Sambil meniup seruling, pemuda tampan ini membiarkan kudanya jalan sendiri, ia tak tergesa-gesa, baginya dunia ini tak perlu dikejar. Jubah hitamnya kadang berkibar tertiup angin.Kadang setelah cape meniup seruling dia menyunggingkan senyum, apalagi kalau berpapasan dengan petani atau siapapun, senyumnya sangat ramah, sehingga ketampanannya makin membuat semua orang terpesona.Di tunjang pakaiannya yang mewah dan terlihat sangat mahal, siapapun pasti mengira dia adalah seorang bangsawan tinggi yang suka berpetualang.Dialah Remibara, sang Pendekar Tampan Berhati Kejam, setelah hampir sebulan bersama Nyi Santi yang denok, Remibara pun mengantar wanita cantik itu ke kampung halamannya, Nyi Santi benar-benar tak sanggup lama-lama bersama Remibara.“Kurus kering badanku kalau bersama kamu terus Remibara, setiap hari kayak minum obat saja kamu gauli aku, kewalahan aku, belum kering minta lagi, hyper kamu tu!” sungut Nyi Santi kesal sambil merengut, hingga wajahnya makin manis saja. Nyi S
Remibara tak mau buru-buru mencari penginapan, dirinya memanfaatkan waktu jalan-jalan sore menikmati kota pelabuhan yang ramai ini, kota ini namakan Kadipaten Pasir, yang masuk kerajaan Borneo Timur.Terlihat kapal-kapal besar bersandar di dermaga itu, banyak wajah-wajah dari luar pulau yang turun ataupun naik ke kapal-kapal besar tersebut.Setelah puas berjalan-jalan Remibara bermaksud mencari penginapan, karena hari mulai senja.Dia pun menjalankan kudanya dengan santai, dan ketika di tempat sepi, Remibara kaget saat melihat Jalina dan Jalini sedang bertarung dengan seorang pria agak tua, yang terlihat tertawa-tawa menghadapi dua gadis cantik in.Sedangkan rekannya terlihat hanya menonton, seakan kawannya ini akan mampu menghadapi dua gadis jelita ini.“He-he-he…kalian gadis-gadis cantik, kenapa tak mau melayani kami, kalian kira kami miskin? Uang kami banyak, dan satu hal lagi guru besar kalian si Nyai Dina itu sahabat kami, ayoolah, menyerahlah, malam ini kita terbang ke angkasa,
Bukannya malu, Jalini malah makin melotot melihat kelakuan Jalina yang kini tanpa sungkan melepas semua pakaiannya. Pengaruh arak membuat Jalina sudah tak punya rasa malu lagi, termasuk Jalini yang makin blingsatan melihat adegan-adegan mendebarkan di depan matanya.Kini Jalina lah yang benar-benar tak bisa menahan hasratnya dengan pemuda rupawan ini, dan nafas Jalini makin tak karuan saat melihat kakaknya yang tanpa malu lagi mengerak-gerakan badannya di atas tubuh Remibara tanpa sehelai benang pun.Remibara yang baru pertama kali melakukan hubungan begini, yakni di tonton seorang wanita, awalnya kaget.Tapi lama-lama Remibara malah menikmati, apalagi saat melihat Jalini yang semakin ngos-ngosan melihat adegan mendebarkan jakun ini tersaji di depan hidungnya langsung.Jalina terlihat mengejan, tanda sampai ke puncak, lalu rebah di tubuh Remibara, pemuda rupawan ini mendorong tubuh Jalina ke samping, dan tanpa ragu ia menarik Jalini dan menggeluti gadis denok ini, yang tanpa menolak m
Kini ke empat orang ini sudah mengurung Remibara, Ki Duluk yang dulu saat muda di panggil Dulung, tapi setelah tua kini merubah namanya segera mengeluarkan goloknya, yang membuat namanya kesohor dengan julukan Duluk Raja Golok, sebuah julukan yang takabur, kini dia langsung menyerang Remibara dengan kemaraha meluap-luap.“Murid tolol, cepat bantu mengeroyok, ni orang harus di bunuh, sudah banyak rekan-rekannya kita di bunuhnya, terakhir Ki Tanguk dan anak buahnya,” semprot Nyai Dina pada dua muridnya, Jalina dan Jalini.Tentu saja kedua wanita sempat kebingungan, tapi mereka tak punya pilihan lain, namun mereka menyerang Remibara setengah hati. Inilah yang membuat Nyai Dina sangat marah dengan kedua murid tercantiknya dan ketahuan pernah melayani suaminya si Dulung alias Ki Duluk.Remibara yang tahu ini tersenyum saja, tentu saja ia tidak mau melukai dua wanita yang sudah memberinya kesenangan dan pengalaman baru, yakni bercinta bertiga. Remibara lalu hanya mengarahkan perhatiannya pa
Remibara kini memasuk sebuah kota yang ia yakini sudah dekat dengan sarang Naga Hitam, tempat di mana Nyai Dawina berada, berdasarkan informasi yang ia terima saat ini, hasil dari bertanya pada beberapa orang.Tanpa ia sadari, kehadirannya masuk ke kota ini terus di pantau, bahkan kedatangan Remibara ini sudah diketahui Nyai Dawina, karena anak buahnya yang disuruh berjaga sudah tahu ciri-cirinya dan langsung melaporkan ke Nyai Dawina.Setelah meninggalkan Jalina dan Jalini yang tanpa di ketahuinya menerima hukuman berat, yakni tangan kanan mereka masing-masing di potong sebagai bentuk hukuman Nyai Dina.Si Nyai ini sangat marah dengan ulah kedua murid kesayangannya tersebut, yakni dianggap berkomplot dengan Remibara.Padahal selama ini kedua kakak beradik ini jadi andalan Nyai Dina memperdaya pejabat-pejabat kerajaan yang bisa mereka peras, karena kecantikan kedua kakak beradik ini di atas murid-muridnya yang lain, termasuk kemampuan silatnya, juga sama-sama genit.Namun, Nyai Dina j
“Putri Mira…putri Mira, hei pemuda ganteng tapi songong, namaku Dafina, bukan Putri Mira, siapa tuh putri Mira, pacar kamu yaa..?” bentaknya dengan marah.Gadis jelita bernama Dafina ini malah seakan cemburu mendengar nama lain, seolah-olah dia kalah dengan nama gadis yang barusan Remibara sebutkan tadi.Dafina yang memang manja ini tak mau kalah dengan siapapun, maunya dia selalu di atas, baginya tak penting orang lain.Remibara langsung tertawa kecil, kemarahan gadis bernama Dafina ini membuat Remibara justru suka, karena Dafina bak anak kecil yang pingin di manja dan semua keinginanya harus dipenuhi.Remibara yang sejak kecil tak pernah bertemu adik-adiknya (anak-anak ayahnya, Prabu Sembara), melihat Dafina bak bertemu sang adik yang manja dan perlu disayang.“Maafkan aku gadis kecil yang cantikkkk bak boneka, ku pikir kamu Putri Mira adikku…baiklah aku pergi dulu yaa, sampai jumpa lagi!”“Eee…enak saja main pergi, panggil aku gadis kecil lagi, umurku sudah 15 tahun tauuu, udah rem
Mendapat serangan bertubi-tubi begitu, Remibara mulai dongkol juga. “Ni anak harus di beri pelajaran,” pikir Remibara.Ki Paku dan 9 orang ini malah aseek menonton, bahkan ada yang sambil taruhan, mereka pikir keduanya sama hebat dan sukar menentukan siapa yang bakal menang, karena Remibara hanya menghindar saja tidak membalas.Bahkan ada yang sambil mengeluarkan arak, bagi mereka pertarungan si tampan dan si cantik ini aseek sekali dijadikan taruhan.Makin dongkollah Remibara, apalagi kini hampir ke 10 itu kompak mendukung Dafina, hingga gadis ini terlihat makin nge-lunjak.Tiba-tiba Remibara mengubah gaya bersilatnya, dia seakan menyerahkan tubuhnya di pukul Dafina, Ki Paku langsung berteriak memperingatkan Dafina, yang menandakan si kurus berkumi tebal ini bukan orang sembarangan.Namun terlambat, Dafina memukul tubuh Remibara dari jarak dekat, secepat kilat Remibara menotoknya dan lunglailah Dafina dalam pelukan Remibara.Secara tak terduga Remibara mengecup bibir Dafina, sehingga
Remibara tak sadar, inilah warisan pendekar asmara yang secara langsung ia ikuti, bercanda nakal dan tentu saja memiliki kepuasan sendiri bisa berbuat itu. “Kalian sendiri yang berani masuk ke kamar aku…jadi…hmm…daripada kita berkelahi, kenapa tidak bersama-sama saja malam ini tidur bersama!” goda Remibara. Tak di kira kedua wanita cantik manis ini sama-sama terdiam dan saling pandang, kini keduanya terlihat meragu untuk menyerang sang calon playboy masa kini, yang pasti akan lebih hebat dari sang pendahulunya Pendekar Asmara di jaman dulu. Remibara mulai melihat keraguan itu, sebagai calon pemuda bangor, ia mulai bisa menilai keraguan di kedua wajah wanita cantik ini, yang diyakni Remibara pasti anak buah Nyai Dawina. Remibara dengan gaya bak playboy kelas wahid kini bangkit dan menuju ke mejanya tadi, ia lalu membuka dua botol arak manis. Kamar yang Remibara sewa sengaja menyediakan sampai selusin arak manis, karena kamar ini termasuk yang paling mahal sewa nya per malam. “Masi
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma