Reza, yang baru saja sampai di restauran itu merasa sangat kebingungan ketika melihat Arga dan Nayla yang baru saja pergi dari sana. Lalu, dengan segera ia langsung menghampiri seorang pria yang diam mematung menatap ke arah Nayla. "Loh, Bang. Bukanya itu tadi si Bos Arga dan Non Nayla, 'kan?" tanyanya keheranan.Daniel yang sedang tertegun, terjingkat kaget dan menoleh ke arah Reza. Dalam seketika raut wajah lelaki itu kini terlihat marah padanya. Lalu dengan tanpa terduga, tiba-tiba saja ia mencengkram kerah baju Reza seraya berkata, "Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau Nayla itu adalah Anissa, Reza!" Reza langsung dibuat melongo olehnya. Karena ia tidak mengerti dengan apa maksud dari perkataan temannya tersebut. "Woy-woy-woy, sabar, Bro! Tenang, kau jangan emosi dulu. Semuanya, 'kan bisa dibicarakan dengan baik-baik. Slow, Bro, slow! Jangan pakai emosi kayak gini, ok?" Dengan sedikit ketakutan lelaki berkaos coklat muda itu berusaha untuk menenangkannya.Dengan kasar Dan
Sudah beberapa hari yang lalu hubungan Nayla dengan Arga belakangan ini semakin membaik. Mereka sudah mulai saling mengerti, dan tidak saling bertengkar lagi.Ya, bisa dibilang keduanya kini sudah mulai saling terbuka untuk saling mencintai. Keduanya merasakan ada getaran cinta yang mulai tumbuh bersemi di hati mereka berdua. Sehingga membuat Arga sudah berani dengan terang-terangan untuk mengakui perasaannya. Namun, berbeda dengan Nayla. Gadis cantik berlesung pipi dan berambut ikal sebawah bahu itu belum pernah mau mengakui ataupun mengungkapakan bagaimana perasaaannya terhadap Arga.Akan tetapi, Arga yakin kalau Nayla juga mempunyai rasa yang sama dengannya. Hanya saja, gadis itu masih malu untuk mengungkapkannya. Ya, hanya tinggal menunggu waktu saja, suatu saat nanti pasti ia juga akan mau mengakuinya.Untuk menggantikan makan malam yang kacau pada waktu itu, hampir di setiap harinya Arga sering mengajak Nayla untuk makan malam di luar. Tak hanya itu saja, bahkan lelaki itu kini
Ting- tong!Nayla yang sedang menemani Ibunya di kamar mendengar suara bel rumah berbunyi."Sebentar ya, Bu. Itu pasti Tuan Arga sudah pulang. Biar aku bukain pintu dulu," ujar Nayla.Sembari tersenyum kecil, wanita paruh baya itu hanya mengangguk.Lalu, wanita cantik bergaun biru muda itu bergerak ingin menuju pintu."Eh, Mbak! Biar aku aja yang bukain pintu. Kamu di sini aja temenin Ibu, ya!" cegat Nayla saat melihat Sri yang akan berjalan menuju pintu."Baik, Nona."Kemudian dengan hati yang berdebar-debar, bibir gadis itu tersenyum lebar. Ia merasa sangat senang ketika mengetahui laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu telah pulang. Sehingga dirinya begitu antusias ingin membukakan pintu untuknya.Cekklik!Namun, apa yang terjadi? Ketika ia membuka pintu, bukan sosok Arga yang ia lihat di sana. Melainkan dua sosok orang lain yang sangat mengejutkannya. Dalam sekejap senyuman di wajahnya langsung lenyap, diganti oleh rasa syok yang begitu mendalam. Lalu dengan mata yang memb
"Hiks ... hiks ...." Dengan sangat sedih, Larissa mulai terisak. "Kenapa kamu tega banget sama aku, Arga? Kenapa?" teriaknya.Siska dengan begitu panik langsung mendekatinya dan berusaha untuk menolongnya. "Rissa, kamu gak apa-apa?" ujarnya sembari mengamati keadaan gadis itu dengan sangat khawatir. Kemudian wanita paruh baya itu berdiri dan menghadap ke arah anak tirinya."Arga! Kamu benar-benar sudah keterlaluan. Kenapa kamu malah lebih membela wanita murahan itu dibanding dengan istrimu sendiri, Arga?" tariaknya dengan penuh emosi."Siapa yang kau bilang wanita murahan? Nayla bukan wanita murahan. Dia adalah istriku, calon ibu dari anak-anakku nanti. Jadi, jangan ada yang berani menghinanya apalagi sampai menyakitinya seperti tadi!""Jika itu terjadi lagi, maka aku tidak akan memaafkan orang itu. Biarpun itu adalah kau sekalipun aku tidak akan memaafkannya!" gertak Arga dengan wajah yang memerah, dia masih merasa sangat marah melihat perbuatan kedua wanita itu."Apa maksud kamu, A
"Aku ingin kita pisah," ucap Nayla dingin."A-apaa?!" Sontak Arga terpekik kaget. "Tidak-tidak tidak! Aku tidak ingin kita pisah."Dengan kedua tangan, Arga menakup wajah Nayla. Lalu ia menatap lekat wajah gadis itu. "Dengarkan aku, Nayla! Kau tidak usah hiraukan perkataan Larissa! Aku bener-bener minta maaf padamu. A-aku gak tau kalau Larissa dan Mama tiriku akan datang ke sini. Hingga akhirnya dia menyerangmu seperti ini." "Tapi kau tenang saja, aku akan memberinya pelajaran padanya nanti.""Apa yang ingin kamu lakukan pada Non Larissa?" Nayla tampak kaget mendengarnya."Iya. Aku akan memberinya peringatan agar dia jangan berani macam-macam lagi padamu, Nayla. Jika dia masih berani mengganggumu lagi, maka aku akan langsung menceraikannya.""Apaa?! Kamu akan menceraikannya? Tidak, aku tidak mau!" tolaknya tegas."Kenapa kau tidak mau? Apakah kau sudah tidak ingin bersamaku lagi, Nayla?""Ya ya ... bukan seperti itu. aku hanya tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang. Maka dari
Karena Bu Salamah yang terus mengamuk dan berteriak histeris, dengan terpaksa sang dokter harus memberikan suntikan bius atau obat penenang padanya. Setelah sudah merasa tenang, mereka merebahkan wanita paruh baya itu di atas ranjang. Kini dengan rasa lega, semua orang menatap iba dan khawatir padanya. Terlebih lagi Nayla, gadis itu terlihat sangat sedih terus menatapnya sayu.Lalu, Arga yang merasa keheranan langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada sang dokter."Maaf, Dok. Kenapa tiba-tiba Bu Salamah bisa mengamuk seperti tadi?" ucapnya.Terlihat dokter muda yang tak berseragam kerja itu sedang memasukan peralatan kerjanya ke dalam tas. Lalu, sembari menuliskan beberapa resep obat, ia pun menjawab, "Ini bisa saja terjadi, ketika si pasien sedang mengingat kejadian dari masa lalunya, Tuan. Kemungkinan besar Bu Salamah ini pernah merasakan trauma yang begitu mendalam. Sehingga ketika beliau mengingatnya, beliau langsung merasa ketakutan dan berteriak histeris seperti tadi.""Tet
"Dan ... setelah aku menyelidikinya, aku pun menyimpulkan kalau sebenarnya Bik Salamah mengalami gangguan jiwa itu bukan semata-mata karena meninggalnya Pak Darto. Tetapi, karena memang ada yang dengan sengaja membuatnya seperti itu," ucap Arga menyimpulkan. "Maksudnya?" tanya Bagas. Dengan mengeryitkan dahi ia merasa kebingungan."Jadi begini, Pah, biar Arga jelaskan. Ternyata selama ini Buk Salamah sengaja diberi obat yang salah. Sehingga membuat keadaan jiwanya menjadi semakin parah. Lalu lambat laun ingatan dari masa lalunya pun menjadi lemah. Dan bahkan beliau tidak bisa mengingatnya lagi.""Dan yang membuatku lebih heran lagi, ada orang yang mengaku bahwa orang yang telah memberikan obat itu adalah orang suruhan dari manta majikan Bu Salamah bekerja dulu, Pah." Dengan panjang lebar, lelaki yang tengah terduduk di depan Bagas itu mulai menceritakan hasil dari penyelidikanya beberapa hari yang lalu."Berarti, secara tidak langsung orang itu menuduh bahwa keluarga kitalah yang men
"Argh ...." Dengan penuh kemarahan, kini Larissa berteriak keras di dalam kamar. Ia benar-benar hampir dibuat frustasi dengan kelakuan Arga yang lebih memilih mempertahankan Nayla dibanding dengan dirinya.Sungguh ia tak habis fikir, sebenarnya apa kelebihan wanita itu? Hingga membuat Arga lebih memilihnya. Padahal jika dilihat dari penampilan fisik, dia merasa jauh lebih cantik dan seksi dibanding wanita murahan itu. Akan tetapi, ternyata cantik saja tidak cukup membuat Arga tetap bertahan berada di sisinya. Apa mungkin ada hal yang lainnya yang bisa membuat lelaki itu lebih tertarik dengan Nayla?"Oh, aku tau. Pasti gadis murahan itu jauh lebih jago merayu dan lebih hebat di atas ranjang. Cih, dasar jalang, wanita murahan seperti dia pasti akan melakukan segala hal agar bisa menggait orang-orang kaya seperti Arga," batin Larissa terus mencibir dan menghina Nayla. Di samping itu juga ia merasa sangat kesal dengan kedua mertuanya yang tak bisa berbuat apa-apa untuk membelanya. Terle
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp