"Sebenarnya apa yang kamu lakukan sampai kamu tahu tentang Kai An Yu, sialan?" tanya Xi Lang mendesis tajam. "Aku dan Yan Liqin sudah lama bersembunyi, saat kami memutuskan untuk menampakkan diri, tandanya kami sudah menyiapkan segalanya, Xi Lang," jawab Xiaowen dengan senyum penuh kemenangan. "Tidak hanya itu, Kai An Yu wanita yang sangat tulus. Keluarganya sudah mati di tanganmu, tetapi dia lah yang merawatmu sampai kamu bisa berdiri dengan angkuh di sini." "Diam!" teriak Xi Lang. Xi Lang tidak terima ada yang tahu kisah hidupnya sampai sedetail ini. Mengingat itu membuat perasaan bersalah semakin ada di hati Xi Lang. Xi Lang lah yang sudah membunuh semua keluarga Kai An Yu. Saat ini Kai An Yu seorang diri, hidup sebetang kara karena dirinya. "Kalau kamu sudah bosan hidup, majulah dan mati di sini. Aku tidak keberatan bila harus menjaga Kai An Yu," ucap Xiaowen. "Jangan harap kamu bisa menyentuhnya sedikit pun!" desis Xi Lang. Xi Lang membalikkan tubuhnya, pria itu segera pergi
Zizi menggeliat dalam tidurnya, gadis itu merasa tidurnya sangat nyenyak. Harum bunga lavernder tercium di indra penciuman Zizi. Gadis itu sayup-sayup membuka matanya. Sinar matahari masuk menembus celah-celah kamar yang ditempati Zizi. Suara langkah kaki terdengar, gadis itu menolehkan kepalanya, melihat Lan Feiyu tengah menghampirinya seraya membawa nampan. "Selamat pagi," sapa Lan Feiyu dengan senyum yang mengembang di bibirnya. "Eih, ada yang salah dengan guru. Di mana wajah dingin guru yang dulu, hah?" tanya Zizi menggoda gurunya. "Kamu menginginkan wajah dinginku lagi?" tanya Lan Feiyu menaikkan sebelah alisnya. Zizi hanya menaikkan bahunya acuh. Lan Feiyu meletakkan nampan berisi makanan dan meletakkan ke meja samping ranjang yang ditempati Zizi. Pria itu membantu Zizi bangun dan menyandarkan tubuh Zizi ke dadanya. "Aku membawakanmu sarapan," ucap Lan Feiyu. "Aku mau disuapi!" jawab Zizi. "Jadi, apa hubungan kita sekarang?" tanya Lan Feiyu sembari meraih mangkuk bubur.
"Sudah cukup kalian berbicara, sekarang giliranku. Kalian hanya tahu kabar dari satu pihak, tetapi tidak mendengar dari pihak lain. Dari dulu, saat kalian masuk di Mata Air, prinsip hidup kalian sudah berubah, yaitu menegakkan kebenaran, memerangi kebathilan dan berjuang di jalan yang benar. Kalian menjadikan guru Li Ren, Li Haoxi dan Lan Feiyu sebagai panutan. Sudah seharusnya kalian percaya pada mereka, bahwa apa yang mereka lakukan adalah keputusan yang benar," jelas Sabana. Sabana berdiri tegak di hadapan Wei Yizi dan Ji Lian yang raut wajahnya terlihat sangat marah. "Beberapa ratus tahun lalu, ada empat klan yang menciptakan inti kekuatan. Inti kekuatan berupa lempeng yang saat kita mendapatkannya, kita bisa menguasai dunia. Lempeng itu memicu keributan antar Klan, lalu Jing Yao menguburnya di inti bumi agar tidak terjadi kerusakan di dunia ini. Karena siapapun yang bisa mendapatkan lempeng itu bisa menguasai dunia ini, tetapi tidak bisa menjamin mereka bisa menjaga perdamaian a
"Lan Feiyu," desisi Yan Liqin dengan tajam. "Eh, siapa kamu sebenarnya?" tanya Wei Yizi. Yan Liqin melepaskan cekalannya pada Wei Yizi, pria itu meninggalkan Wei Yizi dan melenggang menuju ke Mata Air. Xiaowen mengikuti gurunya. "Tunggu!" teriak Wei Yizi mencegah Yan Liqin yang akan masuk ke Mata Air. "Guru Lan tidak ada di sana, di sana hanya ada guru Li Ren," teriak Wei Yizi. Yan Liqin tidak menanggapi, pria itu segera menuju ke sana. Saat memasuki Mata Air, tubuh Yan Liqin terlempar. "Akhhh!" Yan Liqin memegangi dadanya yang terasa sakit. Xiaowen membuka telapak tangannya, muncul sebuah kertas hitam di tangannya. Xiaowen melempar kertas itu dan melempar ke padepokan. Seketika seluruh mantra yang melindungi Mata Air lenyap. Wei Yizi terkesiap menatap apa yang dilakukan Yan Liqin. Wei Yizi menyusul Yan Liqin, perasaannya menjadi tidak enak tatkala pria itu bisa menghancurkan tembok pembatas Mata Air. Pasalnya mantra itu milik Li Haoxi dan Lan Feiyu yang tidak bisa dihancurkan o
Lan Feiyu, Aixing, Li Haoxi dan Zizi melanjutkan perjalanan untuk mencari lempeng Vi. Mengandalkan dari sinyal lempeng yang ada pada Li haoxi dan Lan Feiyu, mereka mengarah ke daerah pelosok melewati daerah istana Ji. "Kalau Yu Yulong berada di tangan Yan Liqin, bagaimana dengan Xi Lang?" tanya Lan Feiyu. Aixing menggelengkan kepalanya, "Aku juga tidak tahu. Tapi hanya Yu Yaqin yang mati," jawab Aixing. Zizi hanya mendengar pembicaraan Aixing dan Lan Feiyu, gadis itu mengikut kemana Li Haoxi membawa mereka pergi. "Sinyal lemeng sangat kuat ke arah utara," ucap Li Haoxi menunjukkan buntalan kecil yang tengah ia bawa. Lan Feiyu mengambil lempeng yang ia bawa, sinyal itu juga terasa kuat menariknya ke utara. "Aku akan berjalan lebih dulu, daerah utara setelah istana Ji terkenal dengan banyak monster," ucap Aixing. Aixing berjalan lebih dahulu untuk memimpin gurunya. Mereka melewati daerah terpencil dengan penduduk yang tampak lenggang. Hanya ada beberapa rumah yang mereka lewati. Sam
Lan Feiyu memegang pinggang Zizi dengan erat. Pun dengan Zizi yang berpegangan pada pundak Lan Feiyu. Tubuh kedua orang itu masuk ke air.Zizi masih bisa membuka matanya, gadis itu menatap wajah Lan Feiyu yang juga menatapnya.Lambat laun tubuh Zizi dan tubuh Lan Feiyu sampai pada dasar lautan. Banyak terumbu karang yang dihuni ikan kecil-kecil. Berbeda dengan di atas lautan yang penuh dengan belut monster, di dasar laut, air tampak tenang dan hewan-hewan kecil pun juga terlihat tenang. Lan Feiyu menatap sebuah gua yang ada di dasar laut, Lan Feiyu menarik Zizi dan berenang menuju ke sana. Zizi mengikuti di mana Lan Feiyu menariknya. Hingga mereka sampai di ujung gua, Lan Feiyu dan Zizi memasuki gua itu. Setelah mereka masuk, gua itu tertutup dengan cahaya biru, sedangkan di dalam gua, tidak ada air laut membuat tubuh kedua orang itu ambruk menubruk pasir putih. "Awww." Zizi mengerang kesakitan karena tubuhnya ambruk di pasir dan Lan Feiyu jatuh tepat di atasnya. "Zizi, apa kamu ba
Lan Feiyu menarik tangan Zizi untuk bersembunyi saat ia mendengar suara yang sangat aneh dan menyeramkan. Saat ini mereka berada di balik terumbu karang, pedang-pedang yang tadi menyerang mereka sudah tergeletak di pasir, sedangkan ada suara aneh yang muncul. "Guru, suara apa ini?" tanya Zizi. Lan Feiyu menggelengkan kepalanya. "Tapi yang aku bingung, kenapa mereka hanya menargetkan guru?" tanya Zizi. "Sejak dulu Klan Lan selalu berdiri untuk menegakkan kebenaran. Banyak yang membenci Klan hingga memberikan kutukannya. Mungkin di daerah ini kental dengan sihir yang tidak memperbolehkanku masuk. Semakin tidak boleh masuk, pasti ada hal yang sanga besar disembunyikan. Suara aneh itu kembali terdengar, sebuah ekor ular datang menghancurkan terumbu karang yang dijadikan Lan Feiyu dan Zizi sembunyi. Terumbu karang itu hancur berkeping-keping. Lan Feiyu dan Zizi melompat ke udara dengan sigap. Lan Feiyu menarik pedangnya dan melemparkan tepat ke ekor ular. Suara gaungan semakin kencang
Zizi masih bertarung dengan perempuan bertopeng itu. Zizi memutar-mutar pedangnya sebelum melemparnya tepat ke dada perempuan itu, tetapi perempuan itu segera menghindar. Sebuah seruling berwarna hitam pekat terlempar ke arah Zizi. "Akhhh!" tubuh Zizi terlempar hingga jatuh menubruk pasir. "Ukhukk ukhuuk ...." Zizi merasa dadanya sangat sakit, darah segar keluar dari bibir Zizi. Zizi terkesiap, pedang gadis itu kembali tepat di samping ZIzi. Zizi memegangnya dan mencoba bangun dengan menyangga tubuhnya menggunakan pedangnya. "Di mana Zai Ziliu yang tadi sangat arogan, hah?" tanya perempuan itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan bersiap menusuk Zizi. "Sebenarnya aku tidak menargetkanmu. Aku menargetkan Lan Feiyu. Tetapi kamu sudah ikut campur, maka, rasakan akibatnya," tambah perempuan itu menusukkan pedangnya ke arah dada Zizi. Zizi menggulingkan tubuhnya menjauh, gadis itu bangun dengan cekatan dan melempar sihir-sihirnya pada perempuan bertopeng. Zizi mengeluarkan sihirnya