BAB 61“Kenapa aku merasa tandanya sama persis seperti saat Alexa awal hamil. Apa kau yakin?” tanya Eshan terdengar tak percaya dengan ucapan Ryan bahwa istri keduanya itu hanya dehidrasi dan anemia saja..“Sebenarnya aku tak ingin mengatakannya.”‘Apa yang mau kau katakan Ryan’Dzurriya benar-benar dibuat was-was dengan percakapan kakak dan adik sepupu di luar kamar barunya itu.“Bukan apa-apa, bisa-bisanya setelah proses inseminasi, kakak malah meninggalkannya untuk liburan.”Dzurriya bertambah cemas mendengar ucapan Ryan tersebut.‘Apa yang mau kau katakan?’“Apa maksudmu?”Rasa-rasanya ia dan suaminya sama-sama penasaran dan khawatirnya dengan ucapan Ryan selanjutnya.Ia remas mangga yang sedang berada ditangannya itu sampai setengah hancur tanpa sadar.“Dzurriya beberapa hari larut dalam tangisan, matanya sembab karena kakak. Makannya tak rutin. Saat mulai ceria, ternyata itu hanya caranya dia berusaha melupakanmu. Ia melakukan semua pekerjaan rumah tanpa istirahat dan makan. Dit
Eshan terlihat mengusap bibir Dzurriya sambil menatapnya dalam-dalam.Ia merasa sangat gugup, apalagi melihat jakun lelaki itu naik turun di bawah dagunya yang tirus dengan bintik-bintik rambut tipisnya.‘Mas, apa yang hendak kau lakukan?’ pikir Dzurriya sambil memandang mata lelaki itu sekarang, yang tampak menatap dalam-dalam ke arah bibirnya.“Sudah.”‘Hah!’Dzurriya terkesiap lucu, Kenapa Ia tidak menyangka bahwa lelaki itu hanya ingin mengusap sisa mangga di bibirnya.Eshan tampak menunjukkan bulir kecil daging mangga itu ke hadapan Dzurriya, kemudian mengelap jempol nya yang digunakan untuk mengusap sisa kotoran mangga tadi dengan tisu.Lelaki itu terlihat nyengir kepadanya, setidaknya itulah yang tampak bagi Dzurriya.‘Dasar penggoda! Kau pasti sangat puas’ pikirnya sambil memalingkan muka ke arah lain dengan jengkel.Tiba-tiba napas Dzurriya tertahan. Lelaki itu kini tengah tampak memegang dahi Dzurriya dengan telapak tangannya.“Alhamdulillah, tidak panas.”‘Jadi kau berharap
“Jangan terlalu baik padaku, Mas. Aku takut tidak akan mampu melepaskanmu nanti.”Eshan kelihatan menatap matanya penuh arti. Dia bahkan melepas kaca mata rectanglenya di atas meja. “Apakah kau ingin kita berpisah?” tanya lelaki itu setelah jakunnya terlihat naik turun.“Kalau tidak, apa kau ingin aku terus berada diantara kamu dan Alexa, Mas?” tanya Dzurriya balik.Ia yang bertanya, ia juga yang takut dan penasaran dengan respon dari suaminya itu.Dzurriya berusaha menatap kedalam mata suaminya, menebak apa yang akan lelaki itu katakan.Lelaki itu tiba-tiba mencengkram dagu Dzurriya dengan wajahnya yang tiba-tiba berubah begitu dingin dan bengis.“Jangan harap! aku tidak akan pernah melepaskanmu. Kau telah membuat keluarga ini menderita, kau harus membayarnya, Dzurriyatul Jannah.”Dzurriya sontak terkaget mendapatkan perlakuan kasar seperti itu, sudah lama sekali suaminya tidak berlaku demikian. Lelaki itu kemudian menatapnya tajam, matanya terlihat membulat sempurna. Dia kemudian
Eshan tampak melotot kaget melihat gambar wanita hamil dalam cover suplemen tersebut.Dia menatap ke arah Ryan dan Dzurriya secara bergantian.“Astaghfirullah, kenapa suplemennya ini?” ujar Ryan tiba-tiba sambil mengambil suplemen tersebut dari tangan kakak sepupunya tersebut tanpa permisi.“Untung kamu belum meminumnya, Kak Dzurri,” lanjutnya sambil memasang wajah cemas, seperti berusaha membuat Eshan percaya.Dzurriya bernapas lega.Sementara Eshan kembali menatap adik sepupunya itu dengan mata penuh curiga, “kau tak biasanya ceroboh seperti ini?”“Iya tadi karena aku tergesa-gesa mengambil resep di apotek, ini pasti milik ibu yang ada di sebelahku tadi, aku akan segera memeriksa dan mengembalikannya,” ucap Ryan lalu meninggalkan keduanya dengan berlari.Dzurriya yang merasa suaminya itu hendak menoleh padanya, segera melengos pergi sambil sengaja menyenggol bahu suaminya itu dengan kesal.Ia mencoba berjalan cepat, meninggalkan lelaki itu yang masih tertegun di tempatnya berdiri. I
Sayup terdengar suara kaki Eshan yang berat berderap menuruni tangga, beradu dengan derap dada Dzurriya yang masih begitu marah. Sepertinya lelaki itu sedang mengejarnya. Namun Dzurriya tak peduli, ia terus berjalan dengan cepat sambil terus mengusap air mata yang terus saja mengalir tanpa permisi. Meski baginya ia tau lelaki itu pasti terhenti saat bertemu Alexa. Tapi ia tak mau lelaki itu mendapatinya dalam keadaan begitu menyedihkan.Benar saja….Langkah tersebut terdengar terhenti dan suasana berubah hening, hanya suara kakinya sendiri yang terasa begitu gontai dan dipaksanya berjalan yang bisa ia dengar.‘Kau hanya hening di depannya saja, Mas’Dzurriya kembali mengusap air matanya.‘Kenapa kau terus menangis dan tak mau berhenti?’ bentaknya dalam hati pada dirinya sendiri.Dzurriya kemudian berjalan masuk ke kamarnya. Kembali ia terisak di dalam kamarnya tersebut, sambil duduk bersandar di belakang pintu yang baru saja ia tutup.Ia rasanya sudah sangat jengah berada di antara
“Ayo turun! Bawa tas itu juga, jangan sampai lecet.”Dzurriya hanya bisa diam patuh mendengar perintah ketus dari istri pertama suaminya tersebut.Sepertinya meskipun Eshan sudah merendahkannya di depan Alexa kemarin, wanita itu belum cukup puas. Pagi ini buktinya, wanita itu tiba-tiba mengajak Dzurriya belanja, setelah suaminya itu berangkat bekerja, yang pastinya bukan untuk berbagi belanjaan dengannya.Dan benar saja..Belum lagi Ia turun dari mobil, wanita itu sudah memelototinya dengan menyuruhnya ini dan itu.“Lamban!”Dzurriya hanya bisa menarik napas panjang mendengar umpatan Alexa tersebut.Ia kemudian mengikuti wanita itu turun dari mobil, dan berjalan di belakangnya untuk masuk ke dalam supermarket mewah yang pernah ia kunjungi pertama kali bersama Tikno.Ia agak parno dengan supermarket tersebut, meski di belakangnya ada beberapa pengawal.Ia berjalan sambil sesekali celingukan.“Apa kamu bisa jangan kekanak-kanakan seperti itu, berjalanlah dengan elegan, jangan seperti p
Dzurriya pulang dengan menenteng banyak tas belanjaan di tangannya. Alexa melarang para pengawalnya untuk membawa tas-tas tersebut.‘Sepertinya dia memang ingin balas dendam kepadaku’ pikir Dzurriya.Setelah keluar dari toko sepatu tadi, Alexa terus saja memintanya mengambil barang ini dan itu, membawa belanjaan ini, juga belanjaan itu. Tak selesai sampai di situ, Alexa bahkan memintanya untuk makan sisa steak miliknya.Dzurriya hanya bisa menghela napas panjang dan mematuhinya. Meski rasanya hatinya benar-benar kesal.“Jangan sampai ada yang tertinggal! Bawa semuanya ke dalam,” ujar wanita itu memerintah Dzurriya dengan gaya angkuhnya.‘Ok, meski banyak, ini cuma barang-barang ringan. Ayo masuk Dzurriya!’Dzurriya melangkah masuk ke dalam rumah tersebut mengikuti Alexa.Tiba-tiba….“Sini biar aku saja!”Dzurriya menoleh ke arah Ryan yang tiba-tiba mengambil barang bawaan yang sedang ia bawa. Dia kemudian melotot tajam ke arah pengawal yang ada di sana, “Apa kalian buta, untuk apa ka
“Apa sudah selesai aktingmu,” ujar suaminya yang baru masuk ke kamarnya itu dengan nada begitu dingin.Ryan terlihat langsung bangkit.“Ini tak seperti yang kau duga, Kak,” jelas Ryan.Tapi lelaki itu tak menghiraukannya, dia terlihat terus menatap tajam ke arah Dzurriya yang juga tak mau kalah, dan balik menatapnya dengan marah.“Keluarlah, aku ingin bicara dengan istriku,” perintah Eshan dengan sinis.Ryan tampak menatap cemas ke arah Dzurriya, namun tak ada yang bisa dia lakukan, selain pergi dari tempat itu.Sepupu iparnya itu melangkah keluar dan menutup pintu.Dzurriya langsung memalingkan muka, dan menurunkan badannya untuk tidur. Ia kemudian memejamkan mata karena tak ingin berdebat dengan suaminya itu. Ia berusaha menata hati untuk calon buah hatinya.“Apa…”Dzurriya langsung menyela ucapan suaminya itu dengan sinis tanpa membuka matanya apalagi melihatnya, “Kalau kau hanya ingin menyalahkanku, maka anggaplah itu benar. Aku tak ingin berdebat apapun denganmu.”“Keluarlah!” p
BrakTerdengar suara benturan dari bagian belakang kursi roda yang dinaiki Dzurriya karena menabrak dinding. Kursi roda itu tiba-tiba saja ditarik ke dalam sebuah ruangan oleh seseorang, kemudian kerangka sandarannya didorong ke belakang dengan cepat.Kejadian yang begitu cepat itu spontan membuat Dzurriya tersentak dengan tarikan nafasnya yang terjeda yang kemudian terengah-engah.Pria segera berusaha menguasai dirinya yang berdebar hebat dengan menelan ludahnya, kemudian perlahan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap siapa yang sudah menariknya ke dalam ruangan tersebut.‘Mas!’Tampak wajah sang suami terlihat merah padam, sepertinya laki-laki itu sedang kesal.“Apa sebenarnya yang kau inginkan?” ucap suaminya itu terdengar begitu sinis dan dingin.“Yang kuinginkan? Apa maksudmu?” tanya Dzurriya tak mengerti dengan apa yang diucapkan lelaki itu padanya.“Jangan pura-pura lugu kau sedang memanfaatkan kami berdua, kan?” tuduh Eshan tampak menatapnya semakin dekat dan semakin dingin.
“Kenapa kau membiarkannya pergi?” tanya Ryan tampak menatap Dzurriya dengan heran, setelah kepergian Eshan yang terlihat kesal, saat mendapati dirinya dan Ryan bersama.“Bukankah kau juga menginginkannya?” ucap Dzurriya bertanya balik padanyaLelaki itu tampak memicingkan matanya sembari melirik ke arahnya, “jangan berbohong padaku! bahkan kau melakukannya bukan untukku, apa kau cemburu karena Alexa tadi tiba-tiba datang dan menciumnya?”“Jangan bicara omong kosong! untuk apa aku cemburu pada wanita murahan seperti dia? cepat dorong aku!” ujar Dzurriya berusaha mengalihkan pembicaraan.Ryan tampak terkesiap mendengar penuturannya tersebut.“A–apa maksudmu? Kenapa kau menyebutnya murahan?” tanya lelaki itu terdengar terbata-bata dan berhati-hati.Dzurriya kembali menoleh ke belakang dan menatap lelaki itu dalam-dalam.‘Apa kau benar-benar yakin mau mendengarnya dariku?’ pikir Dzurriya kemudian menelan ludahnya.“Apa kau benar-benar tidak ingin membawaku untuk keluar? aku begitu penat b
“Apa?” Tampak Eshan berusaha memastikan apa yang barusan ia dengar tersebut, dengan alisnya yang tampak saling mendekat dan hampir menyatu.“Jadi jangan sia-siakan dia! atau aku akan segera merebutnya darimu,” ujar Ryan tiba-tiba menarik kerah Eshan, sambil menatap begitu tajam ke arah kakak sepupunya tersebut.‘Hah!” desah Dzurriya penuh sesal, Iya begitu terkesiap sekaligus tak menyangka kalau mantan kekasihnya itu bakal bicara sembarangan seperti itu.Sementara Alexa terlihat nyengir kegirangan, Ia bahkan terlihat sangat menikmati pemandangan itu.Berbeda dengan dirinya yang mulai was-was, apalagi melihat suaminya itu memegang tangan Ryan yang tengah mencengkeram kuat kerah bajunya, kemudian perlahan menurunkan tangan adik sepupunya itu, dan mulai menatapnya dengan tajam.‘Jangan-jangan mereka akan berkelahi!’ pikir Dzurriya.Tapi apa yang akan terjadi melampaui perkiraannya.“Kalau kau sangat menyukainya…”‘Apa yang mau kau katakan, Mas?’ pikir Dzurriya sambil menatap mata suamin
BekTerdengar suara pukulan begitu keras, diikuti cairan yang terasa memancar di pipi kiri Dzurriya, tapi anehnya Dzurriya tak merasakan apa-apa.“Apa yang terjadi?” pikirnya.Dengan heran dibukanya matanya perlahan penuh was-was.Tampak tubuh tua bangka itu tergolek lemah di sampingnya dengan sisa-sisa bercak di tepi mulutnya, sepertinya itu adalah darah.Seketika Dzurriya langsung tersentak, sembari kembali menutup mulutnya yang mendesah singkat.Dialihkannya kemudian pandangannya ke arah seseorang berkemeja putih yang tampak memukul satu persatu para pengawal itu dengan membabi buta di depannya.“Mas!” Panggil Dzurriya lirih, begitu mendapati wajah lelaki yang tadi membelakanginya itu tiba-tiba menendang kepala seorang pengawal hinggap badannya memutar menghadap ke arah Dzurriya.Sementara itu tiba-tiba terlihat tangan Braha yang tersungkur di sebelahnya meraba-raba, seperti tengah hendak meraihnya. Dzurriya yang terperanjat kaget langsung menyeret tubuhnya mundur.Namun badan le
Dzurriya hendak menjelaskan kalau dia benar-benar amnesia, dan baru ingat semuanya, namun tiba-tiba tubuh Ryan tersentak hebat bersamaan dengan darah yang tiba-tiba memancar keluar dari dalam mulut mantan tunangannya itu.Sontak Eshan begitu terperanjat kaget dan terlihat langsung menghampiri sepupunya itu, kemudian menggendongnya.Dzurriya yang begitu syok hanya bisa menoleh sambil mendesah cepat, dan seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya sendiri langsung berkaca-kaca.Ia lalu mengikuti suaminya yang setengah berlari dengan panik itu.Namun tiba-tiba tangan kanan Alexa menjulur dan menghalangi jalannya.Dzurriya menoleh ke arah wanita itu dengan heran, namun wanita tak punya hati itu malah tersenyum nyengir ke hadapannya, dan segera melirik ke arah pengawalnya tadi, yang sepertinya terlupakan oleh suaminya.Dia kemudian menggerakkan bola matanya melirik ke arah Dzurriya dengan cepat.Alhasil dalam sepersekian detik saja, para pengawal itu langsung membungkam mulut
Dzurriya segera mencari sesuatu di badan Ryan. Kalau perkiraannya benar, dan lelaki itu datang ke sana untuk menyelamatkannya, pasti dia membawa sesuatu untuk membela diri, dan benar saja itu yang menemukan senjata api di bagian dalam saku jaketnya.Dzurriya segera mengambil senjata itu dan berlari ke belakang pintu. Namun na’as, pintu itu tiba-tiba terbuka begitu saja, mata Dzurriya langsung membelalak lebar, tubuhnya pun yang tadinya condong kedepan karena buru-buru berlari ke belakang pintu, sontak menegak bersamaan dengan matanya yang menoleh ke arah pintu tersebut.Dengan panik, ia segera mengokang pistolnya, dan mengarahkan pistol itu pada seseorang yang masuk pertama, yang tak lain adalah paman istri pertama suaminya itu.Tapi karena Ia tidak mahir sama sekali juga begitu gugup, peluru pistol itu malah meluncur ke arah daun pintu tadi dan menyebabkan suara dentuman yang begitu keras. Alhasil Alexa dan Braha berhasil mundur dan menghindar.“Kurang ajar! berani sekali dia melaku
“Hi, Sayang! Apa kau sudah tertidur?” Mata Dzurriya langsung tersentak bangun mendengar suara yang mendesah berat tersebut, Ia langsung seketika berusaha mengangkat dirinya yang terikat kuat tersebut sampai-sampai kursi itu terangkat dan bergeser sedikit, kemudian terantuk ke lantai begitu keras.“Apa maumu, jangan coba-coba menyentuhku!” ancam Dzurriya dengan matanya yang membulat sempurna menoleh ke arah Tua bangka, Braha sialan itu, yang tengah memandangnya dengan dengan tatapan yang begitu menjijikan.“Kamu kira kamu bisa menghindar dariku sekarang?” ujar lelaki itu sambil meringis, belum lagi tangannya yang kotor dan keriput itu mengusap pipinya, membuat Dzurriya benar-benar muak dan segera menolehkan wajahnya ke arah lelaki itu, kemudian….“Akh!”Terdengar jeritan kesakitan yang begitu keras dan panjang dari lelaki itu, karena Dzurriya sengaja menggigit jemari tangannya yang barusan menyentuhnya sembarangan tersebut.Lelaki yang tampak kesakitan itu berusaha memukul badan dan k
“Apa? Kurang Ajar!” seru Eshan naik pitam, sambil menggebrak meja dengan keras, membuat Tikno yang baru saja masuk ke ruang kerjanya itu ikut tersentak kaget, dan langsung mengangkat kepala menatapnya.“Bagaimana kalian bisa dikecoh oleh seorang wanita seperti itu? Dasar Bodoh! Aku tidak mau tahu, cari dia sampai ketemu, atau kepala kalian taruhannya!” lanjutnya sembari langsung menutup teleponnya dengan nafas yang terengah-engah marah.“Beraninya dia bermain-main denganku?” gumamnya sambil menundukkan punggungnya dan menyandarkan tangannya di atas meja kerjanya.“Ada apa, apa dia menghilang?”Eshan mengangkat bola mata dan alisnya bersamaan ke arah Tikno.“Sepertinya tak ada cara lain, Tuan harus memasang penyadap di mobil Nyonya, ini pasti ada hubungannya dengan lelaki itu,” saran Tikno.“Kita bicarakan itu nanti,” ujar Eshan sembari menegakkan badannya berdiri. Selama ini dia berusaha tidak memata-matai dan percaya pada istrinya, sebagaimana janjinya dulu pada wanita itu sebelum me
Dzurriya sontak tersentak bangun dengan nafasnya yang ngop-ngopan, gimana tidak? tiba-tiba saja wajahnya ditimpa guyuran air yang menamparnya begitu deras. Padahal ia baru saja pingsan tertidur karena kelelahan, setelah hampir seharian ia ditampar dan dipukuli oleh Alexa dan Pamannya.“Enak sekali ya tidurnya?” tanya Alexa yang kini tengah berdiri kembali di hadapannya sambil membawa ember.“Kenapa kau terus menyiksaku?” tanya Dzurriya memberanikan diri.“Pertanyaan apa itu? Menurutmu, apa semua ini sudah sepadan untuk wanita perusak ruma tangga orang lain sepertimu, Hah?” tanya balik Alexa sambil dengan nada membentak.“Bukankah kau yang membawaku ke rumah itu, kau yang memaksaku untuk menikah dengan suami? Apa kau lupa? sekarang sikapmu sungguh kekanak-kanakan, kenapa— apa kau takut dengan keberadaanku?” tanya Dzurriya berusaha balik memprovokasinya.“Aku? takut dengan keberadaanmu? Apa kau sudah gila? Wanita murahan sepertimu, bagian dirimu mana yang harus aku iri?” tanya wanita it