“Jangan dekat-dekat lagi dengan pemuda berpedang itu, Linta. Aku khawatil dendam meleka dilampiaskan kepadamu,” kata Ardo kepada adiknya saat perjalanan pulang menuju sungai.“Iya, Kakang,” ucap Rinta Kemiri. Lalu tanyanya, “Kakang, apakah kakak Kakang Rawa akan mati?”“Entahlah. Dia telkena Tinju Mustika Hijau. Aku tidak tahu pasti kekuatan pukulan ilmu itu. Aku tidak tahu, apakah dia akan mati atau tidak,” jawab Ardo.“Kakang harus hati-hati. Aku dan Ibu tidak ingin Kakang celaka,” kata Rinta Kemiri.“Jangan cemas, kakangmu ini sudah menjadi pendekal yang diakui oleh tiga gulu Iblis. Aku sekalang belgelal Pendekal Tiga Iblis. Buktinya aku bisa dengan mudah mengalahkan lawanku,” kata Ardo.“Kenapa Kakang pergi menyusul Ibu ke pasar?”“Nyai Sakti ingin bicala penting kepada Ibu. Jadi aku ingin menjemput Ibu. Telnyata kau yang jualan.”“Bicara penting tentang apa?” Rinta Kemiri penasaran.“Nyai Sakti ingin melamalku, Linta,” jawab Ardo seraya tersenyum sambil menengok kepada adiknya.“
Drap drap drap…! Sekitar seribu prajurit berseragam hitam-cokelat keluar dari markas besar militer Kerajaan Panesahan. Ada puluhan prajurit berkuda, ratusan prajurit pejalan kaki dengan tiga keahlian senjata yang berbeda, yaitu pedang, tombak dan panah. Pasukan itu dipimpin oleh Panglima Tiga Seblak Alus. Seorang panglima tiga memiliki wewenang memimpin seribu prajurit dalam satu pasukan besar. Di bawahnya ada tiga orang perwira berpangkat arjunasiwa yang masing-masing membawahi tiga ratus orang prajurit. Selain itu, pasukan itu juga mengikutkan empat pendekar sakti, paling sakti yang untuk sementara dimiliki oleh Kerajaan Panesahan. Mereka yakni: Perwira Hidung Baja, Si Tombak Ayun, Setan Bayang Merah, dan Nenek Tanpa Luka. Pengerahan pasukan itu atas perintah Prabu Rawasakti setelah Maroto sampai ke Istana dan melapor. Masih ingat prajurit yang bernama Maroto? Itu loh, prajurit cengeng yang satu-satunya disisakan hidup oleh Iblis Jelita. “Iblis Jelita bilang, kirim pendekar ters
Ketika Iblis Jelita, Ardo Kenconowoto dan Rinta Kemiri tiba di sekitar Tugu Setia, mereka belum melihat keberadaan sosok-sosok yang punya niat menantang bertarung.Karena musuh belum terlihat daun telinganya, Iblis Jelita memilih pergi ke kedai makan, hal yang sama dia lakukan delapan tahun lalu sebelum bertarung melawan Nyai Wetong.Sekedar mengingatkan. Tugu Setia adalah tugu batu berbentuk tombak raksasa yang menjulang lurus ke arah langit. Tugu itu memiliki tebal dua pelukan tangan orang dewasa. Jika tombak sungguhan memiliki mata yang runcing, tetapi tombak batu itu tidak lancip, tapi tumpul seperti kepala yang gundul, sehingga terlihat seperti simbol keperkasaan lelaki. Tingginya empat kali tinggi tubuh lelaki ideal. Tugu Setia adalah simbol kesetiaan seorang lelaki. Yang jelas tugu itu memiliki cerita panjangnya sendiri.Kedatangan Iblis Jelita selalu menjadi pusat perhatian. Tidak saja di kala dia masih berpenampilan seronok, tetapi juga ketika dia sudah tobat dari penampilan
Slass!Tiba-tiba pedang yang dicabut oleh Rawa Kujang bersinar putih sangat menyilaukan mata semua orang yang memandangnya, termasuk Ardo.Saking terangnya silauan pedang itu, semua yang melihat sinar pedang jadi buta dalam keputihan. Keputihan pandangan maksudnya, bukan keputihan penyakit wanita. Semoga tidak salah paham.Mereka tidak bisa melihat apa-apa selain warna putih polos, termasuk Ardo.Ardo langsung bisa menduga apa yang akan terjadi di saat dia tidak bisa melihat apa pun selain warna putih terang membuat matanya menutup.Syess! Tesss!Meski tidak bisa melihat apa yang menyerangnya, tetapi Ardo mampu merasakan energi yang datang cepat kepadanya.Di saat Rawa Kujang datang melompat dengan tebasan pedang yang bersinar putih menyilaukan, Ardo cepat mengeluarkan ilmu Perisai Hijau, yaitu sinar hijau lebar berpola susunan daun melebar. Lapisan sinar itu muncul di depan tubuh Ardo dengan arah hadap kepada serangan yang datang.Pedang bersinar putih itupun menebas lapisan sinar hi
Untung kepala Akar Sejara terlindungi oleh tangkisan tangan yang mengandung ilmu Pembunuh Sadis. Kuatnya energi ilmu itu berjasa besar menyelamatkan kepalanya dari tendangan Lompatan Iblis Mabuk Ardo Kenconowoto.Meski selamat, Akar Sejara tetap merasakan kepalanya pusing dan berat. Sedikit banyaknya itu akan mempengaruhi performanya dalam bertarung.“Lelele…!” teriak Ardo dengan lidah cadelnya.“Kau dengar teriakan kakakmu, Rinta?” tanya Iblis Jelita kepada Rinta Kemiri, adik Ardo yang usianya 18 tahun, hanya selisih dua tahun dari usia kakaknya.“Iya, Nyai. Itu teriakan kegembiraan Kakang Ardo,” jawab Rinta Kemiri.Saat itu mereka masih duduk di dalam kedai makan, tetapi di dekat jendela agar bisa menyaksikan langsung pertandingan meski dari jauh.“Itu tandanya dia sudah menikmati pertarungan itu. Jika dia sudah bertarung dengan gembira, aku pun akan sulit mengalahkannya. Yang harus kau tahu, kakakmu murid tiga orang Iblis, bukan satu Iblis saja,” kata Iblis Jelita.Di medan tarung,
“Apakah kalian bertiga ingin mengeroyok muridku, atau mau berbagi lawan denganku? Akulah Iblis Jelita yang kalian cari dan ingin bunuh!” kata Iblis Jelita lantang.Mendengar tantangan Iblis Jelita yang mereka lihat masih sangat muda, bingunglah Teguk Permana. Apakah mereka harus mengeroyok Ardo dan membiarkan Iblis Jelita duduk cantik di atas kudanya yang kalah cantik? Atau apakah mereka harus mengeroyok Iblis Jelita yang merupakan pokok dendam mereka?“Lelele…!”Di saat Teguk Permana dan kedua adiknya terdiam dengan tatapan yang tajam kepada Iblis Jelita, tiba-tiba Ardo telah berlari sekencang kuda ke arah ketiga bersaudara itu.Melihat itu, Akar Sejara langsung bereaksi. Dia memasang kuda-kuda dan menarik kedua lengannya ke belakang lalu langsung menghentakkannya ke depan.Siusss!Dari hentakan kedua tangan itu melesat gelombang sinar hijau besar sebesar kepala sapi gondrong.Duasss!Ardo menyambut ilmu Angkara Hijau dengan lompatan salto menyamping. Tendangan rahasia Ardo sangat ke
Peraduan dengan Algojo Keempat membuat Ardo jatuh terlentang di tanah dengan mulut bersimbah darah.Pada saat yang sama, Algojo Ketiga yang berwujud monyet besar datang dari udara hendak menginjak badan Ardo.“Awas, Kakaaang!” teriak Rinta Kemiri mengingatkan kakaknya, padahal Ardo pun melihat serangan yang mengancam itu.Bugg!Ardo adalah pendekar yang sulit ditumbangkan. Ternyata luka dalam yang sudah dideritanya belum mampu membuatnya berhenti bergerak lincah.Ardo gesit melempar kedua kakinya ke belakang yang otomatis diikuti oleh tubuhnya. Lentingan itu membuatnya terhindar dari injakan monyet sinar. Injakan itu sampai membuat tanah melesak retak seperti buah jengkol yang digeprek.Dass!Setelah menghindar, Ardo langsung bersalto keren dengan tendangan level tiga. Tendangan Ardo menghantam keras kepala si monyet sehingga ambyar seperti asap kental, membuat si monyet sinar berdiri tanpa kepala.Sworrss!Tiba-tiba dari arah lain, sosok sinar ungu menyeramkan bercula panjang datang
“Adik Rawa Kujaaang!” pekik Teguk Permana menangis sambil memeluk erat tubuh adik bungsunya yang telah mati.Akar Sejara yang baru saja jatuh keras di tanah dekat kaki Tugu Setia, terkejut mendengar teriakan kakaknya. Dia cepat menengok ke arah Teguk Permana. Wajah Akar Sejara yang belepotan oleh darah terkejut bukan main melihat kakaknya meratapi Rawa Kujang yang sudah tewas.Sambil menahan rasa sakit yang teramat, Akar Sejara hendak bangkit. Namun….“Fukrr!”Tiba-tiba Akar Sejara menyemburkan darah dan kembali ambruk tersungkur. Luka dalamnya oleh Tinju Mustika Hijau parah.Iblis Jelita hanya berdiri dengan sikap dingin menyaksikan tragedi putra-putra Nyai Wetong. Dia baru saja mengatasi serangan dahsyat dari Serbuan Kebencian yang sempat dilepaskan oleh Teguk Permana kepadanya.Di sisi lain, Ardo Kenconowo agak bingung melihat kondisi Rawa Kujang dan Akar Sejara karena dia tidak merasa membuat keduanya tewas dan terluka parah. Ardo memilih melompat jauh dan mendarat di sisi gurunya
Di saat dua pertarungan pendekar dan dua pertempuran berlangsung sengit, tiba-tiba ada pasukan lain yang datang mendekat ke Lembah Jepit. Prajurit pasukan itu mengenakan seragam warna hijau-hijau, tapi tidak seperti seragam hansip.Semua orang yang sedang punya kepentingan di lembah tersebut tahu bahwa itu adalah pasukan kadipaten. Jika melihat dari panjinya, mereka adalah pasukan Kadipaten Dadariwak dan Kadipaten Babatoto.Melihat kedatangan pasukan kadipaten yang dipimpin oleh Komandan Cecak Godok dan pendekar Codet Maut, para arjunasiwa yang memimpin serta pasukannya merasa senang karena pasukan kadipaten datang membantu.Sementara di tempatnya, Urak Sepadan, Anggar Sukolaga, Guntur Murka, dan Angkel Asap memantau pertempuran tersebut.“Seraaang!” teriak para prajurit kadipaten.Mereka akhirnya masuk menyerbu ke dalam pertempuran.“Aak! Aak! Akh…!” jerit para prajurit Kerajaan Panesahan saat mereka justru diserang oleh para prajurit pasukan kadipaten.Alangkah terkejutnya para perw
Pendekar kerajaan yang bernama Perwira Hidung Baja berdiri gagah menghadang Ardo Kenconowoto dan Iblis Jelita yang berbagi satu punggung kuda. Mentang-mentang kedua jagoan itu sudah terluka parah, Perwira Hidung Baja baru muncul setor hidung.“Turun dan menyeraaakh!” seru Perwira Hidung Baja yang berujung jeritan seiring tubuhnya terlempar jauh ke samping.Tiba-tiba muncul sosok gemuk Iblis Satu Kaki yang datang melesat dari samping kiri secepat rudal jet tempur. Dia langsung menabrak tubuh Perwira Hidung Baja tanpa rem. Karena itulah Perwira Hidung Baja terpental pergi dari depan kuda Iblis Jelita.Tabrakan dahsyat itu mengejutkan semua orang. Perwira Hidung Baja menghantam keras tanah lembah yang hangus dan berguling-guling.Agar tidak malu, meski sudah terlanjur malu, Perwira Hidung Baja buru-buru bangkit berdiri. Untung wajahnya hitam oleh noda arang rumput lembah yang sebelumnya dibakar oleh Pendekar Raja Neraka, jadi malunya cukup tertutupi.“Frukrr!” Perwira Hidung Baja malah m
Blar blar blar…!Ketika tangan Nini Lanting yang bersinar putih menyilaukan ditusukkan ke arah langit, maka tanah sekitar dirinya dan termasuk di posisi Iblis Jelita berdiri meledak.Tanah-tanah berumput terbongkar mengudara. Namun, ketika ilmu Kiamat Kecil itu terjadi, sosok Iblis Jelita menghilang di mata para penonton biasa. Menghilangnya Iblis Jelita diikuti gerak wajah si nenek yang memandang ke langit.Dari arah langit meluncur cepat sosok Iblis Jelita dengan posisi kepala dan tangan di bawah, kedua kaki lurus di atas. Pada ujung tangannya yang menempel lurus ada sinar ungu dan hitam yang saling membaur tanpa saling menguasai. Arahnya tepat ke atas kepala Nini Lanting.Serangan Iblis Jelita dengan ilmu Totok Bumi level grand master itu datang sangat cepat. Tanpa pikir ulang, Nini Lanting menyambut lawannya dengan satu hentakan telapak tangan yang bersinar putih menyilaukan.Buooom!Pertemuan dua kesaktian itu menciptakan ledakan energi yang dahsyat. Tanah di sekitar mereka kemba
Srosss!“Aaakk…!”Dua serangan tapak membara yang mendarat di dadanya, membuat pikiran Ki Lagak sejenak blank dalam mengendalikan puluhan pedang sinar biru. Padahal rombongan energi ilmu Pedang Beranak Seribu itu sedang melesat mengarah Ratu Senja yang notabene ada di depannya.Maka, dengan lenyapnya sosok Ratu Senja, jadi justru sebagian pedang sinar biru menusuki tubuh Ki Lagak.Setelah Ki Lagak ditusuki oleh pedang-pedang energi miliknya sendiri, tahu-tahu Ratu Senja muncul lagi seperti dedemit caper di depan Ki Lagak yang terhuyung kesakitan. Kemunculan Ratu Senja yang tanpa tawa atau suara, membuat Ki Lagak tidak menyadari untuk waktu sesaat.Suss!“Hahh!” kejut Ki Lagak ketika baru melihat keberadaan Ratu Senja yang sudah memegang sinar biru gelap Dari ilmu Penghancur Cinta.Bluar!“Hakkr!”Dalam jarak yang sangat dekat, Ratu Senja menghantamkan sinar biru di tangannya kepada Ki Lagak yang mustahil untuk menghindar jika tidak punya ilmu lenyap seperti lawannya. Jalan satu-satuny
Set set!Ternyata pedang biru bagus Ki Lagak bisa dibagi menjadi dua pedang kembar yang lebih tipis. Dengan ilmu pengendali, kedua pedang itu bisa diterbangkan seringan capung tapi secepat anak panah.Ratu Seja tidak menggunakan ilmu perisai semodel sahabatnya Iblis Jelita, tetapi dia menggunakan ilmu Tinju Belut Peri. Ada yang ingat dengan ilmu ini?Kedatangan dua pedang yang sifatnya menusuk, cukup diadu dengan tinju kedua tangan Ratu Senja yang terlihat tinju biasa. Ketika pedang tinggal sejengkal jaraknya dari kepalan tangan janda awet itu, pedang akan melenceng arah, seperti terpeleset di lantai bersabun.Setelah terpeleset tanpa menyentuh tangan atau raga Ratu Senja, kedua pedang terus terbang dan berbalik atau berbelok arah yang tetap memburu tubuh indah Ratu Senja. Sepertinya Ki Lagak sudah terlalu tua, sehingga dia tega ingin menghancurkan keindahan yang lawannya miliki.Semua upaya serangan dua pedang kembar terbang gagal. Selalu terpeleset dan terpeleset lagi. Ki Lagak samp
Setelah pertarungan antara Ardo Kenconowoto berakhir dengan hasil berkurangnya satu anggota Keturunan Darah Emas, Nini Lanting semakin menggila dalam bertarung melawan Iblis Jelita.Begg! Pagg! Begg begg! Pagg pagg!Pukulan tinju dan telapak tangan yang bertenaga dalam tinggi dilancarkan menghantam dinding sinar ungu bening dari ilmu perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang, semakin tipis, semakin menerawang.Tinju pertama tidak menghancurkan dinding sinar ungu, tapi hantaman telapak tangan yang disusulkan kemudian menghancurkan dinding pertama.Nini Lanting kembali maju selangkah dan melancarkan dua pukulan beruntun untuk menghancurkan lapisan kedua. Namun, setelah itu Iblis Jelita kembali memunculkan ilmu perisai yang sama dengan sebelumnya, membuat Nini Lanting harus menghancurkan dua lapis perisai Lapis-Lapis Kulit Bawang lagi.Suara hantaman pukulan kepada dinding perisai terdengar keras, membuat orang-orang yang mendengar bergetar hatinya. Bergetar bukan karena cinta, tapi bergetar ikut
Tubuh Ardo berguling melintasi api yang membakar rumput. Cepatnya gulingan tubuhnya membuat dia tidak sempat terbakar. Maklum pendekar saktinya sedang sibuk.Ardo cepat bangkit di antara kobaran api yang membakar lahan di mana-mana. Memang agak runyam jika melawan Pendekar Raja Neraka, api di mana-mana.Sosss!Belum sempurna fokus pandangan Ardo, serangan gelang-gelang sudah datang lagi.“Lelele…!” teriak Ardo sambil lari kencang ke samping, membuat serangan seperti selang api panjang itu hanya kian memperparah kebakaran lahan.Iblis Jelita yang bertarung sengit di sisi lain hanya tersenyum tipis saat mendengar lolongan Ardo, tanpa tertarik untuk melirik kepada murid dan calon suaminya itu.Ardo berlari kencang mengelilingi posisi Cukil Bugir.Sosss!Cukil Bugir kembali memburu Ardo dengan melesatkan barisan gelang-gelang api. Namun, Ardo seperti jagoan yang jika ditembak tidak kena-kena.Sing! Ctarr! Ses ses ses…!Setelah lolos lagi dari serangan, sambil terus berlari, Ardo melesatka
“Lelaki tampan mana yang kau pilih untuk dibunuh?” tanya Iblis Jelita kepada Ratu Senja sambil memandang kepada Ki Lagak dan Cukil Bugir. “Aku pilih Ki Lagak saja, agar yang suka marah-marah jatahnya Ardo,” jawab Ratu Senja sembari tersenyum semanis mangga matang di hati. “Tapi yang suka malah-malah namanya siapa, Nyai Latu?” tanya Ardo yang membuat ketiga calon lawan mereka tahu bahwa ternyata pemuda itu cadel. “Namanya Cukil Bugir, bergelar Pendekar Raja Neraka,” jawab Ratu Senja. “Oooh Cukil Bugil. Pendekal Laja Nelaka,” sebut ulang Ardo yang membuat Ratu Senja tersenyum lebar dan Cukil Bugir mendelik sewot. “Jangan coba-coba kau menyebut nama agungku lagi, Pemuda Cadel!” ancam Cukil Bugir yang tidak rela namanya beruba jadi mesum jika disebut oleh Ardo. “Tenang saja, Kek. Aku tidak akan menyebut nama Cukil Bugil lagi,” kata Ardo seraya tersenyum santun tapi menjengkelkan bagi Cukil Bugir. “Tapi kau masih menyebutnya!” bentak Cukir Bugir lalu…. Clap! Dak dak! Tiba-tiba ka
Iblis Jelita tetap di punggung Surami, berhadapan dalam jarak tiga tombak dengan kereta kuda putih yang diapit oleh Ki Lagak alias Pendekar Pedang Bersayap dan Cukil Bugir alias Pendekar Raja Neraka.Sementara empat murid berkuda Nini Lanting posisinya ada di belakang, seolah-olah mereka dilarang untuk turun tarung karena cukuplah yang tua-tua saja yang turun ke ambang kematian untuk memetik nyawa.Semua mata penonton yang berada di sekeliling area Lembah Jepit terpusat kepada mereka. Yang mereka tunggu jelas adegan tarung yang seru sampai ada yang tumbang bersimbah darah dan nyawa melayang.“Apakah Keturunan Darah Emas akan menghabiskan diri hanya di tangan seorang Iblis Jelita?” kata Iblis Jelita datar.“Kesombonganmu akan berakhir di sini, Iblis Jelita!” seru Pendekar Raja Neraka.“Hihihi! Berkaca tapi tidak pernah melihat wajah sendiri. Satu per satu Keturunan Darah Emas datang menantang menyombongkan diri. Pendekar Pedang Kayu saja mempermalukan diri di tangan muridku, pendekar y