Dengan senyum yang dipaksakan Nayla menjadi serba salah menanggapinya."Kamu ini jangan bercanda deh, Daniel! Gak lucu tau!" Nayla mendengus kesal."Aku tidak sedang bercanda, aku serius, Nayla!" tukas Daniel. Dengan memasang wajah serius, lelaki itu terus menatapnya dalam.Sehingga membuat Nayla semakin merasa kebingungan saja menghadapinya."Tunggu, Ela!" Tiba-tiba Bu Selamah menyela pembicaraan mereka berdua. "Sebenarnya Larissa itu siapa? Dan kenapa dia ingin memisahkanmu dengan Arga?"Bu Salamah yang selama ini tidak mengetahui bagaimana status Nayla, merasa sangat kebingungan. Karena ia mengira kalau putrinya itu adalah istri satu-satunya Arga. Sehingga ketika mendapati ada orang perempuan yang ingin menyingkirkan putrinya dari sisi suaminya itu, membuat menjadi keheranan.Deg!Dengan wajah tertunduk, Nayla kini terdiam. Ia merasa bingung bagaiman cara menjelaskannya.Daniel pun mengerti kalau gadus itu pasti belum bercerita kepada ibunya perihal status dirinya yang sebagai istr
Larissa yang masih terus mengintai berada di depan ruang pemeriksaan, merasa cukup kaget ketika melihat Nayla bersama dengan Daniel dan juga ibunya keluar dari ruangan tersebut. Dengan segera Ia langsung menyembunyikan diri di balik tembok. Namun, sesekali kepalanya masih melongok untuk mengintip mereka. Hingga di detik berikutnya ia pun merasa keheranan ketika melihat ketiga orang itu masuk ke sebuah ruangan, di mana di atas pintu ruangan itu tertuliskan 'Dokter Kandungan'."Hah, Dokte kandungan?!" Dengan mengerutkan dahi, wanita itu terheran-heran."Tunggu-tungg! Kenapa mereka masuk ke sana?" Sontak hatinya pun langsung bertanya-tanya kebingungan.Lalu beberapa menit kemudian, ia pun tercenung tak kala hatinya tengah berspekulasi dan sedang megira-ngira apa yang telah terjadi pada Nayla sekarang. Seketika ia menggelengkan kepala, merasa tidak percaya dengan pemikirannya sendiri."Tidak-tidak-tidak! Nayla tidak mungkin hamil, 'kan? Kalau dia beneran hamil bisa tambah gawat ini. Yan
Laki-laki itu langsung berdiri karena syok mendengar apa yang barusan Larissa katakan padanya. Sungguh ia tak menduga kalau wanita tersebut akan berkata yang demikian.Namun, sebisa mungkin ia berusaha tetap terlihat tenang. Dan tak langsung mempercayainya dengan begitu saja. Lalu dengan tersenyum miring ia pun berkata, "Kau pasti sedang bercanda, 'kan?""Aku sedang tidak bercanda, Arga. Pada awalnya aku ingin merahasiakan ini semua darimu. Karena aku tak ingin membuatmu merasa sedih ataupun malu. Terlebih lagi kalau sampai Papah tau, ia pasti akan merasa sedih dan juga sangat kecewa padamu.""Oleh karena itu, aku pun terpaksa mencari cara agar bisa menutupinya. Yaitu dengan aku mempunyai seorang anak, pasti semua orang tidak akan tau akan kebenaran itu, 'bukan?"Dengan panjang lebar, Larissa beralasan untuk membenarkan diri.Namun, Arga terdiam. Bukan karena sedang mendengarkan penjelasan darinya. Tetapi pria itu malah sedang terpikirkan dengan yang lainnya yaitu Nayla. Dalam hatiny
Setelah melakukan tes kesuburan di rumah sakit, dengan penuh gelisah Arga menjadi tidak sabar menunggu hasilnya. Sungguh dirinya merasa sangat penasaran dan ingin memastikan kalau ucapan Larissa benar atau tidak.Ia pun mulai membayangkan, andai semua ucapan Larissa benar, ia pasti akan merasa sangat kecewa dan juga sangatlah marah pada Nayla.Sehingga untuk mengalihkan kegelisahan hatinya, ia pun pergi ke sebuah klub malam untuk sekedar minum sedikit dan membiarkan pikirannya melupakan sejenak semua masalah yang kini sedang di hadapinya. Di setiap harinya kini lelaki itu pulang ke rumah dalam keadaan mabok. Membuat seluruh anggota keluarganya yang melihatnya pun merasa keheranan. Namun berbeda dengan Larissa, wanita cantik berambut pirang itu tampak sangat senang melihatnya seperti itu. Karena ia merasa telah berhasil mempengaruhinya.Di saat melihatnya pulang dalam keadaan setengah mabuk, dengan segera wanita berambut ikal sepunggung itu menghampirinya dan memapahnya untuk masuk
"E-eh, Mbak, tunggu! Itu ada yang ketinggalan!" serunya sembari menujuk ke sebuah amplop putih yang tergeletak di lantai. "Lah, dia malah langsung pergi." Namun, tampaknya wanita itu tak mendengar ataupun tak menghiraukan seruannya. Sehingga dengan terpaksa Daniel segera mengambilnya.Sambil bergumam ia menatap kertas putih itu dengan kebingungan. "Amplop apa ini?" Sontak dahinya langsung mengerut, ketika membaca tulisan yang tertera di depan amplop tersebut. "Loh, kenapa di amplop ini tertulis nama Arga Dewantara?" ucapnya merasa keheranan. "Ah ... jangan-jangan ini milik Arga. Lalu, siapa wanita tadi? Hem ... ini sangat sangat mencurigakan. Atau wanita itu sedang merencanakan sesuatu yang buruk pada Arga? Wah ... ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mengantarkan amplop ini pada Arga nanti," kata Daniel."Halo, Niel. Apa kau masih di sana?" Suara wanita di dalam ponsel miliknya pun kembali terdengar.Seraya memasukan amplop itu ke dalam saku celananya, dengan segera ia langsung me
"Tidak-tidak-tidak." Sembari terus menatap kertas itu, Nayla menggelengkan kepala. Merasa tidak percaya dengan hasil tes tersebut. "Mana mungkin kamu mandul, Arga. Buktinya sekarang aku sedang mengandung anak kamu.""Hahaha ... anak aku?" Dengan tertawa sumbang, lelaki tampan itu melihatnya sinis. Seolah pria tersebut tidak percaya dan meragukan perkataannya."Iya, ini anak kamu, Arga!" kekeh Nayla. "Pasti ada kesalahan dengan hasil tes ini. Bisa saja pihak rumah sakit atau dokternya telah salah mendiagnosa.""Jangan salahkan pihak rumah sakit hanya untuk menutupi kebohonganmu, Nayla!""Tapi beneran ini adalah anak kamu, Arga!" Nayla yang merasa sudah tak tahan terus dituduh oleh Arga, berteriak kencang. "Jika kau masih merasa ragu, bagaimana jika kalau kau melakukan tes ulang. Sehingga dengan begitu--""Tidak perlu!" Arga langsung menyelanya. "Kenapa tidak perlu? Bisa saja, 'kan rumah sakit itu salah. Dan kau masih bisa melakukan tes di rumah sakit yang lain!" "Lagi pula, selain de
Di dalam sebuah mobil sport berwarna merah, terlihat Daniel sedang fokus mengendara. Lelaki tampan berambut coklat yang memiliki manik indah berwarna hazel tersebut akan pergi ke apartemen Arga. Ia ingin memberikan amplop putih yang ia temukan tadi pagi di rumah sakit tempat ibunya dirawat.Namun, di tengah jalan, ia tampak terkejut ketika melihat sesosok orang yang ia kenal sedang berjalan di sebrang jalan.Sembari mengerutkan dahi, ia bergumam. "Loh, bukannya itu si Anissa, eh salah Nayla maksudku.""Tapi ... ngapain dia malam-malam begini kluyuran di pinggir jalan? Mau ke mana sih, dia?" Di dalam otaknya kini dipenuhi oleh banyak pertanyaan.Tanpa menunggu lama, ia pun membelokan laju mobilnya, berniat untuk menghampirinya. Namun, sesaat kemudian ia dibuat syok ketika melihat ada sebuah mobil hitam yang sedang melaju kencang ke arah Nayla.Seketika ia pun terlihat sangat panik dan langsung berteriak kencang memanggilnya. "Awas, Nayla!"Namun naas, Mobil itu kini telah menabrak Nayl
"Apa?! Ko-koma?" Sontak Bu Salamah dan Daniel terlihat sangat syok mendengarnya.Bahkan karena saking syoknya, tubuh Bu Salamah langsung terasa lemas dan hampir saja limbung. Untung saja Daniel yang berada tepat di sampingnya dengan cepat menahan tubuh rentanya itu. "Tante, Tante tidak apa-apa?" tanyanya merasa khawatir.Wanita paruh baya berbaju putih dengan motif bunga itu menggeleng pelan."Lalu, apa ada kemungkinan yang lainnya, Dok?" tanya Daniel berusaha untuk tetap terlihat tegar."Pasien juga kehilangan banyak darah, kami sudah berusaha mengganti darah yang hilang. Bila organ tubuhnya bisa bekerja dengan normal ada kemungkinan pasien akan kembali sadar meskipun kemungkinannya sangat kecil.""Dan ... ada satu kabar duka lagi yang harus saya sampaikan." Dengan sangat hati-hati Dokter muda itu terus memberikan informasi tentang kondisi si pasien.Degh!Wajah Bu Salamah semakin terlihat cemas dan kian merasa ketakutan saja. "Ka-bar duka? Kabar duka apa, Dok?" tanyanya panik."Em