Kernyitan bingung muncul di dahi Andromeda yang baru menyadari keberadaan Nina, teman sekelas sekaligus kekasihnya. Ya… Nina dan Andro menjalin tali kasih diam-diam sudah hampir satu tahun karena Nina dilarang pacaran oleh papinya sebelum lulus sekolah.“Yang? Kamu kenapa? Kok marah-marah?”Nina langsung menatap Andromeda. “Kamu kenal sama Om ini, By?” Tangannya menunjuk Raja. Wajahnya semakin terlihat kesal.“Hey… enggak sopan tunjuk-tunjuk orang tua seperti ini.” Andro berucap lembut. Ia menurunkan tangan Nina. Matanya melirik Raja tak enak hati.Ada apa dengan sang kekasih? Kok sepertinya membenci sahabat dari Abangnya?Raja diam. Memperhatikan interaksi dua remaja di hadapannya ini. Kalau boleh Raja menebak dari panggilan keduanya, sepertinya Andro dan Nina memiliki hubungan romantis.“Kamu bela Om ini, By?!”“Namanya Bang Raja dan kayaknya Bang Raja bukannya… pacarnya Kakak kamu ya, Yang?” tanya Andromeda, mengingat berita yang beberapa waktu lalu sempat menghangat antara Elin da
“Hm… Yang paling istimewa ya? Mana yang paling cocok untuk Velin? Semua sudah pasti cocok untuk tangan indahnya. Apakah aku harus membeli semuanya? Huft!”Raja menyandarkan tubuh frustrasi pada kursi ruang kerjanya di Perfect Bubbles. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi sejak tadi Raja masih sibuk dengan laptop di atas meja yang menampilkan berbagai jenis cincin tunangan. Di samping laptop, terdapat tumpukan berkas laporan keuangan di semua carwashnya yang setiap dua minggu sekali dicek Raja. Seharusnya dia sudah menyibukkan diri dengan tumpukan berkas itu, karena niat awalnya menginap hari ini di Perfect Bubbles kan memang untuk itu. Namun karena euforia yang ia rasakan mengingat Daniel sudah memperbolehkan ia melamar Elin, Raja jadi sibuk mencari cincin serta referensi di internet tempat untuk melamar sang pujaan hati.Ya… akhirnya lampu kuning dari Daniel telah berubah menjadi lampu hijau. Senyum cerah tersungging di bibir kala
“Ini tempatnya?” kata Raja sambil menatap sebuah club malam di hadapannya. Club malam yang cukup terkenal di kalangan teman-teman Raja meski Raja belum pernah masuk tempat ini. Bukan maksud sok suci, tapi dia memang secupu itu. Kalaupun ada pertemuan dengan teman-temannya di club malam, Raja akan memilih menghindar. Mencari alasan kalau dia sedang ada di luar kota atau sedang sibuk. Raja tidak ingin coba-coba yang ujungnya jadi ketagihan.“Ya, Bang. Katanya teman Andro di sini.”Raja mengembuskan napas panjang. “Ya sudah ayo masuk. Abang takut Nina kenapa-napa.”Segera saja dua pria beda generasi ini ke luar dari mobil. Tadi saat Raja shock nyaris jantungan, Andro menjelaskan kalau dia harus ke club malam untuk menyusul Nina. Ya, Nina. Pacar Andro yang juga merupakan adik dari kekasih tercinta Raja. Andro mendapat informasi kalau Nina sedang berada di club malam mengikuti mantan sahabatnya yang bernama Poppy. Sepertinya ancaman gadis itu kemarin siang pada Andro tidak main-main. Bukti
"Kamu mau pakai ini?"Nina mengernyit aneh saat Raja menyodorkan sarung bermotif garis abu-abu tua dan muda setelah pria itu membuka bagasi belakang mobilnya."Enggak!" tolak Nina tajam. Ya kali dia disuruh pakai sarung. Udah macem emak-emak habis melahirkan saja! Gengsinya yang ketinggian menolak hal itu. Jiwa mudanya mau tetap kelihatan kece di segala situasi meski sebenarnya hati dan otaknya sedang berantakan. Memikirkan hal bodoh yang telah ia lakukan serta hubungannya dengan Andro."Saya tidak ada jaket. Maaf, Ehm… rok kamu terlalu pendek. Sedangkan udara semakin dingin." Raja mengalihkan pandangan ke arah lain tanpa ingin melihat terang-terangan penampilan Nina yang terbuka. Beruntung jaket bomber Andromeda sudah menutupi tubuh bagian atas Nina. Sehingga penampilanannya tidak se-s*ksi tadi. Meski begitu, pahanya tetap saja kelihatan ke mana-mana."Kenapa Om harus peduli?! Dan kenapa Om bisa datang sama Andromeda? Masih niat nyari muka di depan saya?! Nyari simpati, huh?!"Fakta
“Dia…” Elin menggantung ucapannya setelah sosok Andro hilang dari pintu lift seiring pintu itu tertutup. Sebelumnya, pemuda itu berpamitan pada Elin dengan sopan setelah Raja memintanya menunggu di mobil.Belasan menit lalu, setelah mereka sampai di salah satu apartemen mewah tempat di mana Sabrina tinggal, Raja dan Andro mengawal Elin serta Nina menuju unit apartemen wanita nyentrik itu yang berada di lantai dua puluh. Elin sudah lebih dulu mengabari sahabatnya tersebut untuk mengizinkannya dan Nina menginap. Bisa saja sebenarnya Elin langsung membawa Nina pulang, tapi akan sangat beresiko. Kemungkinan besar mereka sampai rumah bertepatan dengan pulangnya Daniel dan Kristal dari luar kota. Kedua orang tuanya pasti lelah karena perjalanan cukup panjang. Apalagi Daniel mengendarai mobilnya sendiri. Elin ingin menghindari drama yang sudah pasti akan heboh karena disponsori Kristal. Setidaknya, suasana malam ini harus tenang. Ia juga tidak ingin membebani adiknya yang tampak murung. Bers
Elin terdiam. Kembali mengingat apa yang sebenarnya tadi mereka bicarakan sebelum terjadinya rayu merayu yang membuat pasangan minim pengalaman ini saling salah tingkah seperti sekarang.“Ehm… Kalau saja Andromeda mengabaikan pesan dari temannya, aku…” Elin menahan napas. Seketika rasa sesak menghampiri. Di otaknya sudah membayangkan kalau tadi Nina berhasil dicekoki minuman ber*lkohol itu, dan entah apa yang selanjutnya akan terjadi.Hubungan mereka memang sedang perang dingin, tapi tidak membuat rasa sayang Elin pada Nina berkurang setitikpun. Elin teramat sangat menyayangi adiknya itu. Ia bahkan memilih diam saat Nina terus-terusan menyenggol dan menyindir hubungannya dan Raja setiap ada waktu. Elin tidak ingin pecah pertengkaran dengan sang adik tersayang.“Sayang…”“Beberapa tahun lalu Nina pernah hampir mau ke tempat itu, Mas, dan orang yang mengajaknya adalah orang yang sama.” Meluncurlah cerita tentang Nina dan Poppy dari mulut Elin. Serta hukuman yang Daniel berikan pada Nina
“Kamu belum tidur?” Akhirnya Elin membuka pembicaraan setelah saling diam entah sudah berapa lama. Elin tahu pertanyaan ini hanya basa basi, karena sudah jelas mata sang adik masih terbuka dan mengarah pada langit-langit kamar Sabrina. Meski jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi tampaknya Nina dan Elin tidak ada niat untuk meng’istirahatkan diri. Rasa kantuk tidak menghampiri dua saudara itu meski mereka telah berbaring berdampingan. Beruntung besok adalah hari libur, sehingga ia dan Nina tidak takut kesiangan.Sementara itu, si wanita nyentrik pemilik unit apartemen ini ada di ruang sebelah, tempat di mana Sabrina biasa meletakkan barang-barang serta membuat video endorse yang diterimanya. Sabrina mengatakan pekerjaannya sedang banyak. Namun Elin yakin kalau sahabatnya itu sengaja meninggalkan dua saudara ini untuk leluasa saling bicara. Terlebih sebelumnya, Elin telah memberitahu Sabrina tentang apa yang tadi dialami Nina meski tidak secara rinci. Sepengertian itu lah Sabr
“Enak?”Eling mengangguk-angguk kencang. Bibirnya yang sedang mengunyah jajanan telur gulung membingkai senyum riang. Persis seperti anak kecil yang keinginannya dikabulkan sang mama.Raja terkekeh gemas. Ingin sekali rasanya mencubit pipi sang kekasih yang duduk di sampingnya ini. Mereka menikmati malam berdua. Duduk di bangku yang melingkari salah satu pohon rindang taman kota yang mereka datangi setelah sebelumnya memborong jajanan di pasar malam yang terletak tak jauh dari tempat ini.Telur gulung yang dikunyah Elin ini adalah jajanan terakhir yang mereka beli. Jajanan lainnya sudah masuk ke dalam perut masing-masing.“Pelan-pelan makannya, Sayang… Sampai belepotan begini sausnya.”Deg!Tubuh Elin membeku saat Raja mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari pria itu tanpa rasa jijik.“Kalau kurang, nanti aku belikan lagi.”Elin tersenyum malu. Kali ini makan dengan hati-hati. Ia takut
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel
“Raja, can you drive Trisha home? ( Raja, bisakah kamu mengantar Trisha pulang? )” tanya salah satu temannya dan Trisha dengan tatapan penuh permohonan. “She didn't bring a vehicle. She did come with me earlier. But after here, I have to go to my mom's house immediately. My mom called earlier. So... I can't take her home. ( Dia tidak membawa kendaraan. Dia tadi datang bersamaku. Tapi setelah dari sini, aku harus segera ke rumah ibuku. Ibuku menelepon tadi. Jadi... aku tidak bisa mengantarnya pulang. )”Raja menatap Trisha dan teman-temannya bergantian. Lalu kembali menatap temannya yang baru saja berkata. Tampaknya ia mencium bau-bau modus. Mereka semua sepertinya sangat serius mendekatkannya dan Trisha kembali. Tadi saja saat hendak berfoto bersama, teman-temannya membuat posisi Trisha berada di sampingnya. Namun Raja tidak tinggal diam. Ia bergeser ke belakang, memberi alasan kalau ia kurang nyaman berfoto di depan. “
[ // Calon Bidadari Surga-ku ( Insyaallah Menuju Halal )Mas, kabari aku kalau sudahpulang ya…Kita harus bicara. ][ Me Iya. ]Raja menatap nanar layar ponsel yang masih menampilkan ruang pesannya dan Elin di Cuitters. Komunikasi yang singkat, bukan? Tidak seperti sebelum-sebelumnya. Bahkan bisa dibilang, ini komunikasi melalui chat ke dua setelah ia berada di Inggris. Hubungannya dan Elin menjadi dingin. Sudah pasti karena masalah yang terjadi dan kesibukan masing-masing. Kesepakatan kerjasama yang akan dijalani JCA dan pihak asing akan mencapai titik akhir. Tentunya setelah semua keinginan kedua belah pihak masuk ke dalam surat perjanjian. Selama lima hari ini, Raja benar-benar memusatkan perhatian pada pekerjaan. Lebih tepatnya, memaksakan diri agar pikirannya tid
“Kamu baik-baik saja, Ja?”Raja mengulas senyum kecil saat sang om menegur seraya menepuk bahunya. Sementara beberapa orang lainnya dari pihak JCA yang juga ikut ke Inggris, sedang sibuk membangun percakapan mereka sendiri.“Baik, Om.”“Tapi kok kayak lemas begitu? Belum cukup ya charge energi cinta dari Velindira?”Deg!Senyum Raja luntur. Mendengar nama itu, jadi mengingatkannya akan kejadian semalam. Elin benar-benar tidak datang. Bahkan sampai Raja bertahan di sana sampai menjelang subuh tadi. Sebelumnya ia sempat ketiduran hampir dua jam lamanya. Hal itu terjadi setelah sang supir menghubunginya untuk memberitahu Elin minta berhenti di jalan, lalu wanita itu menaiki sebuah taksi online. Beruntung Raja memesan tempat lamarannya itu dua puluh empat jam. Sehingga seharusnya sampai sekarang pun, tempat itu masih menjadi hak Raja.Mungkin Raja terlalu bodoh tetap bertahan di sana sampai m
[ // KampretAstagfirullah sorry, Kus, typo. Maksud gue ‘nerima lo’. Ni laki-bini juga gak bosen kompak balesin gue@Kodok Milik Jihan @Jihan Milik Kodok? ][ // Jihan Milik KodokYa habisan kamu gak jelas banget typonya.Bikin Raja jantungan aja. ][ // Kodok Milik JihanGue yakin lo gak typo kan? ][ // KampretJangan mancing huru-hara deh, Dok!Liat noh si Tikus sampe nyalain capslock.Gil*, baru kali ini gue kena amuk chat si Tikus!Calon binik blm dateng @JRaja? ][ //JRajaBelum. Tapi sudah di perjalanan.Ehem… lo enggak sedang mengalihkan pembicaraan kan?Lo benar enggak ada niat rebut calon istri gue kan @Kampret?! ][ // KampretAstagfirullah. Beneran.Lagian gue udh punya binik. Gak niat juga nambah binik kok. ][ //Kodok Milik JihanMampus lo @Kampret! Hahaha ][ // Jihan Milik KodokSelamat dicurigai karena typoEh? Atau… pura-pura typo ya??? ][ //JRajaJadi lo typo atau tidak @Kampret?! ][ // KampretBeneran typo, RAJA JAGAPATI!Mam, @Jihan Milik Kodok tanggung jawab g