Elin menarik dan membuang napas dalam berkali-kali guna menenangkan hati. Namun semua sia-sia. Ia justru semakin panik seiring detik yang terus berlalu.
Pesawat sudah lepas landas, dan dia akan mati saat ini juga!
Kedua tangannya saling memilin kencang. Napasnya mulai tak teratur. Elin merasakan keringat dingin sudah keluar dari dahinya.
Seharusnya Elin pulang ke Jakarta hari ini. Namun semalam, Elin dihubungi sang kakak yang sudah tinggal di Bali sejak beberapa tahun lalu bersama suaminya. Sang kakak meminta Elin datang ke rumahnya. Ada sesuatu yang penting yang harus kakaknya beritahu secara langsung. Sang kakak mengatakan itu di telepon dengan nada yang terdengar menyimpan sebuah rahasia. Membuat Elin jadi khawatir sekaligus penasaran. Karena itu juga, Elin mau tak mau harus naik pesawat. Kendaraan yang selama ini dihindarinya sebisa mungkin.
“Mbak Velindira kenapa?”
Elin menoleh ke samping, tempat di mana Raja berada. Pria itu juga
“Jemputannya telat?” tanya Raja pada Elin setelah mereka sampai di depan pintu keluar bandara. Setelah saling diam canggung di sela langkah kaki mereka, Raja memberanikan diri membangun percakapan untuk menghilangkan kecanggungan yang terjadi.Bagaimana tidak canggung jika saat di pesawat tadi, keduanya akhirnya tersadar atas apa yang mereka lakukan. Jemari mereka saling bertaut layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Elin dan Raja segera menjauhkan tangan masing-masing setelah tersadar, dan Elin langsung menutup mata pura-pura ingin tidur, yang berakhir ia benar-benar tertidur.“Sepertinya begitu—"“Lin!”Ucapan Elin terhenti saat mendengar teriakan seorang pria. Raja dan Elin menoleh ke depan, tempat di mana sumber suara tadi. Mata Raja langsung mengawasi dengan saksama seorang pria berpakaian kasual dan kekinian berjalan ke arahnya dan Elin.Pria itu tampan. Tinggi tubuhnya hampir sama dengan Raja. Mun
Sudah dua minggu berlalu. Pihak Weni Amanda belum memberi kepastian. Wanita itu seakan hilang ditelan bumi setelah sebelumnya menyerang keluarga Raja dengan tidak tahu malu.Apakah Weni memilih tetap membawa masalah mereka ke jalur hukum?Jika iya, Raja sepertinya sudah harus siap dengan pemberitaan yang pasti akan mencuat ke mana-mana.Keluarga Jagapati bukanlah keluarga selebriti. Tapi karena sang ayah dulu sempat digosipkan berhubungan dengan beberapa selebriti wanita, mau tak mau, keluarga mereka sering tersorot.Belum lagi, jika masalah ini benar-benar dibawa ke meja hijau, dia akan sering berhubungan dengan sang pengacara cantik, Velindira Gunawan.Mereka sudah dua minggu tidak berhubungan sejak berpisah di bandara saat itu. Raja sedang menata hati untuk tidak terpesona terlalu jauh.Jika sampai mereka kembali berhubungan, bisa gagal usahanya.Raja menghela napas panjang.Tring!Pintu salah satu lift yang ia naiki di perusahaan JCA sudah terbuka. Menandakan jika ia telah sampai
Tangguh kembali membuka mata saat mengingat jeritan kencang sang mama saat kakak dari sang mama mengancam seperti itu. Dari sejak semalam, Tangguh tidak bisa tidur, dan memutuskan diam-diam datang ke Jakarta, tempat di mana perusahaan pusat almarhum papanya berada. Ia datang ke sini agar pamannya tidak dituntut sehingga rahasia mamanya sebagai istri simpanan tidak mencuat ke permukaan.Tangguh sebenarnya tidak takut jika kena hujat, tapi mamanya... mamanya tidak boleh merasakan hal itu. Mamanya sangat berarti bagi Tangguh. Mereka hanya memiliki satu sama lain bahkan sebelum papanya pergi untuk selamanya.Tangguh kembali menatap Raja yang masih menatapnya dalam.“Om… saya mohon, Om, tolong cabut tuntutan buat Paman saya.”“Saya mau tanya dulu, berapa usia kamu?”“Apakah perlu?”“Saya rasa, kamu terlalu kecil untuk membicarakan hal ini. Pembicaraan ini terlalu rumit untuk kamu pahami.”
"Di sini aja, A'."Raja mengangguk. Mobil sengaja ia parkir di seberang jalan gang menuju ke arah rumah Weni Amanda. Ia dan Tangguh berjalan kaki menyusuri gang ini beberapa saat yang lalu, dan mereka telah sampai di samping tiang listrik besar yang berada tak jauh dari rumah wanita itu."Ya sudah, sana masuk. Pasti Mama kamu sedang khawatir.""Makasih Aa' udah mau anterin saya pulang.""Sudah semestinya. Saya itu kakak kamu. Jangan lupa, simpan nomor ponsel saya ya. Kita ketemu lagi kalau saya ke Bandung.""Aa' suka ke Bandung?""Kadang-kadang. Untuk memeriksa perusahaan cabang JCA yang ada di sini.""Sama pacarnya ya?""Pacar?""Yang Tante cantik waktu itu. Yang jatuhin tas."Raja mengernyit. Tak lama, matanya membelalak. Ia menggeleng kencang. Pasti yang dimaksud adiknya adalah Velindira. "Dia bukan pacar saya!""Masa? Tapi kayaknya Aa’ perhatian sama Tante—Ehm... kayaknya saya tidak bisa panggil Tante lagi, tapi Teteh ya? Aa’ kayak perhatian sama Teteh itu. Lagian Aa’ sama Teteh i
*Sayangku, Magani…*Maaf, aku baru bisa memberikan surat ini kepadamu. Hari ini tepat satu tahun aku pergi, bukan?“Salah. Satu tahunmu masih dua bulan lagi, Mas…” Magani berbicara sendiri saat membaca kembali sebuah surat yang diberikan pengacara Herjuno Jagapati padanya.Seharusnya surat itu diamanahkan untuk diberikan pada Magani satu tahun setelah Herjuno meninggal. Namun karena kedatangan istri siri Herjuno yang tak terduga, akhirnya sang pengacara terpaksa memberikan surat itu pada Magani lebih awal.*Aku memiliki istri lain selain dirimu. Namanya Weni Amanda. Aku juga punya anak darinya. Anak itu bernama Tangguh Askara. Usianya empat belas tahun sekarang. Kamu pasti sangat terkejut.“Aku terkejut. Sampai aku nyaris ingin membongkar tanah makammu untuk dapat langsung memakimu, Herjuno!”*Aku tahu aku salah. Aku s
Raja melangkah memasuki rumah keluarga Jagapati seraya menyugar rambut. Entah sudah berapa hari ia tidak tidur di rumah, dan sore ini memutuskan pulang karena sang ibu terus-terusan cerewet memintanya pulang.Pria ini memijat pangkal hidung saat kepalanya terasa berat. Rasa kantuk sepertinya mulai mengendalikan tubuh.“Aku sedang kerja. Kenapa kamu tidak sabaran sih?!”Langkah Raja terhenti saat mendengar suara itu. Detakan jantungnya berpacu kencang, karena tahu siapa si pemilik suara. Wanita cantik yang sudah berhasil menjerat hatinya, bahkan di pertemuan pertama mereka. Sang pengacara, Velindira Gunawan.Raja melangkah perlahan dengan hati-hati, dan langsung disuguhkan dengan punggung indah sang pengacara yang saat ini sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Ia menghentikan langkah tak jauh di belakang Elin.Kenapa wanita itu bisa ada di rumahnya?Raja memaki kesal dirinya di dalam hati setelah tersadar. Tentu saja wanita itu ada di sini. Pasti Elin sedang membahas pen
“Mbak Velindira!”Elin yang baru saja akan masuk ke dalam mobil Bima, dikejutkan oleh sebuah suara seorang pria. Ia mengenali suara itu. Segera saja Elin mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Tak jauh di depannya, sang klien mengesalkan a.k.a Raja Buana Jagapati sudah berdiri di luar gerbang rumah keluarga Jagapati.Dahi Elin mengernyit dalam. Pria itu… sedang apa di luar gerbang?Elin menahan napas saat Raja mendekat. Jantungnya berdetak kencang seperti genderang mau perang~Apakah Raja ingin meminta maaf atas sikapnya tadi?Kedua tangan Elin mengepal kuat. Ia menggigit bibir gemas.‘Jangan terlalu percaya diri, Elin! Lagi pula… kenapa Raja harus meminta maaf? Memang apa salahnya jika Raja bersikap formal? Bukankah memang seharusnya seperti itu? Hubungan kalian hanya sebatas klien dan pengacara! Ke mana sikap profesionalmu selama ini, Velindira Gunawan?!’maki Elin di dalam hati pada
“Bang Raja mau ke JCA?”“Tidak. Saya ada urusan sebentar, Jim. Jaga Perfect Bubbles ya.”“Enggak usah disuruh, saya selalu akan menjaga Perfect Bubbles seperti anak sendiri, Bang.”Raja terkekeh geli saat Jimmy, salah seorang karyawan yang dia percaya bercanda seperti itu. Jimmy adalah orang yang memegang Perfect Bubbles pusat setelah Raja disibukkan dengan JCA. Pria itu juga seringnya berada di mess daripada pulang.Tempat pencucian mobil milik Raja ini dilengkapi mess yang ada di lantai atas bangunan berlantai dua ini.Sejak awal proses pembuatan bangunan untuk Perfect Bubbles, Raja sengaja memfasilitasi mess untuk calon pekerjanya. Raja beranggapan, mungkin saja nanti para pekerjanya berasal dari luar kota. Mereka bisa menghemat uang karena tidak harus mencari tempat kos atau kontrakan. Tapi jika pekerjanya ingin suasana yang lebih pribadi, tentu saja Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bebas ingin mengontrak sendiri. Asalkan kinerja mereka baik.Selain itu, tempat ini juga dil
“Velin naik pesawat apa?” tanya Raja di sela langkah kakinya yang terburu-buru. Di sampingnya, Bima tampak menyamai kecepatan langkah si King Raja yang sudah tidak sabar bertemu dengan pujaan hati. Raja ingin segera memberikan obat penenang yang berada di saku kemejanya sebelum sang kekasih terbang. Syukur-syukur tidak jadi terbang. Atau mungkin… Raja akan ikut terbang juga ke manapun Elin pergi. Kan memang niat awalnya ingin menempeli Elin sampai Elin kec*nduan dengan kehadirannya. Pokoknya Raja mau menggentayangi Elin mulai sekarang!“Penerbangan luar kota kan? Kota mana? Apa di sana?” Raja melangkah menuju gate untuk penerbangan domestik. Namun langkahnya tertahan karena Bima menarik lengannya.“Bukan.”“Terus di mana?” tanya Raja tak sabar.“Em…” Bima tampak ragu mengatakan sesuatu. Ia menggaruk tengkuk salah tingkah dengan sebelah tangan yang bebas.Apa yang Bima l
“Om, kamu beneran enggak mengkhianati Elin kan?”Raja menoleh ke arah pria yang sedang mengemudi di sampingnya. Sejak hening entah berapa lama setelah mereka meninggalkan kediaman Gunawan, pria yang ia gaungkan sebagai rival-nya itu bertanya dengan nada waswas. Bukan nada mengesalkan seperti saat di depan rumah Elin tadi.“Saya bukan orang yang seperti itu. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Dan mengenai kenapa saya tidak menepis berita itu, karena saya benar-benar tidak tahu. Seperti apa yang saya katakan tadi, saya menghapus semua sosial media di ponsel saya setelah masalah saya di sana selesai.”“Kenapa kamu hapus, Om? Jadinya kamu enggak tau kan kalau kamu jadi pembahasan ‘lagi’ di sosmed.”“Saya pikir kan masalahnya sudah selesai. Jadi ya sudah saya hapus saja daripada tidak pernah saya pergunakan. Bukankah Mubazir ruang penyimpanan kalau saya pertahankan? Tidak sangka ternyata ada mas
“Mau ke mana dulu?”“Menemui Velin! Ayo kita tanyakan pada KEKASIH SAYA, siapa sebenarnya yang dia cintai!” kata Raja datar. Namun tatapannya tajam menusuk. Napasnya masih memburu karena emosi yang belum mereda sama sekali. Namun, Raja merasa buang-buang waktu tarung sama Bima. Bukan, bukan Raja takut pada Bima setelah pria itu sempat meninjunya. Walaupun bisa dikatakan Bima memiliki tenaga yang boleh juga, tapi Raja yakin bisa mengalahkan pria itu kok. Tapi Raja tetaplah Raja yang sebenarnya tidak suka cara kekerasan seperti tadi. Anggap saja dia tadi sedikit khilaf telah meninju Bima dua kali. Raja akan memilih menanyakan langsung pada Velin-nya siapa sebenarnya yang ada di hati wanita itu. Atau kalau memang Elin mencintai dua pria sekaligus, Raja ingin tahu berapa persen kedudukannya di hati Elin. Kalaupun lebih kecil Raja, Raja harap tidak selisih jauh. Sehingga Raja masih bisa segera mengejar ketertinggalannya sampai menjadi seratus persen. Sampai nama Bima gone dibawa angin.“El
“Ngapain Bang Toyib ke sini?”Raja mengernyit tak suka setengah bingung saat mendengar perkatakan rivalnya, Bima si SEPUPU JAUH sang kekasih. Kenapa pria itu ada di rumah ini?! Alih-alih mendapati keberadaan sang kekasih, Raja justru disuguhi wajah songong pria mengesalkan itu. Apa sejak ia pergi, Velin-nya dan Bima sering menghabiskan waktu bersama?Kedua tangan Raja terkepal kuat.Si*lan!Tidak bisa dibiarkan!Rencana membuat Elin kecanduan akan kehadirannya harus segera dilaksanakan DETIK INI juga!“Siapa yang kamu sebut ‘Bang Toyib’?”“Anda lah. Memang siapa lagi yang enggak pulang-pulang malah sibuk selingkuh? CLBK sama mantan? Idih! Enggak banget! Kayak enggak ada cewek lain aja!”“Nama saya ‘Raja’, bukan ‘Bang Toyib’! Dan jangan bicara sembarangan! Siapa yang CLBK?!”“Jangan pura-pura beg0. Enggak punya HP atau gimana? Bukannya Anda lagi jadi selebriti di sosmed? Akun Anda juga bolak-balik kena tag loh. Masih mau belagak beg0? Atau jangan-jangan kamu b*ta?” sinis Bima tajam.Ra
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel