Sambar Anuk hanya bisa memantau rumah bambu di tengah Sungai Ukirati dari jauh. Dia tidak mau memantau lebih dekat dengan risiko ketahuan. Cukup lama dia memantau dari balik semak belukar di bawah sebuah pohon. Sesekali Sambar Anuk bisa melihat kemunculan sosok gadis cantik berpakaian biru keluar dari dalam rumah. Namun, jarak Sambar Anuk terlalu jauh untuk menikmati kecantikan Iblis Jelita yang dia sangka adalah murid Iblis Jelita, padahal dia sudah melihat bahwa wanita itu memiliki sepuluh kuku yang panjang. Namun, tetap saja Sambar Anuk yakin bahwa itu adalah murid Iblis Jelita, bukan sang guru. Drap drap drap…! Sambar Anuk agak terkejut ketika mendengar suara lari kuda. Dengan selamat, Ardo Kenconowoto akhirnya tiba di pinggir Sungai Ukirati. Ketampanan dan kegagahan Ardo yang tidak berbaju tapi masih bercelana, cukup membuat Sambar Anuk terbeliak. Tiba-tiba muncul rasa cemburu di dalam hatinya. Ardo seketika terkejut ketika melihat kondisi pinggir sungai seberang rumah guruny
Ardo Kenconowoto melompat salto dengan dua putaran cepat di udara. Dia sudah menggabungkan energi ilmu Tapak Kaki Iblis dan Lompatan Iblis Mabuk. Brakszerrr! Ketika kedua kaki Ardo Kenconowoto mendarat di batu, maka batu dasar kawah itu hancur berkeping-keping dalam jumlah besar dengan percikan sinar merah yang besar. Uniknya, kali ini serpihan batu yang berlesatan ke segala arah diselimuti oleh sinar biru yang bersifat listrik. Kehancuran yang ditimbulkan oleh jejakan itu jauh lebih dahsyat dari jejakan sebelumnya yang dilakukan oleh Ardo. “Waw! Lual biasa!” ucap Ardo terpukau. Iblis Jelita yang memantau dari sisi atas kawah melesat terbang seperti burung dara dan mendarat ringan di depan Ardo. “Aku belhasil, Nyai!” sorak Ardo begitu gembira dan refleks menghambur memeluk Iblis Jelita. “Hihihi!” tawa Iblis Jelita menghadapi tindakan muridnya yang telah berani memeluknya lebih dulu. Dia pun balas memeluk Ardo dengan erat. Kegembiraan kedua insan itu kemudian reda dan hening. Ib
“Aaak! Aaak!” Pergumulan penuh bara asmara berlangsung di kamar Iblis Jelita yang harum. Saat itu, orang lain dilarang keras untuk mengintip, apalagi masuk menyaksikan. Bukan Iblis Jelita yang memekik nikmat, tetapi justru Ardo Kenconowoto yang menjerit berulang kali. Entah apa yang terjadi terhadap Ardo dalam pergumulan tanpa busana tersebut? Perpaduan antara wanita yang sangat haus asmara dan sangat berpengalaman dalam kuda-mengkuda dengan pemuda yang sedang kecanduan asmara dan sangat penasaran, membuat pengalaman pertama Ardo itu berlangsung sangat sengit. Iblis Jelita sangat tekun mengajari dan menuntun, sementara Ardo sangat ingin belajar dan membuat Nyai Sakti bahagia dengan layanannya. “Aaak…!” “Aaah!” Setelah pertarungan yang perlu napas panjang dan menghasilkan peluh asmara, akhirnya Ardo memekik keras dan panjang, seperti orang kesakitan, padahal itu pekik puncak pelepasan yang sangat enak baginya saat itu. Itu perkara paling legit yang pernah dia rasakan dalam hidupn
“Aku ingin bicara sebentar denganmu, Jelita,” ujar Adipati Banting Arak. Dia lalu bergerak turun dari kereta kudanya meninggalkan Anoman seorang diri. Melihat itu, Iblis Jelita ikut turun dari punggung kudanya. Di saat Adipati Banting Arak dan Iblis Jelita bertemu di pertengahan jarak, Ardo dan Anoman saling tatap tanpa nuansa persahabatan. “Kau telah menjadi musuh Kerajaan Panesahan, Jelita. Selain membunuh para perwira, kau juga telah membantai dua pasukan arjunatama….” “Apakah kau mau mencoba menangkapku?” tanya Iblis Jelita memotong kata-kata sang adipati. “Tidak, tidak. Aku menghargai kesepakatan damai kita. Tidak lama lagi aku akan menjadi musuh Kerajaan juga, karena aku akan menguasai Kadipaten Babatoto. Aku telah menggunakan tangan putra mendiang Nyai Wetong untuk membunuh Adipati Rentang Gatang. Karena….” “Kau memberontak, Adipati?” tanya Iblis Jelita dingin, kembali memotong. “Ya.” “Jadi, karena kita sama-sama musuh Kerajaan, kau mau mengajakku untuk bersekutu denganm
“Kakang Ardo, hentikan!” teriak Rinta Kemiri.“Tidak, dia telah mengintip Nyai Sakti. Keholmatan Nyai Sakti halus aku lindungi!” seru Ardo tanpa mau berhenti.“Kakang Sambar, berhenti!” seru Rawa Kujang pula kepada kakaknya.“Aku tidak akan berhenti sebelum menghajar pemuda mesum ini!” seru Sambar Anuk pula sambil terus bertarung melawan Ardo.Saat itu pertarungan masih berlangsung secara umum dengan pukulan dan tendangan biasa yang saling berusaha mengenai lawan.“Kakang Rawa, tolong pisahkan mereka berdua,” kata Rinta Kemiri kepada Rawa Kujang.“Iya,” ucap Rawa Kujang sambil mengangguk.Pemuda tampan berwajah halus itu lalu berlari meninggalkan kudanya. Dia memasukkan dirinya ke antara kedua petarung itu.Dak dak!Rawa Kujang menangkis pukulan Ardo dan Sambar Anuk yang sebenarnya bukan untuknya.“Hentikan pertarungan kalian!” seru Rawa Kujang kepada keduanya.Dak! Beg!Kembali Rawa Kujang menangkis tendangan kakaknya agar tidak sampai kepada Ardo. Namun sayang, tinju kiri Ardo justr
“Jangan dekat-dekat lagi dengan pemuda berpedang itu, Linta. Aku khawatil dendam meleka dilampiaskan kepadamu,” kata Ardo kepada adiknya saat perjalanan pulang menuju sungai.“Iya, Kakang,” ucap Rinta Kemiri. Lalu tanyanya, “Kakang, apakah kakak Kakang Rawa akan mati?”“Entahlah. Dia telkena Tinju Mustika Hijau. Aku tidak tahu pasti kekuatan pukulan ilmu itu. Aku tidak tahu, apakah dia akan mati atau tidak,” jawab Ardo.“Kakang harus hati-hati. Aku dan Ibu tidak ingin Kakang celaka,” kata Rinta Kemiri.“Jangan cemas, kakangmu ini sudah menjadi pendekal yang diakui oleh tiga gulu Iblis. Aku sekalang belgelal Pendekal Tiga Iblis. Buktinya aku bisa dengan mudah mengalahkan lawanku,” kata Ardo.“Kenapa Kakang pergi menyusul Ibu ke pasar?”“Nyai Sakti ingin bicala penting kepada Ibu. Jadi aku ingin menjemput Ibu. Telnyata kau yang jualan.”“Bicara penting tentang apa?” Rinta Kemiri penasaran.“Nyai Sakti ingin melamalku, Linta,” jawab Ardo seraya tersenyum sambil menengok kepada adiknya.“
Drap drap drap…! Sekitar seribu prajurit berseragam hitam-cokelat keluar dari markas besar militer Kerajaan Panesahan. Ada puluhan prajurit berkuda, ratusan prajurit pejalan kaki dengan tiga keahlian senjata yang berbeda, yaitu pedang, tombak dan panah. Pasukan itu dipimpin oleh Panglima Tiga Seblak Alus. Seorang panglima tiga memiliki wewenang memimpin seribu prajurit dalam satu pasukan besar. Di bawahnya ada tiga orang perwira berpangkat arjunasiwa yang masing-masing membawahi tiga ratus orang prajurit. Selain itu, pasukan itu juga mengikutkan empat pendekar sakti, paling sakti yang untuk sementara dimiliki oleh Kerajaan Panesahan. Mereka yakni: Perwira Hidung Baja, Si Tombak Ayun, Setan Bayang Merah, dan Nenek Tanpa Luka. Pengerahan pasukan itu atas perintah Prabu Rawasakti setelah Maroto sampai ke Istana dan melapor. Masih ingat prajurit yang bernama Maroto? Itu loh, prajurit cengeng yang satu-satunya disisakan hidup oleh Iblis Jelita. “Iblis Jelita bilang, kirim pendekar ters
Ketika Iblis Jelita, Ardo Kenconowoto dan Rinta Kemiri tiba di sekitar Tugu Setia, mereka belum melihat keberadaan sosok-sosok yang punya niat menantang bertarung.Karena musuh belum terlihat daun telinganya, Iblis Jelita memilih pergi ke kedai makan, hal yang sama dia lakukan delapan tahun lalu sebelum bertarung melawan Nyai Wetong.Sekedar mengingatkan. Tugu Setia adalah tugu batu berbentuk tombak raksasa yang menjulang lurus ke arah langit. Tugu itu memiliki tebal dua pelukan tangan orang dewasa. Jika tombak sungguhan memiliki mata yang runcing, tetapi tombak batu itu tidak lancip, tapi tumpul seperti kepala yang gundul, sehingga terlihat seperti simbol keperkasaan lelaki. Tingginya empat kali tinggi tubuh lelaki ideal. Tugu Setia adalah simbol kesetiaan seorang lelaki. Yang jelas tugu itu memiliki cerita panjangnya sendiri.Kedatangan Iblis Jelita selalu menjadi pusat perhatian. Tidak saja di kala dia masih berpenampilan seronok, tetapi juga ketika dia sudah tobat dari penampilan
Di saat dua pertarungan pendekar dan dua pertempuran berlangsung sengit, tiba-tiba ada pasukan lain yang datang mendekat ke Lembah Jepit. Prajurit pasukan itu mengenakan seragam warna hijau-hijau, tapi tidak seperti seragam hansip.Semua orang yang sedang punya kepentingan di lembah tersebut tahu bahwa itu adalah pasukan kadipaten. Jika melihat dari panjinya, mereka adalah pasukan Kadipaten Dadariwak dan Kadipaten Babatoto.Melihat kedatangan pasukan kadipaten yang dipimpin oleh Komandan Cecak Godok dan pendekar Codet Maut, para arjunasiwa yang memimpin serta pasukannya merasa senang karena pasukan kadipaten datang membantu.Sementara di tempatnya, Urak Sepadan, Anggar Sukolaga, Guntur Murka, dan Angkel Asap memantau pertempuran tersebut.“Seraaang!” teriak para prajurit kadipaten.Mereka akhirnya masuk menyerbu ke dalam pertempuran.“Aak! Aak! Akh…!” jerit para prajurit Kerajaan Panesahan saat mereka justru diserang oleh para prajurit pasukan kadipaten.Alangkah terkejutnya para perw
Pendekar kerajaan yang bernama Perwira Hidung Baja berdiri gagah menghadang Ardo Kenconowoto dan Iblis Jelita yang berbagi satu punggung kuda. Mentang-mentang kedua jagoan itu sudah terluka parah, Perwira Hidung Baja baru muncul setor hidung.“Turun dan menyeraaakh!” seru Perwira Hidung Baja yang berujung jeritan seiring tubuhnya terlempar jauh ke samping.Tiba-tiba muncul sosok gemuk Iblis Satu Kaki yang datang melesat dari samping kiri secepat rudal jet tempur. Dia langsung menabrak tubuh Perwira Hidung Baja tanpa rem. Karena itulah Perwira Hidung Baja terpental pergi dari depan kuda Iblis Jelita.Tabrakan dahsyat itu mengejutkan semua orang. Perwira Hidung Baja menghantam keras tanah lembah yang hangus dan berguling-guling.Agar tidak malu, meski sudah terlanjur malu, Perwira Hidung Baja buru-buru bangkit berdiri. Untung wajahnya hitam oleh noda arang rumput lembah yang sebelumnya dibakar oleh Pendekar Raja Neraka, jadi malunya cukup tertutupi.“Frukrr!” Perwira Hidung Baja malah m
Blar blar blar…!Ketika tangan Nini Lanting yang bersinar putih menyilaukan ditusukkan ke arah langit, maka tanah sekitar dirinya dan termasuk di posisi Iblis Jelita berdiri meledak.Tanah-tanah berumput terbongkar mengudara. Namun, ketika ilmu Kiamat Kecil itu terjadi, sosok Iblis Jelita menghilang di mata para penonton biasa. Menghilangnya Iblis Jelita diikuti gerak wajah si nenek yang memandang ke langit.Dari arah langit meluncur cepat sosok Iblis Jelita dengan posisi kepala dan tangan di bawah, kedua kaki lurus di atas. Pada ujung tangannya yang menempel lurus ada sinar ungu dan hitam yang saling membaur tanpa saling menguasai. Arahnya tepat ke atas kepala Nini Lanting.Serangan Iblis Jelita dengan ilmu Totok Bumi level grand master itu datang sangat cepat. Tanpa pikir ulang, Nini Lanting menyambut lawannya dengan satu hentakan telapak tangan yang bersinar putih menyilaukan.Buooom!Pertemuan dua kesaktian itu menciptakan ledakan energi yang dahsyat. Tanah di sekitar mereka kemba
Srosss!“Aaakk…!”Dua serangan tapak membara yang mendarat di dadanya, membuat pikiran Ki Lagak sejenak blank dalam mengendalikan puluhan pedang sinar biru. Padahal rombongan energi ilmu Pedang Beranak Seribu itu sedang melesat mengarah Ratu Senja yang notabene ada di depannya.Maka, dengan lenyapnya sosok Ratu Senja, jadi justru sebagian pedang sinar biru menusuki tubuh Ki Lagak.Setelah Ki Lagak ditusuki oleh pedang-pedang energi miliknya sendiri, tahu-tahu Ratu Senja muncul lagi seperti dedemit caper di depan Ki Lagak yang terhuyung kesakitan. Kemunculan Ratu Senja yang tanpa tawa atau suara, membuat Ki Lagak tidak menyadari untuk waktu sesaat.Suss!“Hahh!” kejut Ki Lagak ketika baru melihat keberadaan Ratu Senja yang sudah memegang sinar biru gelap Dari ilmu Penghancur Cinta.Bluar!“Hakkr!”Dalam jarak yang sangat dekat, Ratu Senja menghantamkan sinar biru di tangannya kepada Ki Lagak yang mustahil untuk menghindar jika tidak punya ilmu lenyap seperti lawannya. Jalan satu-satuny
Set set!Ternyata pedang biru bagus Ki Lagak bisa dibagi menjadi dua pedang kembar yang lebih tipis. Dengan ilmu pengendali, kedua pedang itu bisa diterbangkan seringan capung tapi secepat anak panah.Ratu Seja tidak menggunakan ilmu perisai semodel sahabatnya Iblis Jelita, tetapi dia menggunakan ilmu Tinju Belut Peri. Ada yang ingat dengan ilmu ini?Kedatangan dua pedang yang sifatnya menusuk, cukup diadu dengan tinju kedua tangan Ratu Senja yang terlihat tinju biasa. Ketika pedang tinggal sejengkal jaraknya dari kepalan tangan janda awet itu, pedang akan melenceng arah, seperti terpeleset di lantai bersabun.Setelah terpeleset tanpa menyentuh tangan atau raga Ratu Senja, kedua pedang terus terbang dan berbalik atau berbelok arah yang tetap memburu tubuh indah Ratu Senja. Sepertinya Ki Lagak sudah terlalu tua, sehingga dia tega ingin menghancurkan keindahan yang lawannya miliki.Semua upaya serangan dua pedang kembar terbang gagal. Selalu terpeleset dan terpeleset lagi. Ki Lagak samp
Setelah pertarungan antara Ardo Kenconowoto berakhir dengan hasil berkurangnya satu anggota Keturunan Darah Emas, Nini Lanting semakin menggila dalam bertarung melawan Iblis Jelita.Begg! Pagg! Begg begg! Pagg pagg!Pukulan tinju dan telapak tangan yang bertenaga dalam tinggi dilancarkan menghantam dinding sinar ungu bening dari ilmu perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang, semakin tipis, semakin menerawang.Tinju pertama tidak menghancurkan dinding sinar ungu, tapi hantaman telapak tangan yang disusulkan kemudian menghancurkan dinding pertama.Nini Lanting kembali maju selangkah dan melancarkan dua pukulan beruntun untuk menghancurkan lapisan kedua. Namun, setelah itu Iblis Jelita kembali memunculkan ilmu perisai yang sama dengan sebelumnya, membuat Nini Lanting harus menghancurkan dua lapis perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang lagi.Suara hantaman pukulan kepada dinding perisai terdengar keras, membuat orang-orang yang mendengar bergetar hatinya. Bergetar bukan karena cinta, tapi bergetar ikut
Tubuh Ardo berguling melintasi api yang membakar rumput. Cepatnya gulingan tubuhnya membuat dia tidak sempat terbakar. Maklum pendekar saktinya sedang sibuk.Ardo cepat bangkit di antara kobaran api yang membakar lahan di mana-mana. Memang agak runyam jika melawan Pendekar Raja Neraka, api di mana-mana.Sosss!Belum sempurna fokus pandangan Ardo, serangan gelang-gelang sudah datang lagi.“Lelele…!” teriak Ardo sambil lari kencang ke samping, membuat serangan seperti selang api panjang itu hanya kian memperparah kebakaran lahan.Iblis Jelita yang bertarung sengit di sisi lain hanya tersenyum tipis saat mendengar lolongan Ardo, tanpa tertarik untuk melirik kepada murid dan calon suaminya itu.Ardo berlari kencang mengelilingi posisi Cukil Bugir.Sosss!Cukil Bugir kembali memburu Ardo dengan melesatkan barisan gelang-gelang api. Namun, Ardo seperti jagoan yang jika ditembak tidak kena-kena.Sing! Ctarr! Ses ses ses…!Setelah lolos lagi dari serangan, sambil terus berlari, Ardo melesatka
“Lelaki tampan mana yang kau pilih untuk dibunuh?” tanya Iblis Jelita kepada Ratu Senja sambil memandang kepada Ki Lagak dan Cukil Bugir. “Aku pilih Ki Lagak saja, agar yang suka marah-marah jatahnya Ardo,” jawab Ratu Senja sembari tersenyum semanis mangga matang di hati. “Tapi yang suka malah-malah namanya siapa, Nyai Latu?” tanya Ardo yang membuat ketiga calon lawan mereka tahu bahwa ternyata pemuda itu cadel. “Namanya Cukil Bugir, bergelar Pendekar Raja Neraka,” jawab Ratu Senja. “Oooh Cukil Bugil. Pendekal Laja Nelaka,” sebut ulang Ardo yang membuat Ratu Senja tersenyum lebar dan Cukil Bugir mendelik sewot. “Jangan coba-coba kau menyebut nama agungku lagi, Pemuda Cadel!” ancam Cukil Bugir yang tidak rela namanya beruba jadi mesum jika disebut oleh Ardo. “Tenang saja, Kek. Aku tidak akan menyebut nama Cukil Bugil lagi,” kata Ardo seraya tersenyum santun tapi menjengkelkan bagi Cukil Bugir. “Tapi kau masih menyebutnya!” bentak Cukir Bugir lalu…. Clap! Dak dak! Tiba-tiba ka
Iblis Jelita tetap di punggung Surami, berhadapan dalam jarak tiga tombak dengan kereta kuda putih yang diapit oleh Ki Lagak alias Pendekar Pedang Bersayap dan Cukil Bugir alias Pendekar Raja Neraka.Sementara empat murid berkuda Nini Lanting posisinya ada di belakang, seolah-olah mereka dilarang untuk turun tarung karena cukuplah yang tua-tua saja yang turun ke ambang kematian untuk memetik nyawa.Semua mata penonton yang berada di sekeliling area Lembah Jepit terpusat kepada mereka. Yang mereka tunggu jelas adegan tarung yang seru sampai ada yang tumbang bersimbah darah dan nyawa melayang.“Apakah Keturunan Darah Emas akan menghabiskan diri hanya di tangan seorang Iblis Jelita?” kata Iblis Jelita datar.“Kesombonganmu akan berakhir di sini, Iblis Jelita!” seru Pendekar Raja Neraka.“Hihihi! Berkaca tapi tidak pernah melihat wajah sendiri. Satu per satu Keturunan Darah Emas datang menantang menyombongkan diri. Pendekar Pedang Kayu saja mempermalukan diri di tangan muridku, pendekar y