Pemuda yang tadi menegur dua preman apes itu kini mengenalkan diri pada Remibara juga 5 temannya, semuanya memandang kagum pada pemuda tampan ini.Namun Remibara menolak bergabung di rumah makan itu, ia beralasan ingin beristirahat di sebuah penginapan. Si pemuda bernama Pajah ini agak kecewa, tapi dia dan 5 sahabatnya tak berani lancang memaksa.“Luar biasa, masih muda tampan lagi, tapi kesaktiannya sangat tinggi, eh Pajah, kenapa sih kamu tadi menyebutkan Pendekar Tampan Berhati Kejam..?” rekannya ini menatap wajah Pajah menuntut jawaban sang sahabat.“Dua tahun yang lalu aku pernah mendengar seorang pemuda sangat rupawan suka sekali menghajar para penjahat, dan agaknya hari ini kita berkesempatan bertemu langsung. Jadi dugaanku, kayaknya inilah orangnya…tampan, berbaju perlente, suka tersenyum dan suka dengar lagu…tak salah lagi dialah orangnya!” ceplos Pajah, hingga 5 sahabatnya mengangguk.Sejak hari itu, kembali menyebar tentang kemunculan pendekar muda ini, nama pendekar tampan
“Ehh...iya…tak apa…mana lagi wanita-wanita yang disekap kawanan perampok ini,” Remibara segera mengalihkan perhatiannya agar tak terhanyut oleh pemandangan indah itu.Wanita cantik ini tak menyadari pandangan penolongnya, walaupun dia juga sempat kaget juga melihat ke tampanan Remibara, namun dia segera menunjukan tempat di mana para wanita-wanita malang yang di sekap para perampok itu.Begitu pintu di jebol, Remibara langsung mengumpat sambil berpaling ke tempat lain, karena terdapat 20 orang wanita yang tanpa pakaian di kurung di sana. Kondisi mereka terlihat sangat ketakutan.“Kamu…eh siapa nama mu Nyai, tolong carikan mereka pakaian,” perintah Remibara pada wanita tadi, yang juga berpakaian sobek-sobek.“Aku Nyi Santi…iya tuan muda aku carikan,” Nyi Santi pun buru-buru masuk ke sebuah ruangan, rupanya dia tahu tempat di mana para perampok ini menyembunyikan pakaian puluhan wanita malang itu.Remibara lalu melihat-lihat ke dalam sarang para perampok ini, selain banyak menemukan ara
Setelah mengantar 12 wanita malang itu ke kampung masing-masing, Remibara dan Nyi Sinta kini melanjutkan perjalanan menuju kampungnya.Nyi Sinta sebut naik kuda mereka masih menempuh 4 hari perjalanan lagi, Remibara iya-iya saja, karena ia memang tak punya tujuan.Sebab ia tak tahu di mana musuh-musuhnya bersembunyi, kecuali Ki Bando yang tinggal daerah pesisir laut, yang berbatasan langsung dengan kerajaan Borneo Timur, orang inilah yang mau Remibara datangi dulu untuk buat perhitungan.Arah kampung Nyi Santi ternyata mengarah ke sana, sehingga Remibara tak masalah mengantar janda denok ini ke kampung halamannya.Hari kedua mereka sampai di sebuah kota yang lumayan rame, kota ini terletak tak jauh dari pantai dan laut yang membiru.Remibara terpesona melihat laut yang indah ini, karena ia biasa hanya melihat gunung dan hutan lebat, ia dan Nyi Santi turun dari kuda dan menikmati suasana pantai yang tenang dan angin sepoi-sepoi.“Indah banget…aku jadi suka liat pantai begini,” guman Re
“Setann….kenapa malah kamu di sini hahhh..?” suara Ki Laju mengguntur saking marah dan kagetnya.Bagaimana tak kaget dan kini Ki Laju sambil buru-buru berpakaian, kenapa tiba-tiba Nyi Santi justru berubah jadi ART nya yang jelek dan berkulit gelap, bukan tubuh putih mulus seperti yang dia pikir tadi.Remibara yang sejak melihat Ki Laju bisik-bisik dengan ART nya ini sudah curiga, lalu menggunakan ilmu sihirnya.Ia sengaja membiarkan Nyi Santi bak tidur, tapi Remibara mampu merubah pandangan Ki Laju yang melihat dirinya juga seolah-olah tidur karena obat bius.Bahkan dua anak buah Ki Laju juga mengira yang mereka bawa tubuh Remibara, padahal yang mereka angkat adalah guling, yang sengaja secara lihai dan secepat kilat Remibara ambil di kamar yang tak jauh dari mereka minum-minum tadi.Crassss…! Remibara memotong alat vital Ki Laju tanpa ampun dengan belatinya, saat buru-buru memakai celananya.“Ampunnnnnnn….!” Ki Laju melolong kesakitan, karena benda keramatnya kini tinggal seonggok da
Sambil meniup seruling, pemuda tampan ini membiarkan kudanya jalan sendiri, ia tak tergesa-gesa, baginya dunia ini tak perlu dikejar. Jubah hitamnya kadang berkibar tertiup angin.Kadang setelah cape meniup seruling dia menyunggingkan senyum, apalagi kalau berpapasan dengan petani atau siapapun, senyumnya sangat ramah, sehingga ketampanannya makin membuat semua orang terpesona.Di tunjang pakaiannya yang mewah dan terlihat sangat mahal, siapapun pasti mengira dia adalah seorang bangsawan tinggi yang suka berpetualang.Dialah Remibara, sang Pendekar Tampan Berhati Kejam, setelah hampir sebulan bersama Nyi Santi yang denok, Remibara pun mengantar wanita cantik itu ke kampung halamannya, Nyi Santi benar-benar tak sanggup lama-lama bersama Remibara.“Kurus kering badanku kalau bersama kamu terus Remibara, setiap hari kayak minum obat saja kamu gauli aku, kewalahan aku, belum kering minta lagi, hyper kamu tu!” sungut Nyi Santi kesal sambil merengut, hingga wajahnya makin manis saja. Nyi S
Remibara tak mau buru-buru mencari penginapan, dirinya memanfaatkan waktu jalan-jalan sore menikmati kota pelabuhan yang ramai ini, kota ini namakan Kadipaten Pasir, yang masuk kerajaan Borneo Timur.Terlihat kapal-kapal besar bersandar di dermaga itu, banyak wajah-wajah dari luar pulau yang turun ataupun naik ke kapal-kapal besar tersebut.Setelah puas berjalan-jalan Remibara bermaksud mencari penginapan, karena hari mulai senja.Dia pun menjalankan kudanya dengan santai, dan ketika di tempat sepi, Remibara kaget saat melihat Jalina dan Jalini sedang bertarung dengan seorang pria agak tua, yang terlihat tertawa-tawa menghadapi dua gadis cantik in.Sedangkan rekannya terlihat hanya menonton, seakan kawannya ini akan mampu menghadapi dua gadis jelita ini.“He-he-he…kalian gadis-gadis cantik, kenapa tak mau melayani kami, kalian kira kami miskin? Uang kami banyak, dan satu hal lagi guru besar kalian si Nyai Dina itu sahabat kami, ayoolah, menyerahlah, malam ini kita terbang ke angkasa,
Bukannya malu, Jalini malah makin melotot melihat kelakuan Jalina yang kini tanpa sungkan melepas semua pakaiannya. Pengaruh arak membuat Jalina sudah tak punya rasa malu lagi, termasuk Jalini yang makin blingsatan melihat adegan-adegan mendebarkan di depan matanya.Kini Jalina lah yang benar-benar tak bisa menahan hasratnya dengan pemuda rupawan ini, dan nafas Jalini makin tak karuan saat melihat kakaknya yang tanpa malu lagi mengerak-gerakan badannya di atas tubuh Remibara tanpa sehelai benang pun.Remibara yang baru pertama kali melakukan hubungan begini, yakni di tonton seorang wanita, awalnya kaget.Tapi lama-lama Remibara malah menikmati, apalagi saat melihat Jalini yang semakin ngos-ngosan melihat adegan mendebarkan jakun ini tersaji di depan hidungnya langsung.Jalina terlihat mengejan, tanda sampai ke puncak, lalu rebah di tubuh Remibara, pemuda rupawan ini mendorong tubuh Jalina ke samping, dan tanpa ragu ia menarik Jalini dan menggeluti gadis denok ini, yang tanpa menolak m
Kini ke empat orang ini sudah mengurung Remibara, Ki Duluk yang dulu saat muda di panggil Dulung, tapi setelah tua kini merubah namanya segera mengeluarkan goloknya, yang membuat namanya kesohor dengan julukan Duluk Raja Golok, sebuah julukan yang takabur, kini dia langsung menyerang Remibara dengan kemaraha meluap-luap.“Murid tolol, cepat bantu mengeroyok, ni orang harus di bunuh, sudah banyak rekan-rekannya kita di bunuhnya, terakhir Ki Tanguk dan anak buahnya,” semprot Nyai Dina pada dua muridnya, Jalina dan Jalini.Tentu saja kedua wanita sempat kebingungan, tapi mereka tak punya pilihan lain, namun mereka menyerang Remibara setengah hati. Inilah yang membuat Nyai Dina sangat marah dengan kedua murid tercantiknya dan ketahuan pernah melayani suaminya si Dulung alias Ki Duluk.Remibara yang tahu ini tersenyum saja, tentu saja ia tidak mau melukai dua wanita yang sudah memberinya kesenangan dan pengalaman baru, yakni bercinta bertiga. Remibara lalu hanya mengarahkan perhatiannya pa
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma