itu kan kaki nya Aiden, bukan tongkat kera sakti nya Aiden. Jadi hal itu bisa-bisa saja terjadi. "Sial! Sial! Sial! Bagaimana kalau kesucian Gwen sudah dinikmati oleh Aiden?!!" Seru nya penuh rasa kesal. Theodor seolah tidak rela jika hal itu sampai terjadi. Padahal dirinya dan Gwen tidak memiliki hubungan apapun selain, Gwen adalah istri sepupu Theodor. Jika ada orang -orang yang mengetahui isi pikiran Theodor saat ini, pas