Dengan membelalakan mata, Nayla merasa syok melihat sosok laki-laki tampan yang sedang membuka pintu.Deg!"Hah, Tu-tuan Arga! Duh ... bagaimana ini, kenapa dia malah masuk ke sini, sih?" batinya mulai resah.Seketika itu degup jantungnya langsung berdetak dengan sangat kencang. Saat melihat Arga yang sedang berjalan mendekat ķe arahnya.Sedangkan lelaki tampan itu malah terdiam dan tersenyum menyeringai menatapnya dengan tatapan penuh arti padanya. Sehingga membuat Nayla langsung berdiri mematung. Kini badanya serasa kaku dan tidak bisa untuk digerakkan.Glekk!Lalu, dengan susah payah ia menelan salivanya dengan kasar. Sungguh ia merasa sangat tegang dan juga ketakutan padanya.Kemudian sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap terlihat bersikap biasa saja."M-maaf, Tuan. Jika sa-saya telah lancang berada di sini, karena sa-ya--" Belum sempat Nayla menyelesaikan ucapannya. Terlebih dahulu Arga menyelanya."Iya, aku sudah tau. Karena akulah yang memintamu untuk membersihkan kamar ini. J
"Hey, tunggu! Jangan pergi!" teriak Arga sembari bangkit ia ingin segera mengejarnya.Namun, tiba-tiba saja ponselnya yang tergeletak di bawa ranjang berdering dengan sangat kencang. Sehingga mau tidak mau ia harus mengangkatnya terlebih dahulu."Ya, Hallo!" jawabnya dengan nada sedikit membentak, kesal."Woy, Bang! Kau ngapain aja sih di kamar, lama banget? Ini semua orang udah pada menungguin kamu di ruang meeting, Bang," ujar Reza."Ya ya ya, bawel. Aku akan segera ke sana sekarang." Dengan penuh amarah lelaki itu segera mematikan ponselnya dan langsung membantingnya di atas kasur."Argh ... ! Benar-benar menjengkelkan! Sebenarnya ada apa ini? Kenapa gadis itu tadi terlihat sangat ketakutan dan seolah sedang menyembunyikan suatu hal dariku, ya. Tapi apa?" Dengan bergerak gusar sesekali ia mengusap wajah dan menyugar rambutnya dengan kasar.Sungguh ia merasa sangat penasaran dan juga kebingungan dengan gadis itu."Sebenarnya siapa dia? Aku harus bisa menyelidikinya," gumamnya lagi.
"Hai, Nissa! Mau pulang ya? Biar aku antar, ya?" sapa seorang pria berkaos putih itu tersenyum kepada Nayla.Dengan mendengus kesal, ketiga gadis muda itu memutar bola mata malas melihatnya."Ih ... kamu lagi-kamu lagi!" celetuk Desy merasa jengah."Gak perlu, aku mau pulang bareng Wati dan Desy aja," jawab Nayla jutek."Iya tau, nih. Kalau Nissa pulang sama kamu. Terus kita berdua bagaimana?" sambar Wati."Ya kalian, 'kan bisa naik ojol," jawab pria yang bernama Danang."Gak, usah. Lagian kita ini mau langsung jalan-jalan ke mall tau! Jadi, kita mau naik taksi online saja," sahut Nayla berbohong."Oh, ya udah. Kalau gitu aku ikut kalian aja ke mall.""Gak perlu!" sahut ketiganya secara bebarengan."Ya elah, kompak banget sih kalian?" dengus Danang merasa kesal dan kecewa. Karena tiap kali ia berusahan mendekati Nayla. Gadis itu terlihat cuek dan selalu menolaknya. Sehingga membuatnya malah semakin tertantang untuk bisa mendapatkan hatinya."Udah yuk, ah. Kelamaan di sini nanti kita m
Arga dan Reza yang baru selesai meeting ingin turun ke lantai bawah. Mereka hendak menemui temannya yang akan datang ke hotel tersebut."Berarti Daniel jadi mau ke sini, Bang?" tanya pria muda yang berpakaian setelan jas kantor itu menoleh ke arah samping tempat Bos mudanya kini berada."Ya, katanya tuh orang sedang di jalan menuju ke sini. Mana dia kolokan banget lagi, masa minta dijemput di loby," sahut Arga."Hahaha ... ya maklum anak mami emang suka begitu, Bang. Masih suka kolokan." "Hah, mami! Mami yang mana? Mami-mami gitu maksudmu? Hahaha ... masa sih gara-gara gagal nikah terus dia larinya main sama mami-mami gitu, kayak gak ada cewek yang masih muda aja," ejek Arga tersenyum sinis."Cih, si Abang suka gitu deh. Jelek-jelek begitu juga tetep temen kita, Bang. Jangan suka ngeledekin gitu, nanti yang ada kuping dia panas gara-gara kita sedang ngebicarain dia terus, Bang.""Hahaha ... biarin aja. Justru mumpung dianya lagi gak ada, jadi kita bebas ngomongin dia.""Cih, dasar te
Setelah selesai dari acara ulang tahun itu, Arga yang dalam keadaan mabuk langsung memasuki kamarnya dengan diantar oleh Reza.Lelaki muda ber-tuxido itu memapahnya mendekati ranjang dan merebahkan pria itu di sana. Tidak lupa ia pun menyelimutinya juga.Reza hanya menggelengkan kepala melihatnya yang terus merancau tidak karuan di atas ranjang itu."Bang-bang! Sudah dibilangin jangan minum. Eh ... dianya malah tetep aja minum. Ya jadi seperti ini, 'kan?" dengusnya.Kemudian ia keluar dari kamar itu dan langsung masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kamar tersebut.Namun, setelah kepergian Reza, bukannya tidur. Pria itu malah terbangun dan dengan perlahan turun dari ranjang. Lalu dengan terhunyung huyung ia berjalan mendekati pintu. Dan tiba-tiba ia melihat ada sesosok wanita yang masuk ke dalam kamarnya.Cekrek!"Housekeeping!" seru Nayla seraya membuka pintu.Karena pengaruh alkohol yang ia minum di dalam pesta tadi. Kini ia menjadi bringas tak terkendali. Apalagi ketika melihat
Srekk!"Mmgghh ... mmmgh!" Nayla semakin memberontak, tak kala pria itu telah merobek paksa kemeja putih yang ia kenakan. Hingga beberapa kancingnya pun terlepas dan tubuh bagian atasnya kini telah terbuka lebar.Bulir-bulir bening seperti keristal mulai mengalir dari kelopak matanya. "Ya, Tuhan. Tolonglah hamba, jangan sampai ini terjadi lagi padaku. Aku tidak mau, Tuhan." Di dalam hati gadis malang itu terus merapalkan doa, dan berharap ada seseorang yang datang untuk menolongnya.Namun, tidaklah mungkin. Mana mungkin di tengah malam begini ada yang datang ke kamar ini? Selain dirinya yang memang karena bertugas untuk membersihkan kamar ini. Pasti tidak akan ada orang lain yang datang ke sana.Kini tangan kekar milik pria itu mulai bergerak menjamah tubuhnya. Bibirnya berpindah ke ceruk leher jenjangnya, dan menyesap kuat. Meninggalkan kiss mark yang mencolok di kulit putihnya."Ahh ... ! Lepaskan aku, mohon! Jangan lakukan ini lagi. Hentikan!" Teriaknya memohon. Ia masih terus meron
"Nayla!"Degh!Hati Nayla serasa akan copot dan tubuhnya pun langsung membeku. Ia merasa sangat syok dan juga ketakutan ketika mendengar laki-laki itu malah memanggil namanya."Duh ... matilah aku! Gimana ini? Apakah dia mengenaliku?" batinnya resah.Glekk!Dirinya yang merasa sangat ketakutan dan deg-dengan tidak karuan itu menelan ludah kasar. Kini wajahnya tampak pucat pasi karena tegang. Dan keringan dingin pun mulai bermunculan membasahi dahinya."Hahaha ... Nayla-nayla, kau mau ke mana, huh?" Sembari cekikikan tak jelas, suara Arga kembali terdengar samar seperti orang yang sedang mengigau. Sehingga membuatnya dengan harap-harap cemas, Nayla memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Dan benar dugaannya, ternyata lelaki itu masih memejamkan mata dan hanya mengubah posisi tidurnya saja. Yang berarti lelaki tersebut sedang mengigau."Huft!" Seraya memegangi dadanya, gadis itu bernapan lega. "Untung saja cuma ngigau. Kalau gak, mampus deh aku!" rutuknya."Tetapi, kenapa pria bre
Seketika itu Nayla baru teringat kalau dirinya memang sudah tidak mempunyai cukup uang untuk ongkos pulang ke Jogja. Karena seperti biasa hampir sebagian besar gajinya telah ia kirim ke kampung. Sehingga ia hanya menyisakan sedikit uang untuk keperluannya sehari-hari saja.Dengan sangat lemas, gadis berlesung pipi itu menggeleng pelan."Ya, udah. Gini aja deh, kamu kirim nomor rekening kamu ke aku. Nanti, biar aku pinjemin dulu, oke?" ujar Desy.Lagi-lagi Nayla merasa sangat terharu dengan temannya yang satu ini. Karena gadis yang biasanya cerewet suka berdebat dan bercanda dengannya itu, ternyata begitu baik kepadanya.Reflek gadis yang kini mengenakan celana jeans dan kaos putih itu langsung memeluknya erat. "Hiks ... hiks. Terimakasih, Desy. Karena kamu udah baik banget sama aku. Dan semoga saja Allah akan membalas semua kebaikanmu ini.""Amin. Iya, sama-sama. Udah ah, jangan lebay. Nanti yang ada aku malah ikut nangis loh." Desy melepaskan pelukannya, lalu ia mengusap air mata gad
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp