‘Riska Atmajaya’“Kenapa wanita-wanita yang ada di sekitarmu terlihat sangat cantik dan seksi, Mas Ehsan?” Pikir Dzurriya sambil memandang jauh ke jendela-jendela rumahnya seperti biasa.Malam itu terasa begitu panjang dan dingin.‘Apa yang sekarang sedang kau lakukan, Mas?’ gumam Dzurriya dalam hati seraya mendekap tubuhnya yang mengenakan jaket hitam itu.Angin begitu dingin, langit pun terlihat tanpa cahaya sedikitpun karena tertutup mendung.‘Apakah di sana juga mendung Mas, atau sedang bersalju, atau sedang siang hari?’Dzurriya menghela napas panjang, ia mulai melantur ke sana ke mari karena galau.“Apa kamu mengingatku, Mas?” ujarnya lirih.‘Pasti kamu tidak merasakan dingin seperti yang kurasakan, karena di sampingmu ada istrimu yang lain’Dzurriya mulai mengusap air matanya yang baru saja turun.‘Sepertinya hanya aku yang merindukanmu’Tiba-tiba, ia teringat perkataan Riska tadi siang tentang suaminya, “Aku kira Eshan akan bercerai setelah satu atau dua tahun, ternyata wanit
‘Memalukan! Menyedihkan!”Umpat Dzurriya sambil menatap dirinya sendiri di kaca. Air mata yang mulai mengalir, langsung diusapnya dengan kesal.‘Sampai kapan kau akan terus memikirkan lelaki yang bahkan tak peduli padamu dan terus mempermainkanmu itu’Dzurriya begitu jengah dengan apa yang terjadi, lebih-lebih terhadap dirinya sendiri yang seperti memohon bisa mendengar suara suaminya tersebut meski sejenak. Padahal jelas-jelas suaminya itu tak peduli dan bahkan mempermainkannya.“Mulai hari ini hanya ada Dzurriya dalam perjanjian kita saja,” ujarnya lalu mengambil jaket hitam pemberian Eshan dan melemparnya ke dalam lemari bagian bawah sekenanya.******‘Aku baik-baik saja’Dzurriya bangun pagi-pagi sekali dan segera membersihkan diri.‘Ayo menjadi sibuk dan bahagia, Dzurriya’Ia ke dapur dan mengambil beberapa bahan masakan untuk dimasak.Para pelayan telah melarangnya, tapi sepertinya mereka tidak cukup berani untuk menghalanginya melakukan hal yang ia inginkan. Apalagi Dzurriya
Dzurriya mulai merasakan pening lagi di kepalanya, ia mengernyitkan dahinya kemudian membuka matanya perlahan-lahan.Terlihat atap kamarnya. ‘Apa yang terjadi?’Terakhir kali yang ia ingat ia mau pergi bersama Ryan.Ia kemudian menyiratkan pandangannya ke segala arah, tampak di sampingnya Ryan dengan wajah yang begitu cemas.“Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar,” ucap lelaki itu terdengar begitu lega.Dzurriya tersenyum lemah.Ia mencoba mengangkat tangannya yang terasa lemas, karena ingin menekan kepalanya yang masih pening, saat kemudian Ia sadar, ada selang infus menancap di punggung tangannya tersebut.“Aku kenapa?” tanya Dzurriya heran.“Kamu dehidrasi dan anemia, jadi aku terpaksa menginfusmu. Mulai sekarang kamu harus jaga dirimu baik-baik jangan mudah larut dalam emosi,” saran Ryan terdengar penuh kepedulian.Dzurriya menoleh ke arah lain, ia tak ingin mendengarkan saran apapun dari siapapun.“Kamu tidak boleh ceroboh lagi, Dzurriya.” Lelaki itu terdengar menghela napas panja
“Serahkan padaku!”Dzurriya yang masih tersengal-sengal dengan lemas, terkesiap mendapati suaminya tiba-tiba berada di depannya dengan tatapannya yang tajam ke arah Ryan.“Turunkan aku, Ryan!” pinta Dzurriya yang masih sangat kesal dengan suaminya.Ia tak mau Ryan terkena masalah.Sekilas Eshan terlihat menatapnya hangat.Tapi itu tak cukup mengobati luka Dzurriya.“Pelayan, tolong bopong aku?”Para pelayan wanita yang tadi menghidangkan makanan itu hendak membopongnya, tapi terlihat mengurungkan niatnya. Pasti karena takut pada Eshan yang tengah menatap mereka. Eshan sendiri tampak berusaha meraih tangannya, namun ia menghindar dan menampiknya. Sambil menatap suaminya dingin. Sayangnya, tubuhnya yang lemas belum bisa menopang berat badannya, ia terhuyung hampir jatuh. Untunglah Eshan begitu sigap dan menangkap badannya dari depan.Lelaki itu segera menggendongnya dan membawa masuk kamar.“Turunkan aku,” ucap Dzurriya lemas.“Aku akan menurunkanmu di tempat tidur, jangan keras kepal
BAB 61“Kenapa aku merasa tandanya sama persis seperti saat Alexa awal hamil. Apa kau yakin?” tanya Eshan terdengar tak percaya dengan ucapan Ryan bahwa istri keduanya itu hanya dehidrasi dan anemia saja..“Sebenarnya aku tak ingin mengatakannya.”‘Apa yang mau kau katakan Ryan’Dzurriya benar-benar dibuat was-was dengan percakapan kakak dan adik sepupu di luar kamar barunya itu.“Bukan apa-apa, bisa-bisanya setelah proses inseminasi, kakak malah meninggalkannya untuk liburan.”Dzurriya bertambah cemas mendengar ucapan Ryan tersebut.‘Apa yang mau kau katakan?’“Apa maksudmu?”Rasa-rasanya ia dan suaminya sama-sama penasaran dan khawatirnya dengan ucapan Ryan selanjutnya.Ia remas mangga yang sedang berada ditangannya itu sampai setengah hancur tanpa sadar.“Dzurriya beberapa hari larut dalam tangisan, matanya sembab karena kakak. Makannya tak rutin. Saat mulai ceria, ternyata itu hanya caranya dia berusaha melupakanmu. Ia melakukan semua pekerjaan rumah tanpa istirahat dan makan. Dit
Eshan terlihat mengusap bibir Dzurriya sambil menatapnya dalam-dalam.Ia merasa sangat gugup, apalagi melihat jakun lelaki itu naik turun di bawah dagunya yang tirus dengan bintik-bintik rambut tipisnya.‘Mas, apa yang hendak kau lakukan?’ pikir Dzurriya sambil memandang mata lelaki itu sekarang, yang tampak menatap dalam-dalam ke arah bibirnya.“Sudah.”‘Hah!’Dzurriya terkesiap lucu, Kenapa Ia tidak menyangka bahwa lelaki itu hanya ingin mengusap sisa mangga di bibirnya.Eshan tampak menunjukkan bulir kecil daging mangga itu ke hadapan Dzurriya, kemudian mengelap jempol nya yang digunakan untuk mengusap sisa kotoran mangga tadi dengan tisu.Lelaki itu terlihat nyengir kepadanya, setidaknya itulah yang tampak bagi Dzurriya.‘Dasar penggoda! Kau pasti sangat puas’ pikirnya sambil memalingkan muka ke arah lain dengan jengkel.Tiba-tiba napas Dzurriya tertahan. Lelaki itu kini tengah tampak memegang dahi Dzurriya dengan telapak tangannya.“Alhamdulillah, tidak panas.”‘Jadi kau berharap
“Jangan terlalu baik padaku, Mas. Aku takut tidak akan mampu melepaskanmu nanti.”Eshan kelihatan menatap matanya penuh arti. Dia bahkan melepas kaca mata rectanglenya di atas meja. “Apakah kau ingin kita berpisah?” tanya lelaki itu setelah jakunnya terlihat naik turun.“Kalau tidak, apa kau ingin aku terus berada diantara kamu dan Alexa, Mas?” tanya Dzurriya balik.Ia yang bertanya, ia juga yang takut dan penasaran dengan respon dari suaminya itu.Dzurriya berusaha menatap kedalam mata suaminya, menebak apa yang akan lelaki itu katakan.Lelaki itu tiba-tiba mencengkram dagu Dzurriya dengan wajahnya yang tiba-tiba berubah begitu dingin dan bengis.“Jangan harap! aku tidak akan pernah melepaskanmu. Kau telah membuat keluarga ini menderita, kau harus membayarnya, Dzurriyatul Jannah.”Dzurriya sontak terkaget mendapatkan perlakuan kasar seperti itu, sudah lama sekali suaminya tidak berlaku demikian. Lelaki itu kemudian menatapnya tajam, matanya terlihat membulat sempurna. Dia kemudian
Eshan tampak melotot kaget melihat gambar wanita hamil dalam cover suplemen tersebut.Dia menatap ke arah Ryan dan Dzurriya secara bergantian.“Astaghfirullah, kenapa suplemennya ini?” ujar Ryan tiba-tiba sambil mengambil suplemen tersebut dari tangan kakak sepupunya tersebut tanpa permisi.“Untung kamu belum meminumnya, Kak Dzurri,” lanjutnya sambil memasang wajah cemas, seperti berusaha membuat Eshan percaya.Dzurriya bernapas lega.Sementara Eshan kembali menatap adik sepupunya itu dengan mata penuh curiga, “kau tak biasanya ceroboh seperti ini?”“Iya tadi karena aku tergesa-gesa mengambil resep di apotek, ini pasti milik ibu yang ada di sebelahku tadi, aku akan segera memeriksa dan mengembalikannya,” ucap Ryan lalu meninggalkan keduanya dengan berlari.Dzurriya yang merasa suaminya itu hendak menoleh padanya, segera melengos pergi sambil sengaja menyenggol bahu suaminya itu dengan kesal.Ia mencoba berjalan cepat, meninggalkan lelaki itu yang masih tertegun di tempatnya berdiri. I