“Setann….kenapa malah kamu di sini hahhh..?” suara Ki Laju mengguntur saking marah dan kagetnya.Bagaimana tak kaget dan kini Ki Laju sambil buru-buru berpakaian, kenapa tiba-tiba Nyi Santi justru berubah jadi ART nya yang jelek dan berkulit gelap, bukan tubuh putih mulus seperti yang dia pikir tadi.Remibara yang sejak melihat Ki Laju bisik-bisik dengan ART nya ini sudah curiga, lalu menggunakan ilmu sihirnya.Ia sengaja membiarkan Nyi Santi bak tidur, tapi Remibara mampu merubah pandangan Ki Laju yang melihat dirinya juga seolah-olah tidur karena obat bius.Bahkan dua anak buah Ki Laju juga mengira yang mereka bawa tubuh Remibara, padahal yang mereka angkat adalah guling, yang sengaja secara lihai dan secepat kilat Remibara ambil di kamar yang tak jauh dari mereka minum-minum tadi.Crassss…! Remibara memotong alat vital Ki Laju tanpa ampun dengan belatinya, saat buru-buru memakai celananya.“Ampunnnnnnn….!” Ki Laju melolong kesakitan, karena benda keramatnya kini tinggal seonggok da
Sambil meniup seruling, pemuda tampan ini membiarkan kudanya jalan sendiri, ia tak tergesa-gesa, baginya dunia ini tak perlu dikejar. Jubah hitamnya kadang berkibar tertiup angin.Kadang setelah cape meniup seruling dia menyunggingkan senyum, apalagi kalau berpapasan dengan petani atau siapapun, senyumnya sangat ramah, sehingga ketampanannya makin membuat semua orang terpesona.Di tunjang pakaiannya yang mewah dan terlihat sangat mahal, siapapun pasti mengira dia adalah seorang bangsawan tinggi yang suka berpetualang.Dialah Remibara, sang Pendekar Tampan Berhati Kejam, setelah hampir sebulan bersama Nyi Santi yang denok, Remibara pun mengantar wanita cantik itu ke kampung halamannya, Nyi Santi benar-benar tak sanggup lama-lama bersama Remibara.“Kurus kering badanku kalau bersama kamu terus Remibara, setiap hari kayak minum obat saja kamu gauli aku, kewalahan aku, belum kering minta lagi, hyper kamu tu!” sungut Nyi Santi kesal sambil merengut, hingga wajahnya makin manis saja. Nyi S
Remibara tak mau buru-buru mencari penginapan, dirinya memanfaatkan waktu jalan-jalan sore menikmati kota pelabuhan yang ramai ini, kota ini namakan Kadipaten Pasir, yang masuk kerajaan Borneo Timur.Terlihat kapal-kapal besar bersandar di dermaga itu, banyak wajah-wajah dari luar pulau yang turun ataupun naik ke kapal-kapal besar tersebut.Setelah puas berjalan-jalan Remibara bermaksud mencari penginapan, karena hari mulai senja.Dia pun menjalankan kudanya dengan santai, dan ketika di tempat sepi, Remibara kaget saat melihat Jalina dan Jalini sedang bertarung dengan seorang pria agak tua, yang terlihat tertawa-tawa menghadapi dua gadis cantik in.Sedangkan rekannya terlihat hanya menonton, seakan kawannya ini akan mampu menghadapi dua gadis jelita ini.“He-he-he…kalian gadis-gadis cantik, kenapa tak mau melayani kami, kalian kira kami miskin? Uang kami banyak, dan satu hal lagi guru besar kalian si Nyai Dina itu sahabat kami, ayoolah, menyerahlah, malam ini kita terbang ke angkasa,
Bukannya malu, Jalini malah makin melotot melihat kelakuan Jalina yang kini tanpa sungkan melepas semua pakaiannya. Pengaruh arak membuat Jalina sudah tak punya rasa malu lagi, termasuk Jalini yang makin blingsatan melihat adegan-adegan mendebarkan di depan matanya.Kini Jalina lah yang benar-benar tak bisa menahan hasratnya dengan pemuda rupawan ini, dan nafas Jalini makin tak karuan saat melihat kakaknya yang tanpa malu lagi mengerak-gerakan badannya di atas tubuh Remibara tanpa sehelai benang pun.Remibara yang baru pertama kali melakukan hubungan begini, yakni di tonton seorang wanita, awalnya kaget.Tapi lama-lama Remibara malah menikmati, apalagi saat melihat Jalini yang semakin ngos-ngosan melihat adegan mendebarkan jakun ini tersaji di depan hidungnya langsung.Jalina terlihat mengejan, tanda sampai ke puncak, lalu rebah di tubuh Remibara, pemuda rupawan ini mendorong tubuh Jalina ke samping, dan tanpa ragu ia menarik Jalini dan menggeluti gadis denok ini, yang tanpa menolak m
Kini ke empat orang ini sudah mengurung Remibara, Ki Duluk yang dulu saat muda di panggil Dulung, tapi setelah tua kini merubah namanya segera mengeluarkan goloknya, yang membuat namanya kesohor dengan julukan Duluk Raja Golok, sebuah julukan yang takabur, kini dia langsung menyerang Remibara dengan kemaraha meluap-luap.“Murid tolol, cepat bantu mengeroyok, ni orang harus di bunuh, sudah banyak rekan-rekannya kita di bunuhnya, terakhir Ki Tanguk dan anak buahnya,” semprot Nyai Dina pada dua muridnya, Jalina dan Jalini.Tentu saja kedua wanita sempat kebingungan, tapi mereka tak punya pilihan lain, namun mereka menyerang Remibara setengah hati. Inilah yang membuat Nyai Dina sangat marah dengan kedua murid tercantiknya dan ketahuan pernah melayani suaminya si Dulung alias Ki Duluk.Remibara yang tahu ini tersenyum saja, tentu saja ia tidak mau melukai dua wanita yang sudah memberinya kesenangan dan pengalaman baru, yakni bercinta bertiga. Remibara lalu hanya mengarahkan perhatiannya pa
Remibara kini memasuk sebuah kota yang ia yakini sudah dekat dengan sarang Naga Hitam, tempat di mana Nyai Dawina berada, berdasarkan informasi yang ia terima saat ini, hasil dari bertanya pada beberapa orang.Tanpa ia sadari, kehadirannya masuk ke kota ini terus di pantau, bahkan kedatangan Remibara ini sudah diketahui Nyai Dawina, karena anak buahnya yang disuruh berjaga sudah tahu ciri-cirinya dan langsung melaporkan ke Nyai Dawina.Setelah meninggalkan Jalina dan Jalini yang tanpa di ketahuinya menerima hukuman berat, yakni tangan kanan mereka masing-masing di potong sebagai bentuk hukuman Nyai Dina.Si Nyai ini sangat marah dengan ulah kedua murid kesayangannya tersebut, yakni dianggap berkomplot dengan Remibara.Padahal selama ini kedua kakak beradik ini jadi andalan Nyai Dina memperdaya pejabat-pejabat kerajaan yang bisa mereka peras, karena kecantikan kedua kakak beradik ini di atas murid-muridnya yang lain, termasuk kemampuan silatnya, juga sama-sama genit.Namun, Nyai Dina j
“Putri Mira…putri Mira, hei pemuda ganteng tapi songong, namaku Dafina, bukan Putri Mira, siapa tuh putri Mira, pacar kamu yaa..?” bentaknya dengan marah.Gadis jelita bernama Dafina ini malah seakan cemburu mendengar nama lain, seolah-olah dia kalah dengan nama gadis yang barusan Remibara sebutkan tadi.Dafina yang memang manja ini tak mau kalah dengan siapapun, maunya dia selalu di atas, baginya tak penting orang lain.Remibara langsung tertawa kecil, kemarahan gadis bernama Dafina ini membuat Remibara justru suka, karena Dafina bak anak kecil yang pingin di manja dan semua keinginanya harus dipenuhi.Remibara yang sejak kecil tak pernah bertemu adik-adiknya (anak-anak ayahnya, Prabu Sembara), melihat Dafina bak bertemu sang adik yang manja dan perlu disayang.“Maafkan aku gadis kecil yang cantikkkk bak boneka, ku pikir kamu Putri Mira adikku…baiklah aku pergi dulu yaa, sampai jumpa lagi!”“Eee…enak saja main pergi, panggil aku gadis kecil lagi, umurku sudah 15 tahun tauuu, udah rem
Mendapat serangan bertubi-tubi begitu, Remibara mulai dongkol juga. “Ni anak harus di beri pelajaran,” pikir Remibara.Ki Paku dan 9 orang ini malah aseek menonton, bahkan ada yang sambil taruhan, mereka pikir keduanya sama hebat dan sukar menentukan siapa yang bakal menang, karena Remibara hanya menghindar saja tidak membalas.Bahkan ada yang sambil mengeluarkan arak, bagi mereka pertarungan si tampan dan si cantik ini aseek sekali dijadikan taruhan.Makin dongkollah Remibara, apalagi kini hampir ke 10 itu kompak mendukung Dafina, hingga gadis ini terlihat makin nge-lunjak.Tiba-tiba Remibara mengubah gaya bersilatnya, dia seakan menyerahkan tubuhnya di pukul Dafina, Ki Paku langsung berteriak memperingatkan Dafina, yang menandakan si kurus berkumi tebal ini bukan orang sembarangan.Namun terlambat, Dafina memukul tubuh Remibara dari jarak dekat, secepat kilat Remibara menotoknya dan lunglailah Dafina dalam pelukan Remibara.Secara tak terduga Remibara mengecup bibir Dafina, sehingga