Di dalam sebuah ruang, terlihat pria berjas biru dongker itu sedang duduk bersenden di kursi kebesarannya. Pria berusia 27 tahun itu tampak sedang melamun membayangkan sosok gadis yang tengah menyita perhatiannya tadi pagi.Bibirnya terus tersungging tak kala ia teringat betapa indahnya kedua bola mata bening milik gadis yang telah menabraknya tadi. Entah mengapa hatinya selalu bergetar ketika mengingatnya.Sehingga membuat hatinya bertanya, "Perasaaan apa ini? Kenapa dadaku berdebar seperti ini?" gumamnya sembari menempelkan sebelah tangannya di dada.Namun, ini bukan kali pertama ia merasa seperti ini. Seketika itu ia jadi teringat dengan seorang gadis yang dulu pernah membuatnya persis seperti ini. Dan sosok gadis itu adalah Nayla si pengantin palsunya yang mungkin hingga saat ini masih terus ia cari keberadaannya kini."Nayla, di mana kau berada kini? Kau bagaikan hilang ditelan bumi saja, sehingga aku pun begitu kesusahan untuk bisa menemukanmu.""Argh ... dasar brengsek!" Dengan
Dengan membelalakan mata, Nayla merasa syok melihat sosok laki-laki tampan yang sedang membuka pintu.Deg!"Hah, Tu-tuan Arga! Duh ... bagaimana ini, kenapa dia malah masuk ke sini, sih?" batinya mulai resah.Seketika itu degup jantungnya langsung berdetak dengan sangat kencang. Saat melihat Arga yang sedang berjalan mendekat ķe arahnya.Sedangkan lelaki tampan itu malah terdiam dan tersenyum menyeringai menatapnya dengan tatapan penuh arti padanya. Sehingga membuat Nayla langsung berdiri mematung. Kini badanya serasa kaku dan tidak bisa untuk digerakkan.Glekk!Lalu, dengan susah payah ia menelan salivanya dengan kasar. Sungguh ia merasa sangat tegang dan juga ketakutan padanya.Kemudian sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap terlihat bersikap biasa saja."M-maaf, Tuan. Jika sa-saya telah lancang berada di sini, karena sa-ya--" Belum sempat Nayla menyelesaikan ucapannya. Terlebih dahulu Arga menyelanya."Iya, aku sudah tau. Karena akulah yang memintamu untuk membersihkan kamar ini. J
"Hey, tunggu! Jangan pergi!" teriak Arga sembari bangkit ia ingin segera mengejarnya.Namun, tiba-tiba saja ponselnya yang tergeletak di bawa ranjang berdering dengan sangat kencang. Sehingga mau tidak mau ia harus mengangkatnya terlebih dahulu."Ya, Hallo!" jawabnya dengan nada sedikit membentak, kesal."Woy, Bang! Kau ngapain aja sih di kamar, lama banget? Ini semua orang udah pada menungguin kamu di ruang meeting, Bang," ujar Reza."Ya ya ya, bawel. Aku akan segera ke sana sekarang." Dengan penuh amarah lelaki itu segera mematikan ponselnya dan langsung membantingnya di atas kasur."Argh ... ! Benar-benar menjengkelkan! Sebenarnya ada apa ini? Kenapa gadis itu tadi terlihat sangat ketakutan dan seolah sedang menyembunyikan suatu hal dariku, ya. Tapi apa?" Dengan bergerak gusar sesekali ia mengusap wajah dan menyugar rambutnya dengan kasar.Sungguh ia merasa sangat penasaran dan juga kebingungan dengan gadis itu."Sebenarnya siapa dia? Aku harus bisa menyelidikinya," gumamnya lagi.
"Hai, Nissa! Mau pulang ya? Biar aku antar, ya?" sapa seorang pria berkaos putih itu tersenyum kepada Nayla.Dengan mendengus kesal, ketiga gadis muda itu memutar bola mata malas melihatnya."Ih ... kamu lagi-kamu lagi!" celetuk Desy merasa jengah."Gak perlu, aku mau pulang bareng Wati dan Desy aja," jawab Nayla jutek."Iya tau, nih. Kalau Nissa pulang sama kamu. Terus kita berdua bagaimana?" sambar Wati."Ya kalian, 'kan bisa naik ojol," jawab pria yang bernama Danang."Gak, usah. Lagian kita ini mau langsung jalan-jalan ke mall tau! Jadi, kita mau naik taksi online saja," sahut Nayla berbohong."Oh, ya udah. Kalau gitu aku ikut kalian aja ke mall.""Gak perlu!" sahut ketiganya secara bebarengan."Ya elah, kompak banget sih kalian?" dengus Danang merasa kesal dan kecewa. Karena tiap kali ia berusahan mendekati Nayla. Gadis itu terlihat cuek dan selalu menolaknya. Sehingga membuatnya malah semakin tertantang untuk bisa mendapatkan hatinya."Udah yuk, ah. Kelamaan di sini nanti kita m
Arga dan Reza yang baru selesai meeting ingin turun ke lantai bawah. Mereka hendak menemui temannya yang akan datang ke hotel tersebut."Berarti Daniel jadi mau ke sini, Bang?" tanya pria muda yang berpakaian setelan jas kantor itu menoleh ke arah samping tempat Bos mudanya kini berada."Ya, katanya tuh orang sedang di jalan menuju ke sini. Mana dia kolokan banget lagi, masa minta dijemput di loby," sahut Arga."Hahaha ... ya maklum anak mami emang suka begitu, Bang. Masih suka kolokan." "Hah, mami! Mami yang mana? Mami-mami gitu maksudmu? Hahaha ... masa sih gara-gara gagal nikah terus dia larinya main sama mami-mami gitu, kayak gak ada cewek yang masih muda aja," ejek Arga tersenyum sinis."Cih, si Abang suka gitu deh. Jelek-jelek begitu juga tetep temen kita, Bang. Jangan suka ngeledekin gitu, nanti yang ada kuping dia panas gara-gara kita sedang ngebicarain dia terus, Bang.""Hahaha ... biarin aja. Justru mumpung dianya lagi gak ada, jadi kita bebas ngomongin dia.""Cih, dasar te
Setelah selesai dari acara ulang tahun itu, Arga yang dalam keadaan mabuk langsung memasuki kamarnya dengan diantar oleh Reza.Lelaki muda ber-tuxido itu memapahnya mendekati ranjang dan merebahkan pria itu di sana. Tidak lupa ia pun menyelimutinya juga.Reza hanya menggelengkan kepala melihatnya yang terus merancau tidak karuan di atas ranjang itu."Bang-bang! Sudah dibilangin jangan minum. Eh ... dianya malah tetep aja minum. Ya jadi seperti ini, 'kan?" dengusnya.Kemudian ia keluar dari kamar itu dan langsung masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kamar tersebut.Namun, setelah kepergian Reza, bukannya tidur. Pria itu malah terbangun dan dengan perlahan turun dari ranjang. Lalu dengan terhunyung huyung ia berjalan mendekati pintu. Dan tiba-tiba ia melihat ada sesosok wanita yang masuk ke dalam kamarnya.Cekrek!"Housekeeping!" seru Nayla seraya membuka pintu.Karena pengaruh alkohol yang ia minum di dalam pesta tadi. Kini ia menjadi bringas tak terkendali. Apalagi ketika melihat
Srekk!"Mmgghh ... mmmgh!" Nayla semakin memberontak, tak kala pria itu telah merobek paksa kemeja putih yang ia kenakan. Hingga beberapa kancingnya pun terlepas dan tubuh bagian atasnya kini telah terbuka lebar.Bulir-bulir bening seperti keristal mulai mengalir dari kelopak matanya. "Ya, Tuhan. Tolonglah hamba, jangan sampai ini terjadi lagi padaku. Aku tidak mau, Tuhan." Di dalam hati gadis malang itu terus merapalkan doa, dan berharap ada seseorang yang datang untuk menolongnya.Namun, tidaklah mungkin. Mana mungkin di tengah malam begini ada yang datang ke kamar ini? Selain dirinya yang memang karena bertugas untuk membersihkan kamar ini. Pasti tidak akan ada orang lain yang datang ke sana.Kini tangan kekar milik pria itu mulai bergerak menjamah tubuhnya. Bibirnya berpindah ke ceruk leher jenjangnya, dan menyesap kuat. Meninggalkan kiss mark yang mencolok di kulit putihnya."Ahh ... ! Lepaskan aku, mohon! Jangan lakukan ini lagi. Hentikan!" Teriaknya memohon. Ia masih terus meron
"Nayla!"Degh!Hati Nayla serasa akan copot dan tubuhnya pun langsung membeku. Ia merasa sangat syok dan juga ketakutan ketika mendengar laki-laki itu malah memanggil namanya."Duh ... matilah aku! Gimana ini? Apakah dia mengenaliku?" batinnya resah.Glekk!Dirinya yang merasa sangat ketakutan dan deg-dengan tidak karuan itu menelan ludah kasar. Kini wajahnya tampak pucat pasi karena tegang. Dan keringan dingin pun mulai bermunculan membasahi dahinya."Hahaha ... Nayla-nayla, kau mau ke mana, huh?" Sembari cekikikan tak jelas, suara Arga kembali terdengar samar seperti orang yang sedang mengigau. Sehingga membuatnya dengan harap-harap cemas, Nayla memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Dan benar dugaannya, ternyata lelaki itu masih memejamkan mata dan hanya mengubah posisi tidurnya saja. Yang berarti lelaki tersebut sedang mengigau."Huft!" Seraya memegangi dadanya, gadis itu bernapan lega. "Untung saja cuma ngigau. Kalau gak, mampus deh aku!" rutuknya."Tetapi, kenapa pria bre