Dewantara pun segera mengangkat tongkat kayu miliknya dang bersiap untuk membidik rusa muda itu.
"Sabar nak... Jangan terburu buru, ingat apa yang Kakek jelaskan tadi," ucap kakek yang terus memberikan instruksi kepada Dewantara.
Dewantara begitu fokus saat akan membidik target nya dan tak lupa dia juga terus mengingat semua yang di jelaskan kakek Byakta tadi.
Akhirnya tongkat kayu milik Dewantara telah di lemparkan dengan sekuat tenaga.
"Bruuuushhhhh....," Suara tongkat kayu milik Dewantara.
Ternyata tongkat kayu milik Dewantara itu menancap pas di leher rusa muda itu, sehingga membuat Dewantara sangat kegirangan karena sudah berhasil berburu dengan menggunakan cara yang di pakai Kakek Byakta dan juga Abisatya selama ini.
"Wahhhh lihat itu kek.... Tongkat kayu milik ku menancap pas di leher rusa muda itu hehehe," ucap Dewantara yang masih sangat kegirangan.<
Mendengar semua apa yang di katakan Dewantara, raja Argani sedikit tak mempercayai nya karena melihat luka di kaki Dewantara sudah benar benar sembuh dan tak ada darah lagi yang mengalir di kakinya."Kamu jangan bohong padaku! Jangan pernah kamu pernah membohongi ku! Aku tahu lukamu itu sudah benar benar sembuh! Jadi sekarang jawab pertanyaan ku! Kenapa bisa sembuh secepat ini?!" Ucap raja Argani yang penuh kemarahan besar.Sedangkan Dewantara yang melihat dan mendengar itu semakin ketakutan.Satu sisi dirinya harus melindungi keluarganya dan sisi lain dia juga harus bisa menjaga kepercayaan keluarga kakek Byakta.Saat itu benar benar waktu yang sangat membingungkan bagi Dewantara.Sampai pada akhirnya Dewantara berfikir untuk sedikit mengelabuhi raja Argani dengan berpura pura pingsan saat itu juga."Brukkkk...," Suara Dewantara yang berpura pura jatuh pings
Tapi sebelum tidur, Abisatya berniat untuk menghampiri anaknya yang sedang tidur di pelukan Dewi Suhita.Melihat itu Abisatya sedikit meneteskan air matanya karena tak rela jika harus kehilangan anak satu satunya itu.Tapi perasaan sedih itu harus di tahan Abisatya karena Dewi Suhita tiba tiba terbangun dan melihatnya yang sedang menyesakan air mata."Suamiku... Kamu kenapa nangis tadi? Apa yang membuatmu mengeluarkan air mata seperti ini?" Tanya Dewi Suhita.Melihat istrinya terbangun sangat membuat Abisatya terkejut, Abisatya juga tak menyangka kalau istrinya melihat air mata yang keluar dari matanya.Pertanyaan Dewi Suhita juga membuatnya sangat kebingungan harus menjawab apa padanya.Tak mungkin kalau Abisatya harus berkata jujur pada istrinya.Setelah berfikir akhirnya Abisatya memutuskan untuk sedikit mengelabuhi Dewi Suhita.
Mereka berdua mulai berjalan menuju ruangan khusus anggota pendekar api tidur.Tapi malam itu bukan malam yang beruntung bagi mereka berdua.Mereka berdua di pergoki oleh penjaga yang sedang berkeliling markas."Hey kalian berdua! Sedang apa berada di luar ruangan di tengah hari seperti ini?! Ayo ikut aku untuk menghadap raja Argani sekarang juga!" Ucap penjaga itu.Mendengar suara itu membuat Dewantara dan Gentala sangat ketakutan.Namun mereka berdua tak mau menyerah begitu saja, Dewantara mempunyai niat untuk segera melarikan diri agar keduanya tak di tangkap oleh penjaga itu."Gentala.. hitungan ketiga kita langsung lari ke arah sana," bisik Dewantara pada Gentala.Mendengar itu Gentala sangat setuju dengan ide Dewantara itu."Baik..,""Satu... Dua... Tiga.. lariiiii," ucap Dewantara.&
Kedua tangan mulai di julurkan, mengangkat dan menggendong Adiwilaga.Terasa sangat hangat, terasa nyaman.Melihat senyumannya yang begitu menggemaskan, membuat hati semakin tenang.Setelah di rasa cukup puas menggendong Adiwilaga, akhirnya Abisatya segera kembali menghampiri Kakek Byakta yang sedang menguliti kulit rusa di luar rumah.Abisatya mulai berjalan ke luar rumah, menghampiri kakek Byakta disana."Kek... Apa yang bisa ku bantu sekarang?" Tanya Abisatya.Mendengar suara pertanyaan itu, kakek Byakta mulai menoleh kebelakang, melihat Abisatya sedang berjalan menghampirinya.Kakek Byakta mulai membuka mulutnya, menjawab pertanyaan Abisatya tadi."Bantu menyalakan bara api saja nak... Kakek juga akan selesai sebentar lagi," jawab kakek Byakta.Abisatya mendengarkan jawaban Kakek Byakta, seger
Setelah sedikit berbicara pada Garaga, akhirnya tongkat kayu milik Abisatya sudah selesai di lancipkan oleh kakek Byakta.Kakek Byakta mulai memanggil Abisatya, segera memberikan tongkat kayu miliknya itu."Nak.. ini tongkat mu sudah kakek lancipkan ujungnya, ayo kita segera berangkat sekarang," ucap kakek Byakta.Abisatya yang mendengar sauara kakek itu segera menoleh ke arah kakek Byakta dan mengambil tongkat miliknya itu."Baik kek... Ayo kita berangkat sekarang," jawab Abisatya dengan sangat semangat.Langkah kaki mulai berjalan menuju hutan, mencari hewan buruan untuk di makan, sembari berniat untuk menghilangkan beban pikiran.Tiba di tengah hutan, tiba tiba Kakek Byakta tidak berjalan pada jalan yang biasa ia lewati saat berburu, kakek Byakta meilih ke jalur lain berniat untuk mencari lokasi buruan baru di sana.Tentunya hal itu me
"Berhenti bicara sekarang! Sekali lagi kamu berani menghalang halangi kita untuk membunuh mereka, kamu yang akan kita bunuh di sini, camkan itu!" Ucap provokator tadi.Mendengar ancaman dari provokator Kir itu, Dewantara hanya bisa diam dan berharap Garaga segera datang kemari untuk menolong kakek Byakta dan juga Abisatya.Langkah demi langkah, sudah semakin dekat dengan kakek Byakta juga Abisatya.Provokator itu tinggal selangkah lagi sudah bisa membunuh kakek Byakta dan juga Abisatya.Pedang mulai di angkat, bersiap untuk segera menebas kepala kakek Byakta dan juga Abisatya.Tapi tiba tiba terdengar suara langkah kaki, tapi suaranya terdengar sangat keras."Bruhk... Bruhk... Bruhk...," Suara langkah kaki Garaga.Semua orang mendengarnya, sangat penasaran, mulai menebak nebak.Garaga telah muncul, memancarkan wajah y
Keadaan mulai tenang, raut wajah ketakutan sudah tidak ada, hanya saja terlalu banyak penyesalan dan permintaan maaf.Senyuman mulai terlihat di raut wajah semua orang, termasuk juga di raut wajah Garaga.Tapi sayang, momen indah itu harus berada di atas darah para pendekar api tadi.Semuanya mati! Di terkam oleh Garaga.Setelah kejadian itu, mereka semua memutuskan untuk segera membuat satu lubang, akan digunakan untuk mengubur semua pendekar api yang sudah mati tadi.Menguburnya dengan perasaan campur aduk.Merasa Takut, dendam, kasihan, merasa bersalah.Tapi mereka semua harus tetap mengubur mereka semua sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk mereka semua para pendekar api.Lubang yang cukup dalam sudah berhasil mereka buat.Segera memasukkan jenazah para pendekar api itu satu persatu, dan
"Apa? Garaga menawarkan hal ini untuk kita berdua? Sungguh baik memang harimau besar ini... Tapi bilang saja padanya kita masih kuat untuk berjalan sampai rumah, kakek tak enak hati padanya jika harus menaiki punggungnya," jawab kakek Byakta."Iya kek aku juga merasakan hal yang sama padamu.. tadi juga aku sudah menolak permintaan nya itu, tapi Garaga tetap memaksa ku kek, kita harus bagaimana sekarang?" Tanya Abisatya.Kakek Byakta pun pasrah..."Yasudah nak... Kita segera naik saja ke punggung Garaga ini sekarang," jawab kakek Byakta.Kaki mulai mengambil ancang ancang, mengayunkannya keatas punggung Garaga.Mulai menduduki punggungnya, terasa sangat nyaman di atasnya.Mereka berdua telah naik ke atas punggung Garaga.Garaga mulai berdiri, segera berjalan pulang kerumah.Kakek Byakta dan Abisatya sangat menikmati pe
Setelah itu tetua mulai meninggalkan rumah Dewantara, ia berjalan kembali ke arah rumah nya yang berada di ujung depan desa."Terimakasih sudah mau membelaku tadi... Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu tadi," ucap Gen pada Adiwilaga yang sedang menenangkan ibunya tadi.Adiwilaga mengangguk ringan sembari memberikan senyuman ringan pada Gen yang terlihat sangat bahagia itu."Yasudah Dewi..... kalau begitu ayo kita kembali melanjutkan memasak nya," ucap nek Siri yang mengajak Dewi Suhita melanjutkan memasaknya tadi."Iya nek..."Dewi Suhita segera berjalan masuk kedalam rumah mengikuti nek Siri, berniat akan melanjutkan memasaknya tadi yang sempat tertunda karena ada sedikit masalah di luar rumah."Nak... Antarkan nak Gen ini ke rumah sebelah, biar nanti dia bisa tidur di sana," ucap kakek Byakta yang sudah mulai peduli dengan Gen.Adiwilaga se
Kakek Byakta terdiam.. tak bisa menjawab apa apa pada tetua karena itu sudah menjadi keputusan warga bersama dan pastinya mereka sudah berunding perihal ini.Raja Gen yang mendengar penjelasan dari tetua desa tadi merasa sedikit bersalah pada semua keluarga Adiwilaga yang terkena dampaknya atas kedatangan dirinya di desa itu.Raja Gen memutuskan untuk segera berjalan ke depan berniat untuk segera pergi meninggalkan desa itu dan kembali ke kerajaan nya untuk tetap tinggal di sana seorang diri.Semua warga ketakutan saat melihat raja Gen berjalan.. semua warga memberikan jalan untuk raja Gen lewat dan sebenarnya juga merasa ketakutan.Tapi Adiwilaga tak bisa membiarkan hal itu, dirinya tetap ingin membela raja Gen untuk tetap tinggal di desa itu, Adiwilaga merasa jika tindakan para warga itu terlalu kelewatan sehingga membuat perasaan dari raja Gen terluka."Berhenti... Jangan kemb
"Garaga? Siapa itu Garaga? Apa nama harimau milikmu ini?" Tanya raja Gen yang terlihat kebingungan."Iya benar... Nama harimau milikku ini adalah Garaga, memangnya kenapa?" Tanya Adiwilaga pada raja Gen.Raja Gen terdiam, sedikit merasa aneh dengan Adiwilaga yang memberikan nama Garaga pada hewan peliharaan nya itu.Setahu Gen, nama Garaga adalah sebutan nama untuk hewan utusan para dewa, raja Gen pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya."Tidak apa apa.. aku hanya sedikit bingung saja kenapa nama harimau mu ini mirip dengan sebutan para dewa pada hewan utusan mereka.. apa harimau mu ini adalah utusan para dewa?" Jawab raja Gen sembari bertanya balik pada Adiwilaga.Adiwilaga sedikit panik... Tak tahu jika raja Gen mengetahui tentang hal itu sebelumnya.Tapi Adiwilaga tetao berusaha untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan dari raja Gen tadi."Owh be
Akhirnya Adiwilaga mundur dan tak jadi membunuh raja Gen yang sudah sangat lemah itu."Baiklah... Aku mengampuni mu, aku pegang janjimu tadi yang akan berubah jadi yang lebih baik, tapi aku mau seluruh anggota mu ini kamu bebaskan dan biarkan mereka semua kembali ke rumahnya masing masing, dan juga kamu! Awas saja masih berani berbuat jahat pada orang orang kecil, tak akan aku mengampuni mu lagi!" Ucap Adiwilaga.Raja Gen sangat lega, benar benar lega setelah mendengar ucapan dari Adiwilaga tadi yang sudah mau mengampuni dirinya."Terimakasih anak muda.... Terimakasih.... Aku berjanji akan menjadi seorang yang lebih baik lagi, aku juga akan membubarkan seluruh anggota ku agar mereka semua bisa kembali ke keluarganya masing masing," jawab raja Gen dengan perasaan yang sangat lega."Tunggu apa lagi sekarang? Cepat bubarkan para anggotamu itu!"Raja Gen mulai berusaha berdiri
Raja Gen sudah tak bisa menahan emosi nya lagi, dirinya mengibaskan pedangnya ke arah dada Adiwilaga."Sliiiing...... ""Uhg hampir saja, kali ini sabitan pedangmu lebih baik dari yang tadi, tapi tak lebih bagus jika hanya menembus angin, hahahaha!" Ucap Adiwilaga yang berhasil menghindari tebasan pedang dari raja Gen tadi.Raut wajah raja Gen sudah mulai berubah warna menjadi sangat merah, tanda jika emosional di dalam tubuhnya sudah memuncak dan itu adalah waktu yang pas bagi Adiwilaga untuk menyerang raja Gen yang benar benar emosi itu.Tongkat kayu mulai di keluarkan dari saku celananya, semua orang melihatnya dan beranggapan jika Adiwilaga sedang bercandaan dengan dahan kayu tua yang di keluarkan nya dari dalam saku celananya tadi.Begitu juga raja Gen yang semakin yakin dan percaya diri jika dirinya akan menang dengan sangat mudah kali ini."Nak... Masih berani melaw
Adiwilaga juga menjadi sangat penasaran dengan sosok perempuan yang di lihatnya tadi, sangat cantik dan begitu menggoda hati Adiwilaga.Itu ajaib, hanya dengan penglihatan dari jauh sudah bisa membuat Adiwilaga jatuh cinta padanya."Tentang itu kamu harus fokus pada titik tujuan mu itu, jangan terlalu kosong pikiran mu, nanti hasilnya akan seperti itu, menjadi melihat seseorang yang bahkan belum pernah kita jumpai sebelumnya," jawab Garaga.Adiwilaga mengangguk ringan sembari terus tersenyum senyum karena baru pertama kali dirinya melihat wanita dan langsung jatuh cinta pada wanita itu.Adiwilaga juga selalu mengingat ngingat wajah perempuan cantik itu, menurutnya wanita cantik itu cocok untuk di jadikan sebagai istri nya.Sudah saatnya juga Adiwilaga memikirkan tentang hal itu, usianya sudah cukup pas untuk melakukan pernikahan.Garaga yang menyadari akan hal itu sedikit
Akhirnya mereka bertiga mulai berjalan menuju rumah nek Siri, pemuda itu berjalan di belakang sembari membawa sayur dan rempah rempah milik nek siri tadi.Sampai pada akhirnya mereka bertiga sudah sampai di depan rumah nek Siri, segera pemuda itu meletakkan semuanya di atas kursi yang ada di depan rumah."Sudah ya nek... Aku pamit pergi dulu, besok aku akan menunggu nenek lagi," ucap pemuda itu."Iya nak.. terimakasih banyak sudah membantu kami berdua," jawab nek Siri.Pemuda itu mulai berjalan kembali menuju tempat biasa ia duduk, lebih tepatnya di ujung desa."Ayo nak kita bawa bahan bahan ini masuk kedalam," ajak nek Siri pada Dewi Suhita.Mereka mulai mengangkat bahan bahan dan segera berjalan masuk kedalam rumah menuju ke dapur, di sana mereka berdua segera menghaluskan bumbu bumbu yang di gunakan untuk membuat kuah gulainya nanti.K
Dewantara juga sedikit Lega setelah mendengar ucapan Abisatya tadi yang sudah mengizinkan dirinya untuk jujur pada ibunya saat itu juga."Begini Bu... Tapi ibu harus janji dahulu pada kami semua untuk tidak membicarakan hal ini pada siapapun termasuk semua warga desa ini karena hal ini memang sangat rahasia dan hanya keluarga saja yang bisa mengetahui tentang hal ini," jelas Dewantara pada ibunya.Nek siri tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu, dirinya sangat yakin jika dirinya bisa menjaga rahasia apapun dari semua orang.Lantas nek Siri menyanggupi tentang satu syarat yang di berikan oleh anaknya tadi, nek Siri juga sudah berjanji pada semua orang jika dirinya tak akan memberitahukan hal itu pada semua orang termasuk orang di desa ini tanpa terkecuali."Jadi begini Bu.. Adiwilaga itu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, dia di pilih menjadi pendekar untuk di tugaskan membantai seluruh keraja
Adiwilaga mulai merebahkan dirinya, tak langsung memejamkan matanya. Dirinya memikirkan tentang rencana nya besok, terlebih lagi Garaga tak memberi tahu tentang kelemahan dari raja di sana.Bahkan nama rajanya pun tidak di beri tahu oleh Garaga.Saat itu menjadi waktu yang sangat membingungkan bagi Adiwilaga, dirinya harus memikirkan strategi sendiri dan juga harus mengetahui titik kelemahan dari calon lawannya nanti.Semakin lama di pikirkan akan semakin membuat kepala Adiwilaga pusing dan sakit.Akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk segera memejamkan matanya berniat akan segera tidur dan tak lagi memikirkan tentang strategi penyerangan untuk besok.Tak berapa lama setelah memejamkan matanya, Adiwilaga mulai tertidur lelap hingga tak sadar jika tidurnya memeluk kakek Byakta di sebelahnya.Begitu juga sebaliknya, kakek Byakta juga tak sadar jika dirinya sedang di peluk oleh