Setelah sedikit berbicara pada Garaga, akhirnya tongkat kayu milik Abisatya sudah selesai di lancipkan oleh kakek Byakta.
Kakek Byakta mulai memanggil Abisatya, segera memberikan tongkat kayu miliknya itu.
"Nak.. ini tongkat mu sudah kakek lancipkan ujungnya, ayo kita segera berangkat sekarang," ucap kakek Byakta.
Abisatya yang mendengar sauara kakek itu segera menoleh ke arah kakek Byakta dan mengambil tongkat miliknya itu.
"Baik kek... Ayo kita berangkat sekarang," jawab Abisatya dengan sangat semangat.
Langkah kaki mulai berjalan menuju hutan, mencari hewan buruan untuk di makan, sembari berniat untuk menghilangkan beban pikiran.
Tiba di tengah hutan, tiba tiba Kakek Byakta tidak berjalan pada jalan yang biasa ia lewati saat berburu, kakek Byakta meilih ke jalur lain berniat untuk mencari lokasi buruan baru di sana.
Tentunya hal itu me
"Berhenti bicara sekarang! Sekali lagi kamu berani menghalang halangi kita untuk membunuh mereka, kamu yang akan kita bunuh di sini, camkan itu!" Ucap provokator tadi.Mendengar ancaman dari provokator Kir itu, Dewantara hanya bisa diam dan berharap Garaga segera datang kemari untuk menolong kakek Byakta dan juga Abisatya.Langkah demi langkah, sudah semakin dekat dengan kakek Byakta juga Abisatya.Provokator itu tinggal selangkah lagi sudah bisa membunuh kakek Byakta dan juga Abisatya.Pedang mulai di angkat, bersiap untuk segera menebas kepala kakek Byakta dan juga Abisatya.Tapi tiba tiba terdengar suara langkah kaki, tapi suaranya terdengar sangat keras."Bruhk... Bruhk... Bruhk...," Suara langkah kaki Garaga.Semua orang mendengarnya, sangat penasaran, mulai menebak nebak.Garaga telah muncul, memancarkan wajah y
Keadaan mulai tenang, raut wajah ketakutan sudah tidak ada, hanya saja terlalu banyak penyesalan dan permintaan maaf.Senyuman mulai terlihat di raut wajah semua orang, termasuk juga di raut wajah Garaga.Tapi sayang, momen indah itu harus berada di atas darah para pendekar api tadi.Semuanya mati! Di terkam oleh Garaga.Setelah kejadian itu, mereka semua memutuskan untuk segera membuat satu lubang, akan digunakan untuk mengubur semua pendekar api yang sudah mati tadi.Menguburnya dengan perasaan campur aduk.Merasa Takut, dendam, kasihan, merasa bersalah.Tapi mereka semua harus tetap mengubur mereka semua sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk mereka semua para pendekar api.Lubang yang cukup dalam sudah berhasil mereka buat.Segera memasukkan jenazah para pendekar api itu satu persatu, dan
"Apa? Garaga menawarkan hal ini untuk kita berdua? Sungguh baik memang harimau besar ini... Tapi bilang saja padanya kita masih kuat untuk berjalan sampai rumah, kakek tak enak hati padanya jika harus menaiki punggungnya," jawab kakek Byakta."Iya kek aku juga merasakan hal yang sama padamu.. tadi juga aku sudah menolak permintaan nya itu, tapi Garaga tetap memaksa ku kek, kita harus bagaimana sekarang?" Tanya Abisatya.Kakek Byakta pun pasrah..."Yasudah nak... Kita segera naik saja ke punggung Garaga ini sekarang," jawab kakek Byakta.Kaki mulai mengambil ancang ancang, mengayunkannya keatas punggung Garaga.Mulai menduduki punggungnya, terasa sangat nyaman di atasnya.Mereka berdua telah naik ke atas punggung Garaga.Garaga mulai berdiri, segera berjalan pulang kerumah.Kakek Byakta dan Abisatya sangat menikmati pe
Berjalan perlahan demi perlahan, mulai menatap wajah raja Argani.Penjaga segera memberitahukan apa yang di katakan Dewantara tadi pada raja Argani."Permisi raja.. aku ingin menyampaikan pesan padamu sekarang," ucap penjaga.Raja Argani mulai menoleh kearahnya dan segera bertanya pada penjaga."Pesan apa?! Dari siapa?!" Tanya raja Argani dengan begitu tegas dan keras.Penjaga sedikit ketakutan tapi mereka juga harus tetap menyampaikan pesan ini pada raja Argani."Tadi ada seorang anggota yang memberi tahu kalau teman temannya di mangsa oleh hewan buas di tengah hutan saat berburu, hanya dia yang selamat dengan penuh darah di bajunya," jawab salah satu penjaga.Mendengar akan hal itu, Raja Argani sangat ingin bertemu dengan satu satunya orang yang selamat dari terkaman hewan buas itu.Raja Argani memutus untuk menyuru
Mendengar jawaban dari Raja Argani itu membuat hati Dewantara sangat lega karena Dewantara merasa kalau raja Argani sudah Percaya dengan semua jawabannya tadi.Dewantara segera menjawab ucapan raja Argani tersebut."Baik raja... Saya permisi keluar terlebih dahulu," jawab Dewantara.Dewantara mulai membalikkan badannya dan segera berjalan keluar ruangan raja tersebut.Raja Argani terus saja melihat Dewantara saat berjalan keluar ruangannya, entah apa yang ada di pikirannya saat itu.Dewantara mulai membuka pintu dan segera berjalan pergi menuju sungai berniat untuk membersihkan diri di sana.Saat itu banyak sekali para anggota pendekar api yang melihatnya berjalan sendirian, banyak juga yang takut akan penampilannya yang di penuhi dengan darah pada saat itu.Tapi Dewantara sama sekali tidak ingin melihat mereka semua walau ada banyak sekali anggota p
Akhirnya Abisatya dan Garaga mulai berjalan menuju sungai yang biasa Abi dan kakek Byakta datangi untuk mencari ikan.Abisatya kembali duduk di atas punggung Garaga yang sangat nyaman itu.Garaga juga sama sekali tak mempermasalahkan hal itu karena memang dirinya juga merasa nyaman, tidak ada rasa sakit atau lelah sedikit pun.Langkah demi langkah terus Garaga jalani, jejak kakinya nampak begitu besar di atas permukaan tanah.Banyak sekali jejak hewan liar di sana, tapi hanya jejak Garaga lah yang paling besar.Tapi entah apa yang ada di pikiran Abisatya pada saat itu, dirinya tiba tiba melompat turun dari atas punggung Garaga yang lumayan tinggi itu."Bruukhhhh...,"Garaga berhenti dan menoleh kebelakang melihat Abisatya yang sudah melompat turun dari punggungnya."Abi.... Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tib
Setelah memberikan kecupan itu, Abisatya kembali menemui kakek di luar rumah berniat untuk membantunya.Keesokan harinya.. Dewantara berniat akan pergi ke rumah Abisatya dan kakek Byakta.Dewantara mulai berjalan keluar markas besar tanpa mengetahui kalau dirinya sedang di ikuti oleh beberapa penjaga dari belakang.Dewantara terus berjalan seperti biasa nya, sendirian tak ada teman menuju rumah kakek Byakta dan Abisatya di tengah hutan.Sampai pada akhirnya para penjaga melihat Dewantara berhenti di sebuah rumah kayu yang berada di tengah hutan.Tak lama kemudian mereka semua juga melihat ada dua orang laki laki yang keluar dari dalam rumah tersebut.Semuanya sangat kaget karena baru pertama kali mereka melihat manusia yang hidup di tengah hutan seperti itu.Lantas para penjaga itu memutuskan untuk kembali ke markas besarnya dan segera me
Akhirnya rumah yang mereka buat telah jadi sempurna, Dewantara pun memutuskan untuk tinggal bersama mereka di rumah itu dan sudah tak menjadi bagian anggota api pagi.Mereka semuanya hidup tenang di dalam rumah baru itu selama bertahun tahun hingga Adiwilaga tumbuh menjadi pemuda yang memiliki banyak kekuatan yang sudah di berikan oleh para dewa.Saat itu Adiwilaga berumur 25 tahun, umur yang sudah sangat matang untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pendekar pilihan dewa.Saat itu Adiwilaga tidak mempunyai saudara sama sekali, dia hanya anak satu satunya dari pasangan Abisatya dan juga Dewi Suhita.Semuanya sudah berumur hampir 50 tahun, kecuali kakek Byakta yang sudah menginjak usia 125 tahun.Bisa terbilang usia yang sangat tua, tapi tubuhnya masih kokoh dan kuat untuk melakukan aktivitas sehari hari.Sedangkan Garaga masih sama seperti 25 tahun lalu, bada