“Kamu belum tidur?” Akhirnya Elin membuka pembicaraan setelah saling diam entah sudah berapa lama. Elin tahu pertanyaan ini hanya basa basi, karena sudah jelas mata sang adik masih terbuka dan mengarah pada langit-langit kamar Sabrina. Meski jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi tampaknya Nina dan Elin tidak ada niat untuk meng’istirahatkan diri. Rasa kantuk tidak menghampiri dua saudara itu meski mereka telah berbaring berdampingan. Beruntung besok adalah hari libur, sehingga ia dan Nina tidak takut kesiangan.Sementara itu, si wanita nyentrik pemilik unit apartemen ini ada di ruang sebelah, tempat di mana Sabrina biasa meletakkan barang-barang serta membuat video endorse yang diterimanya. Sabrina mengatakan pekerjaannya sedang banyak. Namun Elin yakin kalau sahabatnya itu sengaja meninggalkan dua saudara ini untuk leluasa saling bicara. Terlebih sebelumnya, Elin telah memberitahu Sabrina tentang apa yang tadi dialami Nina meski tidak secara rinci. Sepengertian itu lah Sabr
“Enak?”Eling mengangguk-angguk kencang. Bibirnya yang sedang mengunyah jajanan telur gulung membingkai senyum riang. Persis seperti anak kecil yang keinginannya dikabulkan sang mama.Raja terkekeh gemas. Ingin sekali rasanya mencubit pipi sang kekasih yang duduk di sampingnya ini. Mereka menikmati malam berdua. Duduk di bangku yang melingkari salah satu pohon rindang taman kota yang mereka datangi setelah sebelumnya memborong jajanan di pasar malam yang terletak tak jauh dari tempat ini.Telur gulung yang dikunyah Elin ini adalah jajanan terakhir yang mereka beli. Jajanan lainnya sudah masuk ke dalam perut masing-masing.“Pelan-pelan makannya, Sayang… Sampai belepotan begini sausnya.”Deg!Tubuh Elin membeku saat Raja mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari pria itu tanpa rasa jijik.“Kalau kurang, nanti aku belikan lagi.”Elin tersenyum malu. Kali ini makan dengan hati-hati. Ia takut
“Oh iya, Sayang, bagaimana dengan Nina? Apa dia sudah bilang sama Om Daniel?”Elin menghela napas berat, lalu menggeleng lemah. Ini sudah dua hari setelah kejadian di club malam itu. Rumahnya masih tenang-tenang saja. Dapat dipastikan Daniel belum mengetahuinya. Elin juga tidak lagi menanyakan pada sang adik yang dua hari ini kelihatan murung. Namun sisi positifnya, hubungan mereka perlahan membaik. Nina tak lagi menghindarinya saat mereka tak sengaja berpapasan.“Aku tidak mau mem*ksa Nina,” kata Elin lemas. “Aku akan mengikuti apa pun keputusan Nina nantinya, Mas, dan sepertinya harus mempersiapkan diri kalau sewaktu-waktu Papi tahu kejadian ini. Mas… apa… Mas siap kalau—Ehm… k-kalau nanti kena amuk Papi? Mas Raja bisa dikatakan terlibat dalam kejadian ini. Meski berada di sisi positif, tapi ada kemungkinan besar Papi akan marah karena Mas Raja juga ikut diam-diam saja. Sebenarnya kalaupun Nina jujur, Papi juga
Dengan h*srat yang semakin menggebu, Raja memajukan tubuh sampai bibir mereka benar-benar menempel. Raja terdiam. Ingin mengetahui reaksi sang kekasih. Beberapa saat berlalu. Elin tak melakukan pergerakan apa pun. Bukankah ini menandakan Elin mengizinkannya untuk mencumbu sang kekasih?Perlahan, Raja menggerakkan bibirnya. Menarik bibir sang kekasih dengan lembut. Matanya memejam dengan bibir kembali bergerak. Melum*t lagi untuk ke dua kali. Raja mulai memposisikan tubuh semakin condong ke arah Elin, dan kembali menggerakkan bibirnya untuk kali ke tiga sampai seterusnya. Entah sudah berapa kali pergerakan. Raja tidak bisa berhenti. Bibir yang semula terasa dingin, kini mulai menghangat seiring Elin yang mulai membalas apa yang Raja lakukan. Napas keduanya memburu.Pergerakan mereka semakin tak terkendali. Sampai-sampai Elin sudah tak mampu lagi membalas. Raja meremas lembut tengkuk dan rambut sang kekasih tanpa peduli posisinya bisa membuatnya pegal setelah ini. Sementara Elin, hanya
“Om masih belum mau bicara sama kamu, Sayang?”Elin mengangguk lesu. Apa yang ia dan Raja takutkan akhirnya terjadi. Daniel tahu masalah Nina dari kenalannya di club malam itu. Sudah Elin katakan kalau papinya memiliki banyak sekali kenalan yang tersebar di mana-mana. Dan seharusnya Elin tak terkejut. Sekarang, setelah sang papi memarahi Nina habis-habisan, pria itu mendiamkan orang satu rumah, kecuali sang istri tercinta tentunya. Karena memang Kristal tidak tahu menahu kejadian tersebut. Kalau saja Kristal tahu dan ikut menyembunyikan, sudah pasti Kristal pun kena ambek. Meski Elin yakin tak akan lama. Kebucinan Daniel pada sang istri sudah tak terselamatkan. Sehingga tidak mungkin Daniel tahan diam-diaman sama Kristal.Sementara itu, jangan kira Raja lolos dari aksi diam Daniel. Raja juga ikut kena batunya. Dapat Raja ingat kata-kata Daniel padanya dua hari lalu yang menunjukkan rasa kecewa mendalam. Raja merasa seperti sedang berkhianat."Om, maafkan saya mengecewakan Om. Bukan ma
"Om." Raja mengulurkan tangan untuk menyalimi calon mertuanya yang masih mode Freezer berjalan itu.Namun Raja harus menelan kenyataan pahit karena Daniel benar-benar mengabaikannya. Pria paruh baya itu berlalu begitu saja dari hadapan Raja. Seakan Raja tidak ada di sana. Setelah lebih dari sepekan tak dapat bertemu dan akhirnya dipertemukan di rumah Daniel secara tak sengaja, Raja ternyata masih harus tetap menerima kenyataan kalau Daniel masih doyan menghindar. Bahkan tadi, Daniel benar-benar terkejut akan keberadaannya. Mungkin tak menyangka kalau akhirnya mereka bisa bertatap muka. Namun dengan pengendalian diri yang sudah terlatih bertahun-tahun, Daniel dapat segera mengubah ekspresinya menjadi datar terkesan tak peduli."Mi, nanti kita makan malam di kamar saja,” kata Daniel di sela langkah kakinya menjauh dari ruang tamu.Kristal meringis tak enak hati pada calon mantu idamannya.Huft… Ini tidak bisa dibiarkan. Kristal harus membujuk Daniel untuk tidak terus-menerus memusuhi Ra
"Pi!”Daniel yang sedang duduk di atas ranjang sambil bersedekap dan mengusap-usap dagu tersentak saat tiba-tiba pintu kamarnya dibuka kasar diiringi suara nyaring sang istri.“Mami ngagetin aja deh. Sini, Mi.” Daniel menepuk-nepuk ranjang agar sang istri duduk di sampingnya.Kristal mendengus kesal. Namun ia melangkah menuju tempat Daniel berada, mengikuti keinginan suaminya duduk di samping pria itu. “Apa Papi tidak keterlaluan sama Dek Raja? Posisinya serba salah, Pi. Maju kena, mundur kena. Sudah mami ceritakan kan bagaimana sikap Nina selama ini pada calon mantu idaman mami itu?” cerocos Kristal yang memang akhirnya memberitahu Daniel kalau Nina tak suka dengan hubungan Raja dan Elin. Daniel sempat terkejut mendengar fakta itu. Ia merasa bodoh karena selama ini tak peka dengan situasi menegangkan antara Nina, Elin dan Raja. “Coba Papi bayangkan kalau jadi Dek Raja. Tidak mungkin juga dia ember bilang-bilang sama papi. Yan
“Kamu tahu kenapa papi melarang anak-anak papi untuk terlibat hubungan romantis saat bersekolah? Papi takut kalau kalian belum bijak dalam menghadapi masalah percintaan. Konsentrasi kalian untuk belajar bisa terganggu sampai bisa berbuat nekat. Dan kamu… sudah mencontohkan dengan sempurna, Dek.”Daniel mengepalkan kedua tangan saat isakan Nina semakin terdengar memprihatinkan. Berusaha keras untuk tidak menarik sang bungsu ke dalam pelukannya. Kali ini saja, kali ini saja ia akan bertindak lebih tegas agar Nina tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Daniel juga ingin mengajarkan arti tanggung jawab pada Nina dan konsekuensi yang harus diterima karena kesalahannya.“Pemuda itu… sepertinya membawa pengaruh buruk untuk kamu sampai kamu nekat seperti ini.”Nina segera mengangkat kepala dengan air mata yang terus keluar. Ia menatap Daniel lalu menggeleng kencang saat Daniel menyinggung Andromeda. “Enggak, Pi… O-Ome enggak bawa pengaruh buruk. Nina salah karena udah ngelanggar larangan
“Velin naik pesawat apa?” tanya Raja di sela langkah kakinya yang terburu-buru. Di sampingnya, Bima tampak menyamai kecepatan langkah si King Raja yang sudah tidak sabar bertemu dengan pujaan hati. Raja ingin segera memberikan obat penenang yang berada di saku kemejanya sebelum sang kekasih terbang. Syukur-syukur tidak jadi terbang. Atau mungkin… Raja akan ikut terbang juga ke manapun Elin pergi. Kan memang niat awalnya ingin menempeli Elin sampai Elin kec*nduan dengan kehadirannya. Pokoknya Raja mau menggentayangi Elin mulai sekarang!“Penerbangan luar kota kan? Kota mana? Apa di sana?” Raja melangkah menuju gate untuk penerbangan domestik. Namun langkahnya tertahan karena Bima menarik lengannya.“Bukan.”“Terus di mana?” tanya Raja tak sabar.“Em…” Bima tampak ragu mengatakan sesuatu. Ia menggaruk tengkuk salah tingkah dengan sebelah tangan yang bebas.Apa yang Bima l
“Om, kamu beneran enggak mengkhianati Elin kan?”Raja menoleh ke arah pria yang sedang mengemudi di sampingnya. Sejak hening entah berapa lama setelah mereka meninggalkan kediaman Gunawan, pria yang ia gaungkan sebagai rival-nya itu bertanya dengan nada waswas. Bukan nada mengesalkan seperti saat di depan rumah Elin tadi.“Saya bukan orang yang seperti itu. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Dan mengenai kenapa saya tidak menepis berita itu, karena saya benar-benar tidak tahu. Seperti apa yang saya katakan tadi, saya menghapus semua sosial media di ponsel saya setelah masalah saya di sana selesai.”“Kenapa kamu hapus, Om? Jadinya kamu enggak tau kan kalau kamu jadi pembahasan ‘lagi’ di sosmed.”“Saya pikir kan masalahnya sudah selesai. Jadi ya sudah saya hapus saja daripada tidak pernah saya pergunakan. Bukankah Mubazir ruang penyimpanan kalau saya pertahankan? Tidak sangka ternyata ada mas
“Mau ke mana dulu?”“Menemui Velin! Ayo kita tanyakan pada KEKASIH SAYA, siapa sebenarnya yang dia cintai!” kata Raja datar. Namun tatapannya tajam menusuk. Napasnya masih memburu karena emosi yang belum mereda sama sekali. Namun, Raja merasa buang-buang waktu tarung sama Bima. Bukan, bukan Raja takut pada Bima setelah pria itu sempat meninjunya. Walaupun bisa dikatakan Bima memiliki tenaga yang boleh juga, tapi Raja yakin bisa mengalahkan pria itu kok. Tapi Raja tetaplah Raja yang sebenarnya tidak suka cara kekerasan seperti tadi. Anggap saja dia tadi sedikit khilaf telah meninju Bima dua kali. Raja akan memilih menanyakan langsung pada Velin-nya siapa sebenarnya yang ada di hati wanita itu. Atau kalau memang Elin mencintai dua pria sekaligus, Raja ingin tahu berapa persen kedudukannya di hati Elin. Kalaupun lebih kecil Raja, Raja harap tidak selisih jauh. Sehingga Raja masih bisa segera mengejar ketertinggalannya sampai menjadi seratus persen. Sampai nama Bima gone dibawa angin.“El
“Ngapain Bang Toyib ke sini?”Raja mengernyit tak suka setengah bingung saat mendengar perkatakan rivalnya, Bima si SEPUPU JAUH sang kekasih. Kenapa pria itu ada di rumah ini?! Alih-alih mendapati keberadaan sang kekasih, Raja justru disuguhi wajah songong pria mengesalkan itu. Apa sejak ia pergi, Velin-nya dan Bima sering menghabiskan waktu bersama?Kedua tangan Raja terkepal kuat.Si*lan!Tidak bisa dibiarkan!Rencana membuat Elin kecanduan akan kehadirannya harus segera dilaksanakan DETIK INI juga!“Siapa yang kamu sebut ‘Bang Toyib’?”“Anda lah. Memang siapa lagi yang enggak pulang-pulang malah sibuk selingkuh? CLBK sama mantan? Idih! Enggak banget! Kayak enggak ada cewek lain aja!”“Nama saya ‘Raja’, bukan ‘Bang Toyib’! Dan jangan bicara sembarangan! Siapa yang CLBK?!”“Jangan pura-pura beg0. Enggak punya HP atau gimana? Bukannya Anda lagi jadi selebriti di sosmed? Akun Anda juga bolak-balik kena tag loh. Masih mau belagak beg0? Atau jangan-jangan kamu b*ta?” sinis Bima tajam.Ra
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel