Kirana yang kesulitan belajar jurus pertamanya, akhirnya berhasil juga memantapkan Jurus Serigala Putih ini.“Hebat sekali! Aku tidak pernah ragu kalau kamu bisa menyelesaikannya, Kirana!” seru Chakra Sanjaya.“Semua berkat kesabaran paman Chakra!” kata Kirana merendah.“Sekarang kita lanjutkan ke jurus serigala putih berikutnya ya ...” ujar Pendekar Super Sakti ini.“Siap ... Guru!’ seru Kirana yang membuat Chakra tertawa terbahak-bahak.“Sudah lama aku tidak sesenang ini! Setelah Jurus Serigala Putih rampung, aku akan mengajarimu Jurus Super Sakti! Apa kamu mau menjadi muridku, Kirana?” tanya Chakra Sanjaya.“Tentu saja Guru!” ujar Kirana sambil menghaturkan hormat.“Ruh Api dalam tubuhmu masih menganggumu tidak?” tanya Chakra.“Tidak ... paman! Aku panggil paman dahulu ya ... nanti kalau sudah belajar jurus paman, baru aku panggil Guru!” ujar Kirana.“Gadis yang pintar!” ujar Chakra sambil tertawa.*****“Jurus Cakar Serigala Putih!”Chakra mulai memberikan bimbingan kepada Kirana
Gunung Langit di malam hari sangat indah dipandang, apalagi saat ini sedang bulan purnama. Suasana tenang dan nayaman itulah yang membuat Cakra Sanjaya, Pendekar Super sakti merasa betah tinggal di pondokannya di kaki Gunung Langit sambil menikmati hidupnya sebagai manusia biasa. Namun malam ini tidak seperti biasanya. Tampak rerumputan yang indah yang terbentang luas sebelum mencapai pondokan Pendekar super Sakti ini bergerak-gerak dengan cepatnya seakan ada banyak pelintasyang melewati rerumputan ini. Sekelompok penyihir hitam yang di bawah perintah Saraswati dan pendekar Iblis mulai mendekati pondokan Cakra di kaki Gunung Langit. Tujuan mereka hanya satu ... melenyapkan Pendekar Serigala Putih baru yang akan menghambat Pendekar Iblis untuk berkuasa kembali. Penyihir hitam ini idak memperhitungkan adanya Pendekar Super sakti serta Kirana sasmaya yang kini telah menjadi gadis dewasa dengan kemampuan Ruh Merah Foniks di dalam dirinya. Apalagi Pendekar Serigala Putih ini baru saja
Syakia masih termenung di luar tempat penginapannya saat bayangan putih melintas di hadapannya.Sosok bayangan putih ini ternyata seorang wanita yang sudah tua sekali, tapi masih kelihatan sangat sehat untuk orang tua seumuran dirinya."Apa yang menganggumu, Nona?" tanya bayangan putih ini."Maaf Nek .... apa nenek ini penyihir putih juga?" tanya Syakia.Syakia merasa heran dengan kemunculan nenek yang sudah sangat tua ini di tengah malam. Padahal tadi saat Iblis Neraka menyerang, dia tidak melihat nenek ini sama sekali."Aku bukan anggota Master Penyihir Putih, jika itu yang kamu maksud.""Jadi nenek ini siapa? Apa nenek hanya halusinasiku saja?" tanya Syakia."Aku ini nyata Nona. Boleh aku tahu namamu?" tanya nenek bayangan putih ini."Syakia. Kalau nenek punya nama tidak?""Ghandali," ujar bayangan putih ini."Nenek sebenarnya siapa?" tanya Syakia, karena dia tahu kalau Ghandali ini bukanlah Master Penyihir Putih di Negeri Awan ini."Aku penghuni asli Negeri Awan Putih ini. Aku jug
Syakia seperti mendapat keajaiban saat Sesepuh Master Penyihir Ghandali mengajarinya Ilmu Portal Dimensi yang konon sudah punah dari Dunia Penyihir ini. Bahkan tidak tanggung-tanggung, Ghandali akan mengajarinya ilmu bela diri khusus penyihir yang sangat terkenal dan menjadi legenda yaitu Tapak Penyihir. Tapak Penyihur terdiri dari 8 Jurus Bela Diri yang menggabungkan ilmu bela diri denga sedikit kekuatan sihir, yang membuat jurus ini sulit ditandingi pentyihir bahkan pendekar yang kuat sekalipun. Jurus-jurus Tapak Penyihir yaitu, Tapak Sihir Putih Menembus Raga Tapak Sihir Putih Peremuk Tulang Tapak Sihir Hitam Racun Iblis Tapak Sihir Hitam Pelindung Raga Tapak Sihir Merah Api Tapak Sihir Merah Petir Tapak Pendekar Super Sakti Tapak Pendekar Angin Dewa "Aku ingin kamu mengajari Pendekar Serigala Putih, Kirana setelah kamu menguasai 8 Jurus Tapak Penyihir ini!" ujar Ghandali. "Nenek kenal dengan Kirana juga? Gadis itu yang aku katakan tadi, Nek!" ujar Syakia. "Aku tahu!"
Syakia yang merasakan kejamnya Jurus Tapak Penyihir sedikit keberatan untuk mempelajari jurus yang tidak sesuai dengan kepribadiannya ini.Tapi mengingat kalau Pendekar Iblis semakin bertambah kekuatannya, tidak ada salahnya mempelajari keseluruhan jurus Tapak Penyihir ini untuk digunakan hanya melawan pendekar sesat dan kuat seperti Pendekar Iblis."Aku mau melanjutkan 4 jurus sisanya, Nek!" tegas Syakia."Aku senang mendengarnya! Tadinya kupikir kamu akan menyerah dan hanya cukup dengan 4 jurus saja!" ujar Ghandali."Jurus Tapak Sihir Merah Api ya Nek?" tanya Syakia."Benar sekali! Jurus ini mengandalkan elemen api dalam penyerangannya. Seperti halnya sihir hitam, kamu akan kuajari sedikit ilmu sihir merah agar bisa mengendalikan elemental ini," ujra Ghandali.Sesepuh ini langsung menyalurkan sedikit energi sihir merah ke Syakia dan mengajarinya cara mengolahnya."Berbeda dengan sihir hitam, maka sihir merah tidak akan mengeluarkan aura dalam tubuhmu tapi menyerap elemental alam unt
Syakia Menur berdiri di hadapan penyihir hitam ini dengan wajah yang menyeramkan dan penuh dendam.“Kalian semua ini hanya bisa merusak saja! Kalian tidak malu untuk melenyapkan bocah 6 tahun? Benar-benar berhati iblis!” ujar Syakia.“Penyihir putih, ini bukan urusanmu! Minggir maka kamu akan kubiarkan hidup!” ujar Ghania dengan sombongnya.Ghania tidak menyadari kalau dia sekarang berhadapan dengan Pendekar Penyihir yang sudah lama punah dari Dunia Penyihir, dan hanya menjadi legenda saja.Pendekar Penyihir Adhisti Bhuvi bahkan pernah mengalahkan Dewa Iblis dan mengurungnya selama-lamanya di Dunia Iblis, hanya dengan Jurus Tapak Penyihir."Hahaha ... lebih baik kalian menyingkir sekarang penyihir busuk! Kalian tidak malu menjadi penyihir hanya untuk melayani Pendekar Iblis yang sesat!" ujar Syakia."Diam kamu, penyihir putih sialan! Kami tidak takut denganmu!" seru Ghania."Aku peringatkan sekali lagi, segera menyingkir atau kalian akan menyesal nantinya!" ancam Syakia."Biar aku yan
Syakia sangat terharu melihat gadis kecil 5 tahun ini telah tumbuh menjadi gadis dewasa dan menguasai ilmu Foniks, Serigala Putih, dan Super Sakti sekaligus."Bibi!" teriak Kirana yang langsung memeluk Syakia layaknya bocah berusia 5 tahun."Hei ... hei ... kamu sudah besar Kirana!" sahut Syakia yang tidak kuasa menahan pelukan Kirana yang tiba-tiba."Maaf, Bi!" serunya."Tidak apa-apa! Bibi senang bertemu denganmu!" ujar Syakia."Kamu kok bisa jadi pendekar yang hebat seperti itu, Syakia?" tanya Pendekar Super Sakti."Panjang ceritanya ... aku beruntung bertemu Master Bela Diri dan Penyihir yang sudah menghilang lama. Jadi, di sinilah aku berada!"ujar Syakia."Maksudmu Pendekar Penyihir yang terkenal itu? Bukannya dia hanya dongeng saja?" tanya Chakra Sanjaya penasaran."Ternyata Pendekar Penyihir itu ada dan bukan dongeng semata."Chakra Sanjaya terkejut mendengar penuturan Syakia ini.“Kamu benar-benar bertemu dengan Pendekar Penyihir ini? Setahuku dia hanya legenda saja di dunia p
Kirana memutuskan untuk berpetualang mencari keberadaan orang tuanya sekaligus mempelajari beberapa ilmu bela diri tambahan untuk pertarungan yang biasa-biasa saja agar dia tidak dikenali. Uwais ditipkan sementara kepada Chakra, karena membawa Serigala Putih pada saat ini akan membahayakan keselamatannya. Pengikut Pendekar Iblis bertebaran di mana-mana mencari bocah berusia 5 tahun yang bersama serigala putih raksasa. Penyihir hitam yang menyerangnya di Gunung Langit sudah dihilangkan ingatannya oleh Syakia mengenai dirinya yang sudah dewasa, agar Pendekar Iblis tidak mencarinya. "Kamu benar-benar akan pergi, Kitrana?" tanya Chakra yang merasa kesepian ditinggalkan Kirana yang sudah dianggapnya sebagai anaknya. "Aku tidak pergi lama, paman! Kan Uwais aku tinggalin di sini! Jadi aku pasti kembali lagi!" ujar Kirana. "Kamu hati-hati di luaran sana, karena sangat berbahaya mengarungi dunia persilatan yang kejam ini!" pesan Chakra. "Pasti, pamanku yang baik hati!" seru Kirana sambil