Yao Chen masih berusaha mengendalikan dirinya sementara Li Yaren tersenyum geli melihat situasi ini."Kak Li," Yao Chen berbisik, "apa ini ... baik-baik saja?"Dia tak mau terjadi kesalahpahaman antara mereka hanya gara-gara Lv Yin.Li Yaren terkekeh pelan. "Adik Yao, peri kuno memiliki pemahaman yang berbeda tentang kesopanan. Bersabarlah."Lv Yin akhirnya menyadari ketidaknyamanan Yao Chen, dia menjentikkan jarinya dengan anggun. Seketika, tubuh indahnya terbalut selapis kain tipis transparan yang berkilau lembut seperti kabut pagi."Apakah ini lebih baik, Tuan Yao?" tanya Lv Yin dengan polosnya. "Hanya ini yang kumiliki sebagai sesuatu yang kalian sebut pakaian."Keluar desahan lirih dari mulut Yao Chen. Memang masih terlihat meski tidak sejelas sebelumnya. Setidaknya ini sudah lebih baik.Yao Chen mengangguk cepat, masih sedikit gugup. "I-iya, ini jauh lebih baik. Terima kasih, Nona Lv Yin."Ketika Yao Chen melirik singkat ke Li Yaren, dia melihat pria itu malah bersikap santai sa
Yao Chen mengangkat wajahnya dari pekerjaannya, senyum hangat muncul saat melihat gurunya. Dia merasakan debaran halus di dadanya, perasaan yang selalu dia simpan rapat-rapat."Aku baik-baik saja, Guru. Terima kasih atas perhatian Anda," jawab Yao Chen sopan.Menyadari tatapan lembut gurunya, Yao Chen memutuskan untuk membuka diskusi agar Sima Honglian merasa dihargai kehadirannya."Guru, aku menemukan beberapa tanaman herbal yang menarik dari Alam Herbal Murni. Mungkin Guru bisa memberikan pandangan tentang cara terbaik mengolahnya?"Sima Honglian tersenyum, senang dengan inisiatif muridnya. Dia melangkah mendekat, mengamati herbal-herbal di atas meja."Ah, ini Bunga Embun Fajar. Sangat langka dan memiliki khasiat luar biasa untuk memperkuat meridian," ujar Sima Honglian sambil mengangkat sebuah bunga berwarna keperakan dan mencium aromanya untuk memastikan jawabannya sendiri.Yao Chen mendengarkan dengan seksama, mencatat setiap detail yang diberikan gurunya. Malam itu berlanjut den
Di Yuxian tersenyum puas. "Bagaimana rasanya, hah? Itu hukuman untuk pengecut sepertimu!"Dengan napas terengah-engah, Yao Chen berbalik menghadap Di Yuxian. "Kau ... sudah puas?"Meskipun kesakitan, Yao Chen berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. Dalam hati, dia bersyukur karena rencananya berhasil.Di Yuxian tertawa mengejek. "Untuk saat ini, ya. Tapi ingat, ini belum berakhir!"Memanfaatkan momen kepuasan Di Yuxian, Yao Chen mengangguk singkat. "Kalau begitu, saya permisi."Tanpa menunggu balasan, Yao Chen segera berlari meninggalkan tempat itu, menahan rasa sakit yang mulai menjalar di tubuhnya.'Aku akan hitung ini sekalian untukmu nanti, Di Yuxian keparat!' geram Yao Chen saat membatin. 'Sudah berulang kali kau cari gara-gara denganku. Berulang kali kau ingin membunuhku meski tak tau aku memakai raga Wu Zaochen.' Sementara itu, Di Yuxian masih berdiri di tempatnya, menatap kepergian Yao Chen dengan seringai puas di wajahnya, tidak menyadari bahwa dia baru saja jatuh ke da
'Huft! Kera yang tangguh!' batin Yao Chen.Dia dan Kingkong Zirah Baja saling menatap, keduanya terengah-engah namun tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda menyerah."Kau memang luar biasa," ujar Yao Chen, mengusap darah di sudut bibirnya. "Tapi aku juga belum mengeluarkan semua yang kumiliki."Kingkong meraung sebagai jawaban, suaranya menggetarkan tanah di sekitar mereka."Groaarhhh!" Suara Kingkong itu menggema jauh di radius puluhan meter.Tiba-tiba, Kingkong menghantamkan kedua tangannya ke tanah, menciptakan gelombang kejut yang melesat ke arah Yao Chen."Pelindung Angin!" seru Yao Chen.Dia menciptakan pusaran angin yang mengangkat tubuhnya, menghindari serangan Kingkong.Dari udara, Yao Chen melancarkan serangan balik. "Hujan Badai Elektrik!"Ribuan tetes air bermuatan listrik menghujani Kingkong. Makhluk raksasa itu mengerang kesakitan, namun zirah bajanya masih melindunginya dari kerusakan fatal."Roaarhh!"Kingkong melompat tinggi, berusaha menangkap Yao Chen di udara."Tid
Mendengar ini, Kingkong Zirah Baja tertawa keras, suaranya menggetarkan pepohonan di sekitar. "Ha ha ha! Astaga! Hah! Kau? Membantu aku? Bocah Tingkat 5 puncak sepertimu? Ha ha ha!" Dia terus tertawa mencemooh Yao Chen.Yao Chen mengerutkan kening di balik topengnya, merasa sedikit terhina namun tetap berusaha tenang.Gao Long, melihat situasi ini, segera menyela, "Jangan remehkan dia, bocah besar! Bocah kecil di depanmu itu mencapai tingkat 5 puncak kurang dari dua tahun."Mendengar ucapan Gao Long, dahi Kingkong Zirah Baja berkerut."Kurang dari dua tahun? Tapi bukankah itu masih terlalu lama untuk—" Kingkong mulai mengejek, namun Gao Long memotongnya.Tidak, baginya itu masih sangat biasa. Apa yang perlu dibanggakan?"Kau belum mendengar semuanya, bocah besar. Sebelumnya, tubuhnya dibuat cacat parah dan hanya memiliki kultivasi di Tingkat 2."Gao Long dengan santainya menyebut kingkong itu sebagai bocah besar. Itu karena dia yakin dirinya jauh lebih tua dari si kingkong.Mendengar
Yao Chen mengangguk,"Tentu saja. Kau adalah rekanku sekarang, dan aku selalu menepati janjiku." Kingkong mengambil salah satu kristal, mengamatinya dengan seksama."Aku belum pernah melihat kristal inti sebanyak ini sekaligus."Mata si kingkong masih terkagum-kagum dengan tumpukan tinggi kristal inti di depannya."Nah, sekarang kau bisa menggunakannya untuk menaikkan kultivasimu," ujar Yao Chen. "Kalau masih kurang, aku akan memberikan metode lainnya, jangan khawatir."Kingkong menatap Yao Chen dengan pandangan baru."Kau benar-benar penuh kejutan, manusia. Mungkin keputusanku untuk menjadi rekanmu tidak salah."Yao Chen tertawa kecil, "Senang mendengarnya. Sekarang, mungkin lebih baik kau kembali ke kantong penyimpanan untuk menyerap esensi kristal ini dengan tenang."Kingkong mengangguk setuju. "Baiklah. Tapi ingat, jangan terlalu lama membiarkanku di dalam sana.""Tentu, tentu," Yao Chen meyakinkan.Dengan sekejap, Kingkong kembali ke dalam kantong penyimpanan hewan peliharaan. Y
Wang Lihui, salah satu tetua senior, melangkah maju dengan sebuah peti di tangannya. "Setiap murid akan menerima token keselamatan," dia mengumumkan. "Jaga baik-baik, ini adalah jaminan keselamatan kalian di dalam sana."Dengan lambaian sederhana, Wang Lihui sudah melemparkan semua token ke hadapan masing-masing murid yang langsung mereka raih dengan mudah.Yao Chen mengamati token di tangannya, merasakan energi yang terpancar darinya sambil membatin, 'Semoga aku tidak perlu menggunakan ini.'Lalu, Yao Chen dengan cepat menyimpan token ke cincin ruangnya."Ingat," suara Zhuge Yang menggelegar, "karena hanya murid Sekte Dalam yang diizinkan memasuki Dunia 100 Surga dan Neraka, maka ini adalah hak istimewa sekaligus tanggung jawab besar untuk kalian."Semua murid yang mendengarnya semakin bersemangat. Hati mereka kian berkobar ingin memberikan determinasi terbaik.Tang Wulim, wakil tetua sekte maju ke depan. "Sekarang, masuklah ke portal dengan tertib. Tidak ada saling mendahului atau m
Murid itu menyeringai, menghunus pedangnya yang berkilau kebiruan. "Kau akan menyesal telah menantangku, bocah topeng! Aku, Liu Feng, akan membuatmu bertekuk lutut!"Yao Chen hanya mengangkat alis di balik topengnya. "Aku tidak menantangmu. Kau yang memulai ini."Liu Feng tertawa meremehkan. "Aku di tingkat 6 puncak, dan kudengar elemen dasarmu adalah api. Kau tidak punya kesempatan melawanku!"Air mulai berputar di sekeliling Liu Feng, membentuk naga-naga kecil yang mengancam. Yao Chen tetap tenang, tidak terpengaruh oleh demonstrasi kekuatan ini."Naga Sembilan Lautan!" teriak Liu Feng, melepaskan serangan dahsyat ke arah Yao Chen.Yao Chen tidak bergerak, hanya mengangkat tangannya. "Napas Naga Api."Seketika, api berwarna keemasan muncul, jauh lebih besar dan panas dari yang Liu Feng bayangkan. Api itu bukan hanya menghentikan serangan air, tapi juga menguapkannya dalam sekejap.Liu Feng terkesiap, "Ba-bagaimana mungkin?! Api tidak seharusnya sekuat ini melawan air! Apalagi kau ha
“Aku suka semangatmu!” Sima Honglian memulaskan senyuman ketika membalas Nona Sheng.“Kupastikan kau yang akan kalah setelah ini!” Nona Sheng menatap tajam ke saingannya.Sima Honglian menatapnya dengan ekspresi datar. Tapi sebelum dia menjawab, suara dari tribun menggema di seluruh arena:“Babak ketiga: pertarungan kekuatan elemen.”Yao Chen melipat kedua tangan di depan dada usai berseru menyatakan babak ketiga.Lalu dia menambahkan, “Karena kedua belah pihak telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam alkimia dan pemurnian senjata, maka babak akhir akan menguji inti pertarungan paling murni: penguasaan elemen.”Mata semua orang memandang ke arah panggung baru yang muncul dari bawah tanah arena utama—sebuah medan pertempuran datar dengan ukiran lima elemen besar di tengah: api, air, tanah, angin, dan petir.Desas-desus mulai merebak.“Ini medan elemen ....”“Jika bertarung di sini, kemungkinan Nona Sheng menang jadi besar. Dia memang terkenal sebagai pengendali elemen langit yang s
Tungku Nona Sheng meledak lagi—kali ini tak hanya menghancurkan bahan, tapi juga membuatnya terpelanting ke belakang dan pingsan dengan luka di tangan kirinya.“Meiyu!” teriak cemas Tuan Besar Sheng ke putrinya.Para dayang langsung masuk ke arena, menarik majikan mereka turun panggung.Keheningan menyelimuti arena.Kemudian, suara wasit terdengar lantang:“Pemenangnya … Sima Honglian!”Sorak sorai meledak. Penonton berdiri, memberikan tepuk tangan meriah. Beberapa alkemis muda sampai membungkuk hormat ke arah Sima Honglian.“Aku namai ini … Pedang Jiwa Phoenix!” Sima Honglian menatap pedangnya.Pedang cambuk merah-perak yang dia buat, Pedang Jiwa Phoenix, terbang melayang dan berputar di atas kepalanya, menunjukkan bahwa benda itu memiliki kesadaran spiritual.Kaisar Alkemis sendiri turun ke arena, menatapnya sambil tersenyum tipis.“Dunia ini akhirnya akan berubah,” bisiknya.Dan dari tribun, Yao Chen hanya berdiri diam, menatap istrinya dengan sorot mata lembut dan bangga, sambil m
“Kalau sekedar memurnikan senjata, mana mungkin aku gentar?” Nona Sheng menjawab Sima Honglian.Dia mengganti baju dan tatanan rambutnya lebih sederhana tapi terlihat kuat.“Bagus! Aku suka semangatmu!” balas Sima Honglian sembari mengangguk.Arena alkemis yang semula didominasi oleh tungku obat kini telah berganti menjadi Tempat Pemurnian Senjata, sebuah panggung batu hitam yang berisi tungku logam raksasa setinggi tiga meter.Tungku itu dipenuhi pola ukiran naga dan phoenix yang menyala samar, menandakan bahwa benda ini bukan sekadar alat, melainkan pusaka warisan Sekte Istana Dewa.Suasana arena mendadak lebih hening dari sebelumnya.Semua pihak menahan napas. Perhatian tertuju pada dua sosok yang akan bertarung.Di sisi kiri arena, Nona Sheng berdiri tegak. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya penuh dendam. Dia kini lebih tenang, tak ada lagi teriakan atau tatapan meremehkan seperti sebelumnya. Dia tau ... satu kesalahan lagi bisa membuat reputasinya terkubur selamanya.Dia mematuhi
“Dia … menang .…”“Tidak hanya menang … pilnya lebih sempurna daripada yang pernah dibuat murid alkimia di sekte ini .…”“Pil Jiwa Nirwana … dari seorang manusia benua bawah?!”Suara-suara penonton bergemuruh, tidak percaya.Pihak Sekte Istana Dewa bersorak dengan bangga, sedangkan wajah-wajah dari Sekte Langit Kudus menegang, pucat, dan muram.Kekalahan ini bukan sekadar kalah—mereka dipermalukan. Terlebih, tungku kebanggaan mereka, Tungku Naga Kudus, milik Alkemis Huang … hancur berkeping-keping akibat kelalaian Nona Sheng.Tetua-tetua dari Sekte Langit Kudus menunduk dalam diam. Tak satu pun dari mereka berani bicara. Yang paling mencolok adalah wajah tua Tuan Besar Sheng, yang semakin merah padam menahan amarah.Sementara itu, Nona Sheng terduduk di tanah. Wajahnya kotor, rambutnya berantakan, dan mata indahnya membelalak tak percaya. Nafasnya terengah. Tangannya gemetar, bukan karena luka, tapi karena … ketakutan.“Bagaimana aku menjelaskan ini pada Guru Huang .…” bisiknya lemah.
“Dia menyanggupinya!” bisik keras para penonton atas ucapan Sima Honglian.Aula Istana Dewa kembali hening, namun ketegangan membubung seperti busur yang ditarik sampai batas. Tantangan sudah diucapkan. Taruhannya lebih tinggi.Pil tingkat delapan—bukan sembarang pil, tapi mahakarya yang hanya bisa dimurnikan oleh alkemis tingkat tinggi dengan pemahaman mendalam tentang hukum elemen dan harmoni energi jiwa.Arena dimurnikan kembali. Dua tungku emas surgawi disiapkan di tengah-tengah panggung melayang. Angin di sekitarnya berhenti, seolah menanti napas para dewa.“Aku akan tetap menggunakan tungkuku sendiri.” Nona Sheng bersikeras.“Gunakan sekehendakmu.” Sima Honglian menjawab.Pihak dari Sekte Istana Dewa mengangguk setuju.Nona Sheng dari Sekte Langit Kudus melangkah anggun ke posisinya. Wajahnya tetap tersenyum percaya diri, rambut ungunya terikat rapi, dan matanya menyapu penonton tanpa gentar. Tapi siapa pun yang cukup jeli akan melihat ujung jarinya sedikit gemetar.Sementara it
“Dua naga … dua naga menari sungguhan! Apa kalian lihat itu barusan?!”“Indah sekali … gerakan mereka selaras dan penuh energi, seperti makhluk surgawi!”Sorak-sorai meledak dari pihak Sekte Istana Dewa. Para alkemis dari istana berdiri dari duduk mereka dan berseru-seru dengan semangat tinggi, memuji pil hasil pemurnian Sima Honglian.Aroma harum masih menggantung di udara, dan dua naga imaji yang muncul dari pil itu perlahan menghilang, namun aura megahnya masih terasa menusuk hati.“Pil yang melampaui kesempurnaan! Bahkan bisa membentuk manifestasi dua naga dari energi murni—itu bukan sekadar kebetulan!” seorang alkemis Istana Dewa berseru lantang.“Bukan hanya aroma dan warna pilnya yang sempurna, tapi efek visual seperti itu hanya bisa muncul dari sinkronisasi energi ilahi dengan seni pemurnian tingkat tinggi!”“Benar! Inilah tujuan utama Pil Dua Naga Menari, bukan? Menari—menyatu dalam energi dan wujud! Sima Honglian benar-benar memahaminya!”Namun, dari pihak Sekte Langit Kudus
“Kau membuatku merinding sampai ingin tertawa berguling-guling,” olok Sima Honglian.Nona Sheng hanya bisa menggigit geraham menahan kesal, tak bisa banyak membalas karena dia masih harus berkonsentrasi dengan pilnya.Di atas panggung, suhu tungku perlahan meningkat, udara di sekitarnya mulai bergelombang.Aroma herbal memenuhi udara, membuat banyak alkemis yang menonton menghirup dalam-dalam, mencoba menebak komposisi yang digunakan kedua wanita itu.Namun, perhatian mereka tertuju pada Sima Honglian yang tampak gelisah. Tangan kirinya sedikit gemetar saat memutar suhu tungkunya, dan dahinya terlihat berembun. Beberapa bahan herbal tampak belum terolah sempurna, membuat nyala api tungkunya sesekali berkedip tak stabil.“Dia tampak kesulitan,” bisik seorang penonton.“Apakah benar dia hanya alkemis kelas menengah dari benua bawah?” sambung yang lain.Nona Sheng mendengarnya dan tersenyum angkuh. Dia langsung melirik ke arah panggung sebelah dengan mata penuh sindiran.“Kau tidak perlu
“Berani sekali kau!” pekik kesal Nona Sheng.Dia benci jika ada yang berani mengolok-olok dirinya.“Segera mulai!” seru Yao Chen untuk menghentikan keributan dari Nona Sheng.Dengan wajah kesal dan bersungut-sungut, Nona Sheng mulai memeriksa bahan ramuannya.“Pil yang akan dimurnikan adalah Pil Senandung Alam.” Yao Chen mulai berbicara lagi menyebutkan nama pil level .Semua hadirin berkasak-kusuk karena sedari tadi, belum dinyatakan pil yang harus dimurnikan kedua peserta. Kali ini Yao Chen sendiri yang menyebutkan nama pil untuk dipertarungkan.“Akan terasa tidak ada keadilan apabila pihak Istana Dewa yang menentukan pilnya.” Salah satu alkemis tua dari Sekte Langit Kudus berkomentar keras.“Benar! Kau bisa saja memberikan nama pil yang sudah dikuasai dengan baik oleh wanitamu untuk merugikan nona kami!” teriak kepala dayang Nona Sheng.“Tentu! Akan lebih adil apabila pihak kami yang menentukan pil yang akan mereka murnikan!” Dayang Nona Sheng lainnya tak mau kalah.Kali ini, orang
“Aku di sini.” Sima Honglian tampil ke muka bersama Yao Chen yang menggenggam tangannya.Mata Nona Sheng nyalang tajam ketika melihat calon suaminya sedang menggandeng wanita lain di depan mata, menunjukkan kemesraan mereka.“Lepaskan tanganmu dari dia!” Nona Sheng menunjuk ke genggaman tangan itu.Yao Chen melirik ke arah yang ditunjuk Nona Sheng dan tersenyum kecil.Namun, Sima Honglian sudah lebih dulu menyahut, “Itu tergantung apakah kau mampu atau tidak.”Mendengar jawaban Sima Honglian, hati Nona Sheng panas seketika. Dia terbang melesat maju ke saingan cintanya sambil membawa energi pukulan yang besar.Yao Chen tidak tinggal diam dan segera berubah menjadi Asura, menahan pukulan Nona Sheng dan mendorong wanita itu menggunakan kekuatan Asura.Dhakk!“Urgh!” Nona Sheng merasakan tangannya kebas seketika begitu mendapat energi pukulan balasan dari Asura Yao Chen.Itu memang hanya kekuatan Asura biasa dari Yao Chen, tapi nyatanya cukup membuat Nona Sheng terkejut. Dia tak menyangka