"Duh, sebenarnya nih orang kenal gak ya sama si Arga? Kalau nih orang adalah temannya Arga. Aku harus menghindarinya," pikir Nayla, sedang menerka-nerka siapa sebenarnya pria yang bersamanya kini."Hallo, Nona! Kok, malah bengong?" tegur Daniel. Nayla yang tersadar dari lamunannya, dengan canggung langsung memasang cengir kuda."Eh ... namaku adalah Nur Anissa. Dan saya tinggal di jalan Mawar blok B, Tuan," jawabnya dengan sengaja memalsukan sedikit namanya. Dan memberitahu alamat tempat kost-nya berada."Eh, iya. Jangan panggil aku Tuan dong! Kesannya aku jadi keliatan udah tua banget deh? Lagi pula kamu itu bukan pelayan, kenapa harus memanggilku Tuan sih?""Oh ya maaf, Tu-- eh, maksud saya--""Daniel, kamu boleh panggil aku Niel, Dani atau Daniel juga boleh. Tanpa harus ada embel-embel Tuan, Bapak dan lain sebagainya, ok?""Ba-baik, Dan-niel." Dengan tersenyum canggung dan kaku gadis itu mengangguk."Kalau boleh tau, kamu ini bekerja di hotel Kartika, ya?""Iya, saya bekerja di ho
Di saat Nayla akan membuka pintu pagar rumah kost tempat tinggalnya itu, tiba-tiba saja Lukman telah sampai di sana. Dengan segera lelaki yang terpaksa menggunakan ojol itu segera menghanpirinya."Nay, tunggu!" serunya.Gadis itu tampak terlonjak kaget dan langsung menoleh ke arahnya. "Loh, kamu, Man!" ucapnya kaget."Sorry, aku tadi gak bisa ngenjemput kamu di hotel. Karena tiba-tiba saja motorku malah mogok," terang Salman merasa tidak enak padanya."Oh, gitu. Gak pa pa lagi, Man. Lagi pula yang terpenting sekarang aku udah sampai rumah, 'kan? Dan, seharusnya akulah yang minta maaf sama kamu. Karena sudah merepotkanmu hingga kamu sampai bela-belain datang ke sini pula.""Ya sebenarnya gak papa sih. Lagi pula aku gak merasa direpotkan kok. Tapi sayang, pas aku udah mau menjemputmu tadi, eh tiba-tiba motorku malah gak bisa dinyalain. Ya udah, jadi terpaksa aku harus naik ojol. Tapi pas aku udah sampai sana, kata si security dia liat kamu udah pergi dengan mobil.""Dan, apa benar seper
"Kebakaran! Kebakaran ... !" teriak Reza.Sontak Arga yang kaget langsung terbangun dan terlihat sangat panik."Hah, kebakaran! Mana, di mana?" serunya kebingungan."Bhahaha ... !" Otomatis Reza langsung tertawa tetpingkal- pingkal sambil memegangi perutnya. Karena melihat Arga yang langsung berdiri di atas kasurnya dalam keadaan telanjang.Sedetik kemudian Arga baru tersadar kalau dirinya kini dalam keadaan polos. Sehingga seluruh tubuhnya pun terpampang jelas di depan pemuda yang kini sedang terbahak di samping ranjang. Lalu dengan refkek ia langsung mengambil selimut untuk menutupi bagian bawahnya.Kemudian lelaki bertubuh atletis itu langsung memberinya tatapan tajam padanya. Dengan raut wajah yang begitu kesal ia pun terduduk di atas kasur.Reza masih terus terpingkal berusaha untuk menghentikan tawanya. "Ya maaf, Bang. Habisnya kau ini kalau dibangunin susah banget sih. Jadi terpaksa deh, aku ngagetin kamu, Bang.""Terus aja kamu ngetawain aku! Kalau gak bethenti sekarang, gajim
Satu jam kemudian Reza kembali masuk ke kamar Arga. Begitu memasuki kamar, lelaki berkemeja krem itu mengedarkan pandangannya mencari sosok penghuni kamar tersebut. Namun ia tak kunjung bisa menemukannya juga."Ke mana sih, nih orang?" gumamnya sembari terus menelisik ke seluruh ruang, ia terus berjalan hingga ke balkon. Dan Ia melihat lelaki itu sedang duduk melamun di salah satu kursi yang ada di sana.Gegas Reza mendekatinya. "Hai, Bang! Aku cariin dari tadi, juga. Eh, ternyata malah lagi mojok di sini?" Seraya menepuk pundak, pemuda itu memilih untuk duduk di kursi yang ada di sebelah bosnya tersebut.Arga terlonjak kaget dan langsung tersadar dari lamunannya. "Kau ini biikin kaget aja. Mojok, pala lo!" sungutnya kesal.Reza terkekeh. "Lagian ngapain sih, Bang. Pagi-pagi udah melamun aja. Tar kesambet loh, gara-gara keseringan melamun!" ledeknya."Aku masih bingung soal kejadian yang semalam. Dan aku merasa sangat yakin kalau cewek yang semalam itu beneran si Nayla, Za!"Reza mend
"Ja-jadi, ternyata Anissa itu adalah Nayla, yang sengaja merubah namanya sebagai Anissa," batin Reza merasa syok.Kemudian dengan wajah yang tampak syok, Reza menutup kembali map tersebut. Lalu ia menatap ke arah Arga. Seakan ia tidak percaya ternyata apa yang diperkirakan bosnya itu sangatlah tepat. Berarti gadis yang semalam tidur bersamanya itu memanglah benar adalah Nayla alias Anissa si gadis HK itu."Kalau boleh saya tau, di mana gadis HK yang bernama Anissa ini, Pak? Apakah hari ini dia masuk kerja?" tanya Arga sambil menatap ke arah Pak Rudi."Maaf, Tuan. Gadis HK yang Anda maksud itu --""Anissa alias Nayla Putri Anissa, Pak Budi. Gadis yang ada di map ini," sela Reza sembari mengangkat map merah yang ia pegang."Oh, ya ya sebentar, Tuan. Saya tanyakan ke anak buah saya dulu. Sekarang dia masuk sift berapa." Pak Rudi kembali menelfon sang anak buahnya itu dan menayakan sift kerjanya Nayla.Setelah sudah mendapat informasi yang dimintanya tadi, ia pun menutup telefonnya kembal
Tampaklah wanita berumur 36 tahunan kini tengah berdiri di ambang pintu kamar Nayla. Dengan bersedakap, wanita itu menatap sinis gadis yang sedang mengobrol dengan suaminya."Bue, kamu ini ngomong apaan sih?" tegur Darman, merasa sangat kesal dengan sikap istrinya yang selalu saja judes pada Nayla."Lah, emang bener, 'kan? Kita ini butuh uang banyak untuk mengurus adikmu yang gila itu. Buat makannya, terus obatnya dan belum lagi kebutuhan yang lainnya juga. Masih untung loh, aku mau menampung dan mungurus ibunya di sini.""Coba aja, kalau si Nayla nitipin ibunya di rumah sakit jiwa. Pasti dia gak bakal kuat buat bayarnya biaya perawatannya, Pae," cerocos Marlina."Wes cukup, Bue! Sudah malam, sebaiknya sekarang kamu tidur dan jangan ganggu Nayla lagi," tukas Darman. Dengan nada menekan, ia menahan suaranya agar tidak berteriak pada istrinya itu."Cih, siapa juga yang menggagu? Wong aku cuma lagi ngomong kenyataan aja, kok. Yo weslah, sakarepmu, Pak! Sing penting jo lali, Nayla. Nek wes
Beberapa hari sebelumnya.Arga dan Reza kini sedang berada di dalam perjalanan menuju rumah keluarga Bagas Dewantara. Yang tidak lain adalah rumah Arga juga.Dengan mengendarai mobil mewahnya yang berwarna silver, Arga pun menuju ke sana bersama sang asisten yang terkadang suka merangkap menjadi supir pribadinya juga.Ya, memang dengan sengaja lelaki berkulit putih dan berhidung mancung itu memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Nanti, di saat Nayla sudah kembali bekerja lagi, sesuai dengan rencana ia akan mendatangi hotel itu kembali.Semenjak ibunya meninggal dunia 7 tahun yang lalu, sebenarnya lelaki tampan yang baru berusia 27 tahunan itu sangat malas untuk pulang ke rumah itu.Namun, demi wasiat mendiang ibunya dulu, yang pernah berpesan, 'Apapun yang terjadi di masa depannya nanti, jangan perna sekalipun ia meninggalkan rumahnya ini!"Sehingga dengan terpaksa Arga harus tetap mau tinggal satu atap bersama dengan dua orang yang sangat ia benci dalam hidupnya ini. Yaitu
Sementara Larissa tampak acuh dan masa bodoh terhadapnya. Selama ini ia merasa cukup senang dengan semua kemewahan yang diberikan oleh Arga kepadanya.Wanita mana sih yang tidak suka dengan kemewahan? Dirinya cukup duduk manis, bisa berfoya-foya dan jalan-jalan bersama teman sosialitanya. Menikmati semua uang yang diberikan oleh Arga di setiap bulannya.Wanita cantik berkulit putih itu berharap selama menjadi istrinya nanti, dengan perlahan ia bisa meraih hati suaminya dan bisa membuatnya jatuh cinta kepada dirinya.Ya, walaupun hingga saat ini ia belum seratus persen berhasil. Setidaknya masih ada waktu 3 tahun lagi, ia akan mengunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya.Dan jika itu berhasil. Dengan sangat bangga ia akan menunjukan kepada wanita paruh baya itu bahwa ia mampu menaklulan hati Arga dan akan membuat laki-laki itu tahluk di bawah kakinya."Hem ... mari kita liat saja, Tante! Akan ku buktikan, aku pasti bisa menaklukan hati Arga. Tidak sepertimu, menikah dengan Papah Bagas,