Beranda / Pernikahan / Pengantin Kecil Tuan Xavier / Bab 18 - S2 - Menemui Titik Terang

Share

Bab 18 - S2 - Menemui Titik Terang

Penulis: Karlinanovi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-09 15:35:53

Alexander tampak masuk ke dalam ruang ICU. Ia menatap seorang gadis yang tengah tertidur dalam damai. Alexander tersenyum, lalu memegang tangan gadis itu dengan lembut.

"Hai, Cantik. Selamat sore, Nak. Nyenyak sekali tidurmu, hmm. Tidak ingin bangun? Banyak orang yang menunggumu terbangun, lihatlah ayah dan ibu serta adik-adikmu menunggumu bangun. Ayahmu begitu hancur melihatmu seperti ini, Om baru pertama kali melihat ayahmu menangis dan hancur. Maka dari itu, Om mohon ayo bangun."

Alexander terus mengajak Sheinafia berbicara, hingga tiga puluh menit lamanya ia berada di dalam. Kini giliran Rain yang masuk, laki-laki itu tidak langsung menghampiri Shei. Ia masih berdiri mematung di dekat pintu.

Perlahan langkah kakinya membawa pria itu mendekat ke arah brankar Sheinafia. Ia dapat melihat banyaknya peralatan yang di gunakan untuk menyambung hidup. Rain meringis kala melihat wajah pucat Sheinafia.

"Mengapa kau hobby sekali celaka?" tanya Rain datar dan kak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cinta Nurohman
kasian shenafia cepet sembuh chantik synk .thor lg dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 19 - S2 - Kabar Buruk

    Abrian tampak mematung mendengar penjelasan Alexander. Ia sungguh tidak menyangka jika efek dari racun itu begitu dahsyat. Lantas bagaimana nasib putrinya jika sampai hal itu terjadi?. "Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi. Jika sampai apa yang kau ucapkan itu menjadi kenyataan? Tidak hanya putriku yang akan hancur, namun Xavier dia yang paling akan terpuruk atas kejadian ini. Ya Tuhan," gumam Abrian. Rain terdiam, tetapi pria itu terlihat mengepalkan tangannya dengan erat. Rain pun tidak dapat membayangkan semua itu. Sheinafia celaka akibat kecerobohannya. Andai saja ia lebih ketat mengawasi dan tidak terlalu mempercayai orang lain. Tentu ini semua tidak akan terjadi. "Bri, aku dan putraku akan berusaha membuat penawar dari racun tersebut. Namun sebelum itu, aku mohon untuk tidak memberi tahu ...." Perkataan Alexander terpotong oleh suara bariton yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Apa maksud semua ini?" tanya Xavier dingin. Xa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 20 - S2 - Panik

    Nandini seketika pingsan kala mendengar apa yang di ucapkan oleh suster tersebut. Putrinya anfal, ia tengah berjuang di dalam sana. Xaver langsung memeluk tubuh lemah sang istri. "Vier, kenapa adikku?" tanya Arshaka panik. Xavier kalut. Ia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan sang kakak. Arshaka pun mengerti, lantas ia menggantikan sang adik menggendong Nandini dan membawanya ke ruang perawatan. "Tolong adikku, Dok!" Seorang dokter perempuan langsung menghampiri Arshaka yang sudah membaringkan Nandini di atas brangkar. Wajah Arshaka begitu panik, ia baru saja tiba di rumah sakit. "Bagaimana?" tanya Arshaka khawatir. "Nyonya hanya shock, Tuan. Selebihnya baik-baik saja." Arshaka mengangguk, lalu sang dokter pun berpamitan. Tak lama kemudian, Xavier masuk ke dalam ruangan. Arshaka menatap iba sang adik, lagi dan lagi kehidupannya di beri cobaan yang begitu berat. "Jaga istrimu. Biar putriku aku yang urus," ujar Arshaka

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 21 - S2 - Balasan Yang Setimpal

    Pria yang menjadi tersangka penyuntikan Sheinafia, kini tengah menggelepar. Meregang nyawa, mulutnya sudah memuntahkan darah begitu banyak. Alexander menatap datar pada pria itu, darah yang mengalir di dalam diri Rain. Membuktikan jika pria itu memang keturunan sejati Zaderta. "Lihatlah, Sayang. Putra kita, ia begitu kejam. Persis ketika aku muda, andai kau masih berada di dunia ini. Tentu kau akan merasa bangga, atas putramu. Aku harap dia menjadi pria sejati, tidak sepeZrti ayah kandungnya." Setelah beberapa menit meregang nyawa. Akhirnya pria itu pun mati dalam keadaan mengenaskan. Di mana mulutnya mengeluarkan darah. Dan juga kulitnya yang melepuh seperti terbakar. Rain sendiri tengah menuju anak dari pria itu. Ia ingin bertanya perihal, mengapa ia memilih Sheinafia jika nyatanya ayahnya menyuruhnya random. Tok tok tok Pria muda nan tampan itu tampak mengetuk pintu sebuah rumah. Lama Rain menunggu hingga pintunya terbuka. Setelah menu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 22 - S2 - Koma

    Seorang gadis cantik, masih betah berada di dalam tidur panjangnya. Tanpa ia tahu, jika saat ini banyak orang yang tengah menunggu ia siuman. Tidak, bukan mau gadis itu ia berada di alam mimpi. Hanya saja, ada sesuatu yang menahannya. Ia sukar sekali membuka matanya, ia ingin berteriak dan berkata jika dirinya tidak mau berada di posisi seperti ini. "Ya Tuhan, sampai kapan aku akan tertidur seperti ini? Aku rindu ibu dan ayahku, serta adik-adikku," lirihnya sambil menatap tubuhnya yang terpasang banyak alat penopang hidup. Saat ini, ia hanya bisa menatap tubuhnya tanpa bisa memasukinya. Setiap hari, dirinya hanya bisa menatap orang yang datang menjenguknya. "Hei, apa kabar? Maafkan aku karena sudah beberapa hari tidak menjengukmu. Aku sibuk." Sheinafia menatap heran pada pria yang selama ini begitu membencinya. Benci tanpa alasan, yang bahkan Sheinafia pun tidak tahu. "Sampai kapan kamu mau tidur seperti ini? Tidak kasihan kamu terhadap ibumu, yang s

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-14
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 23 - S2 - Penawar

    Rain tampak menatap tajam pada tikus yang menjadi bahan eksperimennya untuk mengetes obat penawar racun tersebut. Awalnya sang tikus, menggelepar kala racun itu di suntikkan ke tubuhnya. Selang beberapa detik, Rain tampak kembali menyuntikkan satu cairan. Rain memperhatikan dengan seksama, segala perubahan yang terjadi pada sang tikus. Awalnya sang tikus terlihat kejang-kejang, tetapi beberapa detik kemudian, tikus itu membaik meski dengan pernafasan yang masih sedikit lemah. "Kita lihat besok bagaimana, jika tikus ini masih hidup. Berarti obat penawarnya berhasil," gumam Rain. Rain pun meninggalkan tikus tersebut. Ia menemui sang ayah yang tengah berbicara dengan beberapa anak buahnya. "Dad," panggil Rain datar. Alexander langsung mengalihkan atensinya. Rain menghampiri sang ayah dan para anak buahnya pamit. "Obat itu sepertinya bekerja, kita lihat esok pagi. Bagaimana reaksi sang tikus," ujar Rain datar. Alexander mengangguk. Ia ban

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 24 - S2 - Tempat Asing

    Entah kenapa, aku tiba-tiba terbangun di sebuah tempat yang sama sekali tidak aku kenal. Aku mengedarkan pandanganku, dan ketika melihat ke sekeliling, fokusku menatap tubuh yang terbujur kaku di atas brangkar. "Aku di rumah sakit? Aku kenapa?" tanyaku berbisik. Aku terus menatap tubuh itu, yang di penuhi oleh alat-alat penyambunh hidup. Aku berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, namun nihil. Aku sama sekali tidak mengingat apapun. Ketika asyik menatap tubuhku, aku mendengar pintu terbuka. Di sana aku melihat lelaki yang menjadi cinta pertamaku. Menatapku dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Ayah," gumamku. Ingin sekali aku memeluk tubuh ayahku dan berkata jika aku baik-baik saja. Dan ayah tidak perlu khawatir. Karena aku adalah anak yang kuat. "Sayang," panggil ayahku pelan. Ayahku masih terdiam. Beliau hanya diam menatapku, aku duduk di samping ayahku. Ingin rasanya aku berteriak dan berkata jika aku berada di sam

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 25 - S2 -Sadar

    "Terima kasih, Rain. Jika tidak ada kamu, tante tidak akan tahu bagaimana nasib Sheinafia ke depannya," ujar Nandini. Rain hanya tersenyum saja. Namun ketika Nandini memeluknya, perasaannya terasa hangat. Pelukan seorang ibu, yang sudah sangat lama sekali ia inginkan. Salah satu dokter menemui Xavier dan yang lainnya. Wajahnya terlihat gusar, dan Xavier menyadari hal itu. "Maaf, sebelumnya saya ingin menyampaikan kemungkinan terburuk dari efek penawar racun itu," ujar sang dokter. Wajah Xavier langsung memucat. Begitu juga dengan Nandini. Sang dokter terlihat menghela nafasnya. "Maafkan saya, saya sudah melihat penawar itu dan memang sepertinya bisa membuat nona sembuh. Hanya saja ... Seperti yang saya sampaikan sejak awal jika kemungkinan efeknya akan membuat nona buta atau bahkan nona mengalami kelumpuhan. Tapi, alhamdulillah kemungkinan perkiraan itu hanya beberapa persen saja. Namun, efek yang paling menonjol adalah nona akan mengalami ... Amnesi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 26 - S2 - Amnesia

    Saat ini, Sheinafia sudah di pindahkan ke ruang perawatan. Gadis itu sudah keluar dari ruang ICU. Xavier dan Nandini menghembuskan nafas lega. Kondisi Sheinafia di nyatakan baik-baik saja, meski ia baru terbangun dari koma. Kini di ruangan itu, ada Xavier dan yang lainnya. Mereka penasaran dengan keadaan Sheinafia. Gadis itu terlihat menatap sekumpulan manusia tersebut dengan kening yang berkerut. "Kalian siapa?" Deg Hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sheinafia barusan. Semua shock meski efek dari penawar itu sudah di beri tahu sebelumnya. Nandini maju, ia menatap lembut wajah cantik sang putri. Meskipun masih terlihat pucat, namun tidak menghilangkan kecantikan Sheinafia. "Nak?" panggil Nandini lembut. Sheinafia tidak menjawab, ia hanya menatap wajah lembut Nandini. Dan kembali melihat ke yang lain. "Nak," Nandini kembali memanggil. "Perkenalkan namaku, Nandini dan pria yang memakai kemeja putih itu suamiku, namanya Xavier.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17

Bab terbaru

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+)

    Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+) “Bagaimana saksi, Sah?!” Tanya seorang penghulu kepada para saksi yang berada di sana. “Sah!” “Sah!” “Sah!” Kalimat Sah menggema, membuat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Senja. Alarich melihat hal itu, ia langsung menggenggam tangan mungil sang istri. Membuat Senja sadar jika ia tidak sendiri. Gadis yang sudah bergelar istri itu menoleh, menatap sang suami yang tersenyum manis kepadanya. Lelaki yang tidak pernah tersenyum itu, kini memberika senyumannya hanya untuk sang istri. “Alhamdulilah, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan untuk sang istri mencium tangan sang suami, dan suami mencium kening serta ubun-ubun istri anda,” ujar sang penghulu. Alarich maju, mendekati istrinya. Dengan tubuh bergetar menahan gugup Alarich mencium kening serta ubun-ubun sang istri. Begitu juga dengan Senja, dengan tangan yang gemetar, ia raih jemari sang suami. Men

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 95 - S2 - Menikah

    Bab 95 - S2 - Menikah Deg Senja langsung menoleh ke arah Alarich, ia bahkan menghentikan langkah kakinya. Menatap wajah yang senantiasa datar dan dingin itu, mencari kebohongan dari binar matanya yang tajam. Namun, Senja sama sekali tidak menemukan kebohongan tersebut, ia justru melihat ketulusan, kejujuran, dan keseriusan dari mata Alarich. Lantas Alarich membuka pintu ballroom, begitu pintu terbuka keluarga besar Romanov menyambutnya. Senja mematung di tempatnya berdiri,memandang bagaimana baiknya keluarga yang bahkan tak ada hubungan darah dengannya. Alarich meraih tangan Senja, dan membawanya masuk. Mata Senja sudah berkaca-kaca, melirik tangan yang di genggam oleh Alarich. “Tuan,” lirih Senja. “Mari masuk, mereka sudah menunggumu. Menunggu calon menantu baru di keluarga Romanov. Gadis yang selama beberapa tahun aku tunggu, tidak mungkin aku lepaskan untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, aku akan langsung mengikatmu dengan pernikaha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 94 - S2 - Lamaran

    Malam itu, Senja sudah siap dengan gaun yang sudah di siapkan oleh Alarich sebelumnya. Gaun berwarna lembut sangat cocok dengan karakter Senja. Jangan lupakan kerudung yang berwarna sama dengan gaunnya menambah kecantikan seorang Senandung Senja. Gadis berhijab itu di dandani oleh Sheinafia, wanita beranak satu itu begitu antusias kala mendengar Alarich hendak melamar Senja. Namun, mereka sengaja tidak mengatakan hal itu kepada Senja, sebab takut jika gadis tersebut menolaknya. “Ya Tuhan, kamu cantik sekali, Senja,” pekik Sheinafia yang membuat ketiga perempuan paruh baya yang kebetulan berada di kamar Senja sontak menoleh ke arah dua wanita muda itu. Nandini, Namilea, dan Melati tersenyum kala melihat Senja. Wajahnya yang cantik alami semakin bersinar kala Sheinafia membubuhkan make up flawless di wajah cantiknya. Namilea menghampiri keduanya, ia tersenyum lembut lantas mengusap puncak kepala Senja yang terbalut hijab. “Kamu cantik sekali, Nak

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich

    Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich Tidak terasa, sudah hampir dua minggu Senja tinggal di Mansion Romanov. Selama itu pula, Senja belum pernah kembali bertemu dengan Alarich. Entah kemana perginya lelaki dingin itu, pria pertama yang merangkulnya ketika ia terjatuh. “Senja, Nak,” panggil Namilea. Merasa ada yang memanggilnya, Senja pun menoleh. Ternyata ibu dari Alarichlah yang memanggil namanya. Senja tersenyum menyambut kedatangan Namilea yang kini duduk di sebelahnya. “Sedang apa, Nak? Ibu lihat dari tadi kamu duduk sendirian di sini? Kamu bosan?” Tanya Namilea hati-hati. Senja menggelengkan kepalanya,”Tidak ibu. Senja tidak bosan,” jawab Senja yang memang sekarang memanggil Namilea dengan panggilan ibu sesuai permintaan Namilea. Namilea pun tersenyum. Lantas mengangkat sebuah paper bag yang isinya entah apa. “Ini, tadi Alarich sebelum berangkat kerja dia menitipkan ini untuk kamu. Katanya, pakai nanti malam asisten Alarich a

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja

    Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja “Semuanya, perkenalkan … Senandung Senja.” Deg Mereka terdiam, tentu tidak menyangka jika gadis yang memilih untuk pergi dari kediaman Romanov, kini telah kembali. Alarich, menemukannya dan entah dimana lelaki tampan nan dingin itu menemukan keberadaan Senja. Berbagai spekulasi muncul di kepala para paruh baya itu. Namun, mereka senang sebab sepertinya Alarich mulai membuka hatinya. Namilea menghampiri keduanya, ia menatap tidak percaya gadis cantik yang berdiri di hadapannya itu. “Nak, benarkah kamu Senja? Gadis yang dulu masuk ke dalam mobil Alarich?” Tanya Namilea lembut. Senja terdiam, namun ia melirik Alarich yang berdiri tak jauh darinya. Alarich pun mengangguk. Senja tersenyum tipis, “ Ya, Nyonya. Maafkan saya karena dulu memilih untuk pergi dari sini. Maaf, bukannya saya tidak tahu berterima kasih, hanya saja … saya tidak mau terlalu jauh merepotkan kalian. Kalian terlalu

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 91 - S2 - Kebingungan Senja

    Bab 91-S2-Kebingungan Senja “Bagaimana, Senandung Senja?” tanya Alarich. Raut wajah lelaki itu terlihat begitu serius, Senja jadi bingung. Entah langkah apa yang harus ia ambil, semua terasa begitu mendadak. “Maafkan saya, Tuan. Tapi … mengapa anda begitu yakin jika saya adalah Senja yang anda cari? Bagaimana jika ternyata anda salah orang?” Tanya Senja pelan nan lembut. “Insting,” jawab Alarich singkat padat dan jelas. “Insting? Bagaimana bisa?” Lirih Senja yang masih bisa di dengar oleh Alarich. Alarich menatap Senja datar, “Kau Senandung Senja, perempuan yang tiba-tiba memasuki mobilku dan meminta pertolongan dari ibu dan saudara angkatmu itu.” Deg Senja mematung di tempatnya, tentu ia tidak lupa dengan kejadian itu. Di mana ia memasuki mobil Alarich dan meminta pertolongan kepada lelaki tampan itu. Dari kejadian itu pula, Senja merasakan bagaimana arti keluarga sesungguhnya. Hanya saja, karena merasa in

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 90 -S2- Mengajak Senja

    Deg “Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?” tanya Sheinafia pada sang suami yang tengah memakan mangga muda di waktu yang tak lazim yaitu jam delapan malam. Rain mengunyah habis mangganya sebelum ia menjawab pertanyaan sang istri. Sheinafia bahkan sampai meneguk ludahnya kasar kala melihat bagaimana Rain memakan mangga itu tanpa rasa kecut sedikitpun. Rain tersenyum lembut, dan membelai pipi sang istri dengan penuh kasih sayang. Tatapan Rain kepada Sheinafia sama sekali tidak pernah berubah. Penuh cinta dan juga kasih sayang, Rain yang dingin dan datar di luar nyatanya tidak berlaku untuk keluarga kecilnya. “Sayang, kamu masih ingat ketika mengandung Hazelnut, bukankah aku yang mengalami couvade syndrome. Sampai aku tidak bisa terbangun dan harus istirahat di atas tempat tidur selama satu bulan lamanya?!” Sheinafia diam, lalu tak lama kemudian ia mengangguk. Tentu masih segar di dalam ingatannya ketika ia mengandung Ha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 89 - S2 - Couvade Syndrom

    Alarich baru saja tiba di mansionnya, Sheinafia tampak tengah memangku Hazelnut. Sepertinya gadis kecil itu tengah demam. “Ada apa?” tanya Alarich pada Sheinafia. “Al, kamu sudah pulang? Dimana Rain? Aku kira kalian pulang sama-sama,” ujar Sheinafia yang terlihat lelah. Alarich mengambil alih tubuh Hazelnut, dan memang benar gadis kecil itu tengah demam. Alarich mengusap lembut punggungnya, membuat tangisan Hazelnut mereda. Setahu Alarich, keponakannya anak yang anteng. Walaupun ia tengah sakit, jarang sekali Hazelnut rewel seperti saat ini. “Kenapa, Sayang?” tanya Alarich lembut. “Daddy, dimana ayah? Kenapa ayah belum juga pulang?” tanyanya lirih. Alarich menatap Sheinafia, perempuan muda itu hanya mengedikkan bahunya. Tanda ia tak tahu kemana perginya sang suami, biasanya jam empat sore lelaki itu sudah pulang. “Sudah kamu coba menghubunginya, Shei? Tidak biasanya ia pulang telat seperti sekarang,” ucap Alarich datar.

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 88 - S2 - Rasa Yang Masih Sama

    Deg Jantung Alarich terasa berdenyut dengan cepatnya kala ia mendengar suara yang begitu di rindukan. Suara yang selama bertahun-tahun lamanya ia nantikan kehadirannya. Kini, Alarich mendengar kembali suara itu. Langkah kakinya yang tegas membawa ia mendekati sang keponakan. Anak dari kakak sepupu yang begitu ia sayangi seperti anaknya sendiri. “Daddy,” cicit Hazelnut. Air mata masih membasahi kedua pipi chubby Hazelnut. Alarich semakin mendekat, kini wajah itu wajah yang selalu di rindukannya itu ada dihadapan Alarich. Alarich berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi Hazelnut, tangan besarnya mengusap lembut air mata yang masih setia membasahi mata indahnya. Lutut gadis kecil nan cantik itu tampak mengeluarkan darah. “Are you ok?” tanya Alarich khawatir. Deg Kini gadis berhijab pastel itu yang merasakan degup jantungnya berpacu, bagaimana tidak. Suara yang ia dengar sekarang adalah pemilik nama yang setiap malam sering ia

DMCA.com Protection Status