Namun Remibara memiliki mental dan keberanian mendekati nekat dan kadang tanpa perhitungan. Persis seperti yang dulu dikatakana kakeknya, Prabu Malaki.Dirinya lupa, walaupun memiliki kesaktian yang sangat tinggi, tapi Remibara sangat sembrono, dan kurang pengalaman. Apalagi ia hanya beberapa bulan turun gunung setelah berpisah dengan gurunya Kakek Celun.Remibara tak sadar, yang ia hadapi adalah orang-orang yang sudah kenyang pengalaman, licik dan penuh tipu muslihat.Dendam, kurang perhitungan dan penuh percaya dirinya justru bakal merugikan dirinya, dan kini Ki Pandit, Ki Sohail, Ki Jantra dan Nyai Dawina mulai serempak melakukan serangan dahsyat ke arahnya.Gabungan 4 tokoh jahat yang di kenal dengan julukan 4 Naga Hitam dan hanya orang-orang tertentu yang tahu, benar-benar menggiriskan.Tapi Remibara juga bukan pendekar sembarangan, sebagai anak muda yang penuh semangat, kehebatan Remibara benar-benar mengagumkan.Nyai Dawina sudah mengerahkan jurus cinta, selain berhawa panas, j
Sudah 2 hari dua malam Remibara pingsan, 4 Naga Hitam ini pun sudah 2X menjenguk tapi Remibara tetap belum sadar.“Kamu beri totokan bagaimana sih Pandit sampai Remibara ini belum sadar-sadar juga,” Ki Jantra sampai bingung ketika untuk ke 3X nya mereka menjenguk ke dalam tahanan khusus yang di jaga sangat ketat oleh anak buah Nyai Dawina ini.“Hanya totokan yang melumpuhkan syaraf punggungnya saja, biasa sih dua hari akan hilang, tapi dia akan lumpuh selama 2 bulan, kalau tak minum ramuanku dia akan lumpuh selamanya!” sahut Ki Pandit sambil memeriksa dari dekat kondisi Remibara ini.“Aneh yaa…kenapa bisa lama begini..!” gumam Ki Pandit kebingungan sendiri, sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Karena mereka sama-sama taak sabar ingin mengorek ilmu-ilmu anak muda ini, yang membuat hampir kalah, bahkan harus mengorbankan 20 orang anak buah mereka yang tewas, akibat amukan Remibara.10 orang yang memang jala adalah anak buah Ki Jantra, kakek inilah yang paling penasaran dengan Re
“Gila sekali si Pandit, tubuh kamu di bikinnya lumpuh, juga kamu menderita luka dalam yang parah. Aku tak bisa mengobati kamu, dulu dia juga yang menyebabkan ayah dan ibu kamu terjungkal ke jurang. Tapi kalau nggak terjungkal kamu nggak bakalan ada sihh!” cerocos Hashimi sambil tertawa, hingga Remibara melongo.“Jadi paman tahu semua kisah ayah dan bundaku…?” ceplos Remibara sambil menarik nafas dan dadanya terasa sangat sakit, tanpa di duga Hashimi langsung mengangguk.“Ibu mu saat itu sedang hilang ingatan, dia menyerang ayahmu gara-gara ulah Ki Pandit, tapi ayah kamu begitu sayang dengan ibumu. Lalu ibumu yang hilang ingatan saat itu justru menyebabkan dirinya terjungkal ke jurang. Tapi entahlah mungkin karena sayang, ayahmu lalu ikut melompat dan bersama-sama terjeblos ke jurang,” Inilah sebuah kisah yang benar-benar membuat Remibara antara percaya dan tidak, dipikirnya dulu ayahnya nafsu saja dengan ibunya, yang sudah sering ia dengar soal kecantikannya di masa muda, yang bik
Setelah hampir pagi, barulah Remibara merasa badannya sangat cape sekali, karena ia bersilat hampir setengah malaman.Namun pengaruh daun ajaib itu masih ada, belum hilang 100 persen dan dalam gua itu dia ketiduran karena kecapekan, namun dia kaget saat seseorang datang, wanita itu berbaju merah.“Dafina…!” tanpa sadar Remibara menyebut nama gadis berbaju merah ini. Anehnya Dafina tidak bersuara, dia langsung mendatangi Remibara yang sedang tertidur kecapekan dan kini terbangun.“Dafina…darimana kamu tahu aku di sini..?” Remibara masih bengong dengan kedatangan gadis cantik ini.Tapi lagi-lagi Dafina tak mengeluarkan sepatah katapun, dia malah tersenyum saja dan memeluk tubuh Remibara yang sangat kecapekan usai berlatih setengah malaman.Remibara yang belum sembuh dari pengaruh daun yang ia makan, yang ternyata di sebut daun ajaib tentu bahagia bukan main, kedatangan Dafina bak membawa sekolam air cinta buatnya.Remibara berasa aneh sekali, Dafina bak sudah biasa bercinta, tiada puas-
Lelah bernyanyi, Wei Wei dengan senang hati menemani Remibara minum arak, dan menikmati buah-buahan yang disediakan, juga penganan kecil lainnya, keduanya aseek bercerita dan kadang tertawa bersama bak sahabat lama.Wei Wei dengan apa adanya cerita kalau dia adalah kembang di rumah makan ‘Bunga Cinta’ ini, tapi dia ngaku nggak sembarangan mau menerima ajakan tidur pria manapun, kalau hatinya tak suka.Remibara lalu ingat, selama perantauannya dulu dengan Ki Jenggot, gurunya sering mengajaknya ke tempat beginian, biasanya dia hanya mendengarkan musik dan tak memperdulikan gurunya aseek dengan para wanita seperti Wei Wei ini.Didikan secara tak langsung Ki Jenggot kini membekas di dalam jiwa Remibara, sehingga ia kini mengulang apa yang dilihat saat masih beranjak remaja.Saat Remibara yang setengah mabuk menarik dagu Wei Wei, wanita cantik bermata sipit ini malu-malu kucing, Remibara yang masih belum tinggi jam terbangnya tentu saja makin penasaran.Wei Wei malah tertawa kecil dan dia
Baru saja Remibara berjalan ke arah jalan setapak menuju ke tengah pulau ini, telinganya yang tajam mendengar ada pergerakan.Tapi bukan langkah kaki, namun suara desisan dan Remibara terdiam, karena di depannya berjejer puluhan ular sendok dengan tegak menatapnya. Remibara pun terkesima sesaat, karena bukan hanya puluhan ekor, tapi ratusan bahkan lebih dan sudah mengurungnya.“Hmmm sesuai dengan nama pulaunya, yakni Pulau Ular, ternyata berisi ribuan ular,” batin Remibara dan tass… ia pun melompat ke atas pohon dan hampir saja dia kena patuk ular paling berbisa di muka bumi ini, karena di atas pohon itu juga bercokol puluhan ular ini.Tak mau buang waktu Remibara terus berlompatan dari pohon ke pohon dan kini setelah berada di tengah pulau, ia melihat sebuah bangunan yang cukup besar dengan halaman luas.Dari atas pohon Remibara menyaksikan ada 30 an orang terlihat santai, dan agaknya sedang diadakan pesta.Terlihat ada ikan-ikan dan juga daging yang bakar, termasuk terlihat puluhan
Ki Bando juga sama, dia kaget bukan main mendengar suara mengguntur dari pemuda ini, tenaganya seakan membalik dan menghantam tubuhnya, Ki Bando terlempar hingga 10 meteran, dadanya teramat sesak.Tapi kembali dia harus melompat secepat kilat, karena Remibara melancarkan serangan Harimau Menerkam Mangsa yang luar bisa kuat dan dinginnya.Serangan bertubi-tubi yang kelabakan di tangkis Ki Bando, yang terus-terusan mengutuk karena dia kini sangat menderita, jantung bak mau pecah sakit kerasnya jurus-jurus yang dilancarkan Remibara.Saat akan menerjang Ki Bando lagi, Remibara mendengar suara teriakan seorang wanita secepat kilat ia mendatanginya, karena itu suara Wei Wei yang terlihat terjatuh di teras.Memanfaatkan hal itu Ki Bando secara cerdik dan secepat kilat melompat kabur ke dalam hutan di pulau itu dan menghilang, dia tak peduli lagi dengan markas dan anak buahnya, baginya cari selamat itu lebih penting, karena Remibara benar-benar kuat dan lebih sakti dari dirinya. “Wei Wei…kam
Remibara kini kembali berpetualang ke Borneo Timur, masih ada rasa penasaran terhadap kekalahan melawan 4 Tokoh Naga Hitam itu.Kali ini Remibara tak banyak bertanya, karena ia sudah tahu arahnya, daya ingat Remibara memang mengagumkan.Walaupun sudah lebih dua tahunan semenjak kekalahannya itu, tapi Remibara tidak nyasar lagi, ia tetap ingat tempat nya.Namun Remibara kaget, ternyata sarang Nyai Dawina sudah pindah sejak 1,5 tahunan yang lalu.Padepokan yang dulu rame dan banyak yang berjaga kini bak bangunan hantu, tak terlihat siapapun di tempat ini.Remibara hanya sebentar melihat bangunan ini, dia melanjutkan perjalanan dan sesekali bertanya kemana padepokan Naga Hitam ini pindah, tapi tak satupun warga yang di tanya tahu, di mana kini mereka berada.Remibara tak tahu, 2 tahunan yang lalu saat dia menghilang di tahanan, 4 Tokoh Naga Hitam ini geger, mereka gentar dan memutuskan pergi dari tempat ini.Saat itu semua berpikir pasti ayah Remibara, yakni Prabu Sembara yang turun tang